DPRD Jatim Kaget Distributor PCC Ada di Mulyorejo Surabaya

Kapolsek Mulyorejo, Kompol Bagus Dwi Rusiawan memantau situasi rumah di Wisma Permai I no 24, tkp penggerebekan kasus pil PCC, Selasa (19,9).

DPRD Jatim, Bhirawa
Diketemukannya rumah distribusi obat Paracetamol, Cefeine and Carisoprodol (PCC) di Wisma Permai Timur 1 no 24 Mulyorejo Surabaya oleh Tim Direktorat IV Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Mabes Polri sempat mengagetkan Komisi E DPRD Jatim. Pasalnya satu hari sebelumnya Dinkes Jatim, BPOM, BNN dan Ditnarkoba Polda Jatim belum menemukan peredaran obat PCC di Jatim.
Ketua Komisi E DPRD Jatim, dr Agung Mulyono menegaskan penemuan obat PCC di Surabaya sangat mengagetkan para wakil rakyat. Pasalnya instansi terkait diantaranya Dinkes Jatim, BPOM Surabaya, BNP serta aparat kepolisian mengatakan jika di Jatim belum diketemukan peredaran PCC di masyarakat.
“Makanya kami kaget setelah mendengar berita tersebut. Untuk itu, karena PCC merupakan virus di masyarakat, maka semua pihak harus melakukan preventif atau pencegahan,”tandas politikus asal Partai Demokrat, Selasa (19/9).
Sementara itu   Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jatim, Brigjen Pol Fatkhur Rahman menyatakan bahwa kasus pil PCC bukanlah domain dari BNN. Meski demikian, BNNP tetap melakukan monitoring peredaran pil PCC di Jatim.
Sebab penangkapan yang dilakukan Polri merupakan pengembangan hasil ungkap kasus pil PCC di Kendari, Sulteng beberapa waktu lalu. Terkait pil PCC, Fatkhur menjelaskan bahwa hal itu merupakan domain dari Polri, Dinas Kesehatan (Dinkes) dan BPOM.
“Kami (BNNP) tetap supporting data dan informasi ke Polri. Kalaupun di lapangan ada peredaran pil PCC, kita akan bantu Polri untuk menangkap pengedarnya. Tapi tindaklanjutnya nanti ditangani Polri,” kata Brigjen Pol Fatkhur Rahman.
Kabid Pemberantasan BNNP Jatim, AKBP Wisnu Candra menjelaskan, pil PCC ini bukan termasuk narkotika. Meskipun demikian, pihaknya tetap membantu rekan Polda Jatim dan Polres setempat dalam hal input data dan informasi. “Meski tidak ada kewenangan disitu, tapi kita mensuport teman-teman di kepolisian. Karena itu bukan termasuk kedalam narkotika,” jelasnya.
“PCC ini sudah tidak ada izin edar, sudah dari 2009 dan 2013 ditegaskan bahwa pil PCC tidak ada izinnya dan sudah tidak diproduksi lagi. Karena pil PCC ini masuk UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,” tegasnya.
Terpisah, Ketua RT 06, Mulyorejo, Ida Bagus Nyoman Sudjana membenarkan adanya penggerebekan di wilayahnya. Ia menjelaskan, sekitar pukul 02.00 dini hari tim anti narkoba Polda dan Polrestabes Surabaya telah mengamankan satu orang dan 10 kantung barang bukti jenis obat PCC. “Pengamanan tersangka oleh Polisi terjadi sekitr pukul 03.00 pagi. Saya dan Ketua RW 05 menyaksikan penggerebekan ini,” ucap Sudjana kepada Bhirawa.
Lanjut Sudjana, H yang diamankan Polisi bukanlah pemilik rumah, tetapi penyewa rumah tersebut. H adalah Haryoko Setiawan (42), warga Kedungmangu Selatan, Sidotopo Wetan, Kenjeran, Surabaya. selama tinggal disini, Sudjana mengaku Haryoko jarang bersosialisasi kepada tetangga sekitar tempatnya.

Awasi Obat-Obatan
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jatim tengah meningkatkan pemahaman masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan obat. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi beredarnya obat-obat jenis G, khususnya pil PCC. Namun, Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf meminta tidak hanya peredaran obat-obatan yang diawasi, melainkan juga makanan dan minuman (mamin).
Kepala Dinkes Provinsi Jatim Dr Kohar Hari Santoso meminta kepada seluruh Dinkes Kabupaten/Kota untuk meningkatkan pemantauan distribusi obat yang legal ataupun ilegal. Selain itu, pihaknya juga berjanji bakal melakukan pencabutan izin apabila ditemukan ada apotek yang nakal.
“Kami minta Dinkes Kabupaten dan Kota terus meningkatkan pemahaman masyarakat tentang bahaya penyalahguaan obat. Serta memantau distribusi obat baik yang legal apalagi ilegal,” kata Dr Kohar.
Terpisah, Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf meminta kepada Forum Pengendalian dan pencegahan Obat (FP2O) bukan hanya mengawasi peredaran obat-obat terlarang. Namun, juga makanan dan minuman yang sudah banyak yang tidak sehat. “Sekarang ini paling banyak itu makanan-makanan yang tidak sehat, campur-campur. Jadi tidak hanya obat-obatan terlarang saja, semua bisa dilaporkan,” katanya.
Forum Pengendalian dan pencegahan Obat, kata Gus Ipul sapaan akrab Saifullah Yusuf, itu sifatnya sinergi dan koordinasi. Bahkan, pihaknya juga mengakui akan keterbatasan tenaga untuk mengawasi segala macam. “Terus terang saja tenaga kita ini terbatas untuk mengawasi segala macam. Jadi masyarakat harus ikut partisipasi. Komunikasi terus terjalin, pada dasarnya kita mengurangi risiko,” pungkasnya. [cty,bed,geh]

Tags: