Komisi II DPRD Kota Probolinggo Sidak PT Eratex Jaya

Komisi II DPRD Kota Probolinggo sidak PT Eratex Djaja.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

(Picu Kemacetan Arus Lalulintas)
Kota Probolinggo, Bhirawa
Kondisi ruas jalan Supriyadi tepat di belakang Pabrik Eratex selama ini kerap macet. Terutama, saat jam-jam masuk dan pulang kerja pegawai Eratex. Kondisi itu pun jadi perhatian Pemkot setempat. Bahkan kali ini Komisi II DPRD kota Probolinggo sidak PT. Eratex Jaya.
Tidak lama lagi, jalan Supriyadi, belakang PT Eratex Djaja Kota Probolinggo, diprediksi tak macet lagi. Terutama pada jam-jam sibuk pagi hari saat masuk sekolah dan kantor, serta sore hari saat ribuan karyawannya pulang.
Pasalnya, perusahaan garmen tersebut akan menyediakan tempat untuk para penjemput karyawannya. Saat ini lokasi parkir kendaraan penjemput di sisi timur, tengah digarap dan dalam penyelesaian. Sementara tempat yang sama di sisi barat pintu keluar masuk karyawan, tengah dipersiapkan. Hal tersebut diungkap Manajer HRD (Human Resouces Development) Rabu 19/2/2020 siang. Saat Komisis II DPRD setempat melakukan sidak di perusahaannya. Disebutkan, tempat atau ruangan di sisi timur itu, berukuran lebar 4 meter dan panjang 30 meter, cukup untuk 75 unit kendaraan.
Sedang ruang yang sama yang akan dibangun di sisi barat, lebarnya sama namun panjangnya lebih pendek yakni 25 meter. Cukup menampung kendaraan roda 2 milik keluarga karyawan sebanyak 50 unit. “Tempat yang kami buat untuk ruang tunggu penjemput karyawan, saya rasa cukup,” ujarnya.
Mengingat, sebelumnya pihaknya sudah melakukan analisa observasi atau pengamatan di lapangan. Tujuannya, untuk mengatahui jumlah penjemput karyawan setiap harinya, baik yang dari barat maupun dari timur. “Mudah-mudahan dengan cara ini, tidak ada kemacetan lagi,” harapnya.
Fungsi ruang yang dibuatnya untuk tempat parkir kendaraan penjemput karyawannya, bukan untuk tempat yang lain. “Urusan kami hanya mengatur karyawan dan keluarganya yang menjemput. Urusan PKL, bukan kewenangan kami dan itu sudah ada yang mengatur yakni pemerintah kota Probolinggonyang mengatur,” tuturnya.
Ketua Komisi II DPRD Kota Probolinggo, Sibro Malisi mengatakan, kedatangannya ke PT Eratex Djaja untuk melihat langsung keberlangsungan perusahaan. Sebab, perusahaan yang dibangun tahun 1972 dan mulai jalan tahun 1973 ini banyak memberi kontribusi kepada masyarakat dan banyak menampung pengangguran.
Disebutkan, dari 8.300 karyawannya 50 persennya adalah warga Kota Probolinggo. Dengan komposisi tenaga kerja seperti itu, lanjut Sibro, sudah sewajarnyalah pemerintah mendukung keberadaaan perusahaan garmen tersebut. “Kontribuskunya cukup banyak. Selain tenaga kerja, banyak warga yang berjualan di sini,” ungkapnya.
Terkait kemacetan yang disebut parkir kendaraan sebagai penyebabnya, PT Eratex Djaja telah membuat 2 titik kumpul penjemput karyawan. Yakni di sisi barat dan timur. Dengan demikian, nantinya dua titik kumpul penjemput itu setelah dibuka, diharapkan tidak ada lagi kemacetan. “Perusahaan ini telah berbuat sesuatu agar jalan Supriadi, tidak macet lagi,” tandasnya.
Tak hanya penjemput yang ditertibkan, Pemkot juga harus melakukan hal yang sama. Dalam waktu dekat Komisi II akan berkoordinasi dengan Pemkot dalam rangka rencana pelebaran di sisi selatan yang kini ditempati PKL berjualan.
“Kami juga akan mengakomodir PKL. Toh mereka juga warga kami yang harus dilindungi. Akibat jalan sisi selatan diperlebar, merka akan kehilangan mata pencaharian. Kami bersama Pemkot akan mencarikan jalan keluar. Ya tempat untuk berjualan,” paparnya.
Wakil Wali Kota Probolinggo Moch Soufis Subri pun beberapa hari lalu meninjau kawasan setempat. Memang ada keluhan dari masyarakat terkait kemacetan di jalan belakang Eratex. Kami datang ke sana untuk melihat kondisinya, ujarnya.
Subri melihat, keluhan masyarakat itu memang terjadi. Kemacetan terjadi karena banyaknya pedagang kaki lima (PKL), hingga karyawan yang berjalan setelah pulang kerja. “Masyarakat melihat seolah-olah jalan itu adalah jalan milik Eratex,” ujarnya.
Politisi Partai Demokrat ini melihat, kondisi jalan di belakang Eratex memang macet. Mulai dari lalu lalang masyarakat, PKL, serta jumlah kendaraan yang keluar masuk tidak seimbang dengan volumen jalan. “Kami mengusulkan kepada pihak pabrik agar tembok belakang pabrik dimundurkan sepanjang 3 meter,” jelas Subri.
Pria yang juga seorang insinyur sipil ini memilih fokus pada upaya pelebaran jalan. Serta penempatan Pos PAM di ujung jalan. Termasuk pemberlakukan sistem buka-tutup jalan saat jam ramai. “Kami juga mencoba untuk sungai di sisi selatan jalan dinormalkan dan dibangun sebagai jalur pedestrian. Jadi, karyawan yang baru pulang bisa menggunakan untuk berjalan,” tegasnya.
Agus Ramadhan, 38, warga Kelurahan Curahgrinting mengakui, Jalan Supriyadi kerap macet. Terutama setiap jam kerja dan jam pulang karyawan Eratex. “Kalau pukul 3-5 sore, jangan berani-berani lewat jalan ini. Macet parah. Apalagi kalau ada mobil yang masuk tambah sulit untuk keluar, tambahnya.(Wap)

Tags: