Komisi D DPRD Kota Malang Studi Banding Kebencanaan di BPBD Jatim

Kalaksa BPBD Jatim, Budi Santosa memperkenalkan Tenpina kepada Komisi D DPRD Kota Malang, Rabu (21/9).

BPBD Jatim, Bhirawa
Anggota Komisi D DPRD Kota Malang melakukan kunjungan kerja (Kunker) di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, Rabu (21/9). Kunker Komisi D DPRD Kota Malang ini sekaligus melakukan studi banding penanganan penanggulangan bencana di Jawa Timur.

Rombongan yang dipimpin Ketua Komisi D DPRD Kota Malang, Amithya Ratnanggani ini diterima langsung Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jatim, Budi Santosa. Turut mendampingi Sekretaris BPBD Jatim, Suharlina Kususmawardani; Kabid Pencegahan&Kesiapsiagaan BPBD Jatim, Andhika N Sudigda dan Kabid Kedaruratan&Logistik BPBD Jatim, Sriyono.

“Tujuan kunjungan kami ini untuk mengetahui kebijakan dan strategi BPBD Jatim dalam penanggulangan bencana. Khususnya berkaitan dengan anggaran kebencanaan,” kata Ketua Komisi D DPRD Kota Malang, Amithya Ratnanggani.

Dijelaskannya, penanganan penanggulangan bencana di Kota Malang belum didukung anggaran yang memadai. Sehingga dengan diskusi dan studi banding ini bisa mengetahui kiat-kiat BPBD Jatim dalam memaksimalkan penangganan bencana dengan anggaran yang ada.

“Dengan diskusi ini kita bisa mengetahui pengelolaan anggaran BPBD Jatim untuk penanganan kebencanaan. Khususnya di Kabupaten dan Kota, salah satunya Kota Malang,” jelasnya.

Sementara itu, Kalaksa BPBD Jatim, Budi Santosa menyambut baik kedatangan Komisi D DPRD Kota Malang. Dijelaskannya, anggaran penanggulangan bencana tidak hanya berasal dari reguler. Tetapi ada juga dana BTT (Belanja Tak Terduga) yang bisa dikeluarkan saat tanggao darurat.

Selain itu, sambung Budi, ada juga DSP atau Dana Siap Pakai dari BNPB. Pihaknya juga memaparkan bahwa Jawa Timur mempunyai 14 jenis ancaman bencana. Dan Kota Malang sendiri memiliki 4 jenis ancaman bencana. Dalam penanggulangan bencana terdapat 3 prinsip di dalamnya. Yaitu pra bencana (Living Harmony With Disaster), dengan menjauhkan masyarakat dari bencana dan menjauhkan bencana dari masyarakat.

“Kemudian yang kedua adalah tanggap bencana (Saat Bencana), dengan menyelamatkan lebih banyak korban. Terskhir, pasca bencana (Rehabilitasi dan Rekonstruksi) membangun dengan lebih baik dan aman. Intinya kita juga menggandeng unsur pentahelix dalam mitigasi maupun penanggulangan bencana,” pungkasnya.

Kegiatan dilanjutkan dengan melihat ruang Pusdalops BPBD Jatim. Serta mengunjungi Taman Edukasi Bencana yang terdapat Tenpina atau Tenda Pendidikan Bencana. Dimana di dalamnya berisi diantaranya diorama kebencanaan dan sarana interkatif informasi kebencanaan.

Selanjutnya ada Mosipena atau Mobil Edukasi Penanggulangan Bencana yang berisi perpustakaan dan multimedia. Serta terdapat sarana prasarana kebencanaan di Taman Edukasi Bencana. [bed.dre]

Tags: