Komisi C Tuding Spin Off Bank Jatim Tak Siap

Foto: ilustrasi

DPRD Jatim, Bhirawa
Lambatnya spin off alias pemisahan unit Syariah Bank Jatim menjadi Bank Umum Syariah (BUS) disinyalir karena Bank Jatim belum sepenuhnya siap. Ini karena rencana spin off tertunda berkali-kali, yang semula direncanakan sejak 2015 sampai saat ini belum terlaksana. Apalagi anggaran yang disiapkan hanya sekitar Rp 500 miliar saja atau cukup dengan buku satu.
Anggota Komisi C DPRD Jatim Anwar Sadad menegaskan Gubernur Jatim Dr H Soekarwo sebagai pemegang saham pengendali dalam RUPS Bank Jatim tahun buku 2016 yang diadakan 31 Januari 2017 telah menyampaikan kepastian rencana spin off dilakukan pada 2017 dengan modal Rp 500 miliar yang berasal dari Bank Jatim sendiri. Karenanya, dengan modal yang hanya Rp 500 miliar  BUS tak akan bisa bergerak leluasa, kepak sayapnya terbatas, tak bisa terbang tinggi.
“Yang pasti  dengan modal Rp 500 miliar, BUS hanya masuk dalam kategori Bank BUKU 1. Sebagai Bank BUKU 1 kegiatan usahanya terbatas sekali, hanya menghimpun dana masyarakat dan memberikan pembiayaan yang sifatnya terbatas,” tegas politisi asal Partai Gerindra ini, Selasa (7/2).
Kecuali, tambahnya jika Bank Jatim merangkul pemkab/pemkot agar ikut memberikan permodalan. Bukan tidak mungkin modal Rp 1 triliun  akan terpenuhi. Apalagi hal ini sudah menjadi komitmen Soeroso selaku Dirut Bank Jatim.
Di sisi lain pernyataan dan komitmen Gubernur Jatim  selaku pemegang saham pengendali harus dibarengi kerja keras jajaran komisaris dan direksi agar rencana ini berjalan lancar, dan masyarakat Jatim segera memiliki Bank Umum Syariah yang dapat dibanggakan.
Terpisah, Dirut Bank Jatim Soeroso yang diklarifikasi terkait kritikan Komisi C menegaskan untuk sementara BUS masih menjadi anak perusahaan PT Bank Jatim. Karenanya untuk sementara bisa menggunakan fasilitas yang dimiliki PT Bank Jatim sampai BUS bisa memiliki modal hingga Rp 1 triliun.
“Untuk sementara BUS menjadi anak perusahaan. Sehingga untuk fasilitas ATM dapat menggunakan di mesin milik Bank Jatim. Sambil jalan jika sudah terkumpul dana Rp 1 triliun, maka bisa ke buku dua,”tegas Soeroso. [cty]

Tags: