Komitmen Pembangunan Berbasis Lingkungan

(Fenomena Kerusakan Lingkungan)

Oleh:
Wiwin Wijiyanti, S.Pd.
Guru Mapel Geografi MAN 2 Bojonegoro.

Pembaca tentunya masih ingat lirik lagunya Ebiet G. Ade yang sangat fenomenal. “Mungkinkah Alam Mulai Bosan Bersahabat dengan Kita”. Lirik lagu yang tak pudar oleh waktu. Kalau direnungkan secara seksama tentunya sangat mendapat maknanya. Tentunya, bukan alam yang bosan bersahabat dengan kita tapi kita yang tidak mau bersahabat dengan alam, sehigga alam hanya memberi balasan atas apa yang kita perbuat dengan adanya bencana dimana-mana.
Pertanyaannya adalah siapakah yang harus disalahkan ketika fenomena kerusakan lingkungan dan bencana marak? Apa yang harus dilakukan oleh manusia? Dan bagaimana peran pemerintah? Dan bagaimana sih sebenarnya pembangunan berwawasan lingkungan.
Fenomena Geografis
Pembangunan berwawasan lingkungan adalah kunci untuk menata sebuah wilayah. Maksudnya menjaga agar sumber daya alam dan lingkungan tetap lestari dan tidak rusak. Memelihara dan mengembangkan agar sebagai modal dasar tetap tersedia. Daya guna dan hasil guna harus dilihat dalam batas-batas yang optimal, dengan tidak mengurangi kemampuan dan kelestarian sumber daya lain, serta pilihan penggunaan guna persiapan masa depan.
Apa yang terjadi seperti banjir bandang, tanah longsor karena kesimbangan alam tidak terjaga. Hutan banyak yang gundul karena tanaman atau penghijauannya sudah musnah. Dengan kata lain, kecenderungan orang untuk mengeksploitasi apa yang ada di alam atau sekitar mereka akan tetapi tidak melakukan hal-hal yang bijak terkait dengan konservasi sumber daya alam. Tidak mengherankan manakala apa yang terjadi saat ini adalah bentuk akumulasi dari perilaku “menyimpang” dan tidak “bersahabat”.
Jujur harus kita akui wilayah pemukimaman pada hakikatnya terdiri atas fenomena geografis. Fenomena geografis di permukaan bumi muncul akibat interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Dalam skala ini, interaksi itu menimbulkan bentang alam dan bentang budaya. Peranan manusia dalam hal ini sangat dominan. Rasa memiliki alam serta kepedulian masyarakat adalah realitas sesungguhnya yang harus ada dalam kesadaran secara nyata.
Apa yang dilakukan hari ini dapat memberikan efek berkelanjutan pada masa yang akan datang. Sebab saat ini diakui atau tidak adanya tudingan bahwa bencana banjir bandang atau tanah longsor saat ini kena perilaku masa lalu yang tidak pro lingkungan. Konsep pembangunan berwawasan “hijau’ dan berkelanjutan adalah sudah harga mati. Dengan demikian, menamam pohon hari ini dapat kita rasakan puluhan tahun yang akan datang.
Menyikapi Bencana
Menurut saya adanya bencana di mana-mana pada hakikatnya manusia harus mulai menyadari betapa penting dan mahalnya arti sebuah kenyamanan lingkungan. Dalam kecemasan dan ketakutan orang akan berpikir bahwa harta tidak lagi mendatangkan bahagia tapi bencana, orang tidak lagi menilai orang lain dari harta, pangkat, dan derajatnya tapi dari kebaikannya.
Nah, sekarang yang menjadi masalah dan yang harus kita perbuat hari ini untuk menuju peradaban baru. Tanpa menyalahkan siapa siapa. Paling tidak dengan cara Pertama pembangunan kependudukan dan pemukiman dengan cara penanaman sikap dan perilaku kependudukan yang rasional dan bertanggung jawab. Penataan pemukiman di perkotaan seperti perbaikan dan peningkatan fasilitas kesehatan sekolah, tempat rekreasi, persediaan air bersih, pembangunan kampung dan rumah murah, pengaturan jaringan angkutan umum agar tidak terjadi kecelakaan. Mencegah pencemaran air dan udara, pengaturan ruang dan tata guna lahan.
Kedua, pembinaan masyarakat terhadap kesadaran akan arti pentingnya kebersihan dan kebersihan lingkungan hidup. Di samping itu juga dilakukan penataan di lingkungan pedesaan seperti menumbuhkan sifat swadaya masyarakat mengembangkan kesadaran rumah sehat, penataan ruang pedesaan dan pembinaan masyarakat pedesaan untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Komitmen untuk pembinaan akhlak, mental, dan budi pekerti luhur adalah harga mati.
Ketiga, membangun kesadaran masyarakat untuk selalu menanam pohon. Mengapa ini penting? Dengan cara ini sepertinya, masyarakat akan merasakan dampaknya bagi anak cucu mendatang. Sebab bagaimanapun juga penamanan pohon dapat menanggulangi pemanasan globa. Meskipun pemanasan global kini bukan lagi isu lingkungan, melainkan fakta nyata masalah lingkungan yang sedang terjadi. Pemanasan global menyebabkan siklus pergantian musim menjadi sulit diprediksi. Fakta nyata dari pemanasan global ini ditandai dengan musim kemarau yang menyebabkan kekeringan dan curah hujan yang tinggi menyebabkan banjir.Aksi nyata yang dapat mencegah memburuknya kondisi lingkungan akibat pemanasan global adalah dengan memelihara dan menjaga lingkungan alam saat ini.
Dalam skala makro, penghijauan yang dilakukan seperti pemetaan luas hutan konservasi dan konsistensi perlindungan terhadap hutan konservasi dalam satu daerah/kabupaten maupun negara. Untuk ruang lingkup skala mikro yaitu penghijauan untuk perkotaan. Masalah lingkungan seperti memburuknya kualitas udara perkotaan dan masalah air bersih disebabkan karena memburuknya kondisi daerah resapan air.
Tentunya, apa yang terjadi tentang fenomena kerusakan lingkungan tidak bijak kalau saling menyalahkan. Perlu komitemen dari masyarakat dan pemerintah. Apa yang telah dilakukan oleh Pemkab, Dinas DKP, dan Dinas pendidikan dalam melakukan sinergi menanam sejuta pohon penghijauan dan juga bunga bougenfil beberapa waktu lalu perlu menjadi inspirasi. Kedepan kerusakan lingkungan dalam bentuk banjir bandang dan juga tanah longsor dapat diminimalkan. Dengan demikian, dapat memiliki sikap dan berdaya tahan karena memiliki komitmen dalam menjaga kelestarian lingkungan. Bukankah begitu pembaca?

                                                                                                   ————– *** —————-

Tags: