Kompetisi Ilmu Sains Bikin Ketagihan

Salman Albir Rijal

Salman Albir Rijal
Pernah gagal dalam mengikuti olimpiade dan kompetisi sains, tidak membuat Salman Albir Rijal berputus asa. Terbukti, setelah mengikuti 25 jenis kompetisi, baru kali ini, Salman begitu ia disapa mendapat prestasi yang membanggakan.
Ya, dia meraih Juara I dalam Lomba Essai Matematika Nasional (Lemnas) 2018 ditingkat nasional yang diselenggarakan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) beberapa waktu yang lalu. Meskipun diakuinya, target juara tersebut bukan target utamanya.
Dalam kompetisi tersebut, ia menggagas sebuah media pembelajaran yang memadukan antara pendidikan dan budaya. Menggunakan media utama, permainan tradisional yaitu Dakon, Salman ingin membuktikan bahwa materi dalam ilmu Matematika bisa dengan mudah diterapkan dalam aktifitas sehari-hari. Salah satunya melalui permainan.
“Paduan konsep materi dan budaya saya buat se sederhana mungkin. Bagaimana suatu sistem pengajaran bisa ditangkap oleh siswa dengan mudah. Dakon saya pilih karena permainan ini paling sesuai untuk penerapan materi deret aritmatika. Apalagi siswa juga sering lupa kalau inget-inget rumusnya,” ungkap siswa kelas XII SMAN 16 Surabaya ini.
Dengan menggunakan permainan dakon ini, sambung dia, visualisasi rumus bisa dengan mudah dipahami. Misalnya rumus, selisi dari deret aritmatika, penjumlahan 22 deret aritmatika dan cara menentukan bilangan yg hilang dari aritmatika.
“Visualisasi di dakon lebih mudah lebih gampang banyanginnya untuk tiga pembahasan itu,” tutur laki-laki kelahiran Bandung, 19 Mei 2001.
Sebelumnya, Salman juga melakukan analisa permainan untuk menentukan permainan yang tepat untuk materi Deret Aritmatika. “Saya juga cari-cari permainan tradisional apa yang cocok. Awalnya ada bola bekel tapi itu gak nggak bisa untuk deret. Jadi ketemulah dakon ini,” kata putra pertama pasangan Harimandana Sasmita dan Tati Rahmayati
Beberapa kali, diakui Salman konsep pembelajaran yang ia digagas sempat di ujicobakan oleh dia. Tidak sedikit dari teman sebayanya yang merespon baik konsep pembelajaran yang dibuat. “Mereka bilang konsep saya mudah dipahami, dibanding harus mengingat rumus,” lanjut pria yang juga mempunyai hobby fotografer dan videografi ini.
Melihat semangat Salman dalam mengikuti berbagai kompetisi ilmu science, bukan tanpa alasan jika ilmu science memberikan sensasi dan tantangan yang berbeda bagi dia. Menurut dia, sifat faktual dan pasti yang dimiliki ilmu science tidak dimiliki oleh bidang keilmuan lain.
“Saya dapat banyak pengetahuan terbuka, wawasan luas, dan keinginan untuk belajar juga tinggi ketika mengikuti kompetisi dan olimpiade. Sistemnya yang fair dan pembelajaran yang lebih ketat tidak saya dapatkan di sekolah,” jelas dia. Kedepan, ia tengah fokus pada beberapa kompetisi robotic hingga olimpiade Kimia ITB. [ina]

Rate this article!
Tags: