Kompromi dengan Akom, Setnov Terpilih Ketum Partai Golkar

Pelaksanaan Munaslub Partai Golkar di Bali ricuh, Senin (16/5) setelah ada kader Baladhika Karya tanpa ID card memaksa masuk arena kegiatan. [siti]

Pelaksanaan Munaslub Partai Golkar di Bali ricuh, Senin (16/5) setelah ada kader Baladhika Karya tanpa ID card memaksa masuk arena kegiatan. [siti]

Resmi Keluar dari KMP, Bergabung dengan Partai Pendukung Pemerintah
Bali, Bhirawa
Ketua FPG DPR RI Setya Novanto (Setnov)  terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar periode 2016 – 2019 dalam Munaslub Partai Golkar di Bali, Selasa (17/5). Setya Novanto terpilih dari hasil kompromi dengan Ade Komarudin (Akom).
Pada sisi lain, ajang Munaslub Bali juga mengubah arah politik Partai Golkar.  Partai ini secara tegas menyatakan diri keluar dari Koalisi Merah Putih (KMP) dan memilih bergabung dengan partai pendukung pemerintah.
Menanggapi kemenangannya, Setya Novanto berjanji bakal merangkul seluruh Caketum Golkar untuk masuk dalam jajaran struktur. “Tujuh Caketum sudah melakukan visi misi dan terobosan yang semuanya mempunyai kelebihan. Mereka akan saya rangkul untuk mengisi jabatan dalam struktur nanti,” ujarnya di ajang Munaslub Golkar di Bali Nusa Dua Convention Center Bali, Selasa (17/5).
Setya Novanto berharap jalinan kerjasama antar pengurus partai berjalan dengan baik demi tercapainya cita-cita Golkar. “Saya minta kepada masyarakat Indonesia untuk memberi kesempatan saya untuk memimpin Golkar,” pungkasnya.
Sementara itu Akom mengaku legowo menyerahkan kursi Ketum Golkar ke Setya Novanto.  “Saya masih muda dan masih panjang waktu saya untuk bisa memimpin Golkar. Sedangkan Pak Setya Novanto (Setnov) sudah usia 60 sehingga saya beri kesempatan untuk memimpin Partai Golkar,” ungkap Akom.
Ketua DPR RI itu juga mengaku sudah berkonsultasi dengan semuanya termasuk Caketum lainnya dan Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie. “Akhirnya dari konsultasi tersebut, mereka setuju agar Ketua Umum Partai Golkar dipegang Pak Setya Novanto,” jelasnya.
Sebelumnya, dalam pemilihan Ketua Umum Partai Golkar secara voting tertutup dengan memperebutkan sebanyak 554 suara, Setnov memperoleh 277 suara, Ade Komaruddin 173 suara, Airlangga Hartarto 14 suara, Azis Syamsuddin 48 suara,Mahyuddin 2 suara, Bambang Indra Utoyo 1 suara, Priyo Budi Santoso 1 suara, Syahrul Yasin Limpo 27 suara dan suara tidak sah ada 11 suara.
Rencananya dengan perolehan masing-masing calon ketua umum tersebut, akan dilakukan pemungutan suara putaran kedua. Namun, atas saran dari Caketum Syahrul Yasin Limpo  ada musyawarah mufakat antara Ade Komarudin dan Setya Novanto. Dan usulan tersebut disetujui oleh pimpinan sidang Nurdin Halid. Akhirnya Akom memilih mundur dalam pemungutan suara putaran kedua.
Setya Novanto dikukuhkan sebagai Ketua Umum  Partai Golkar setelah Caketum Ade Komarudin mengundurkan diri dari pertarungan pemilihan putaran kedua Ketum Golkar.
Ajang Munaslub di Bali juga mengubah sikap politik Partai Golkar. Secara resmi Partai Golkar memutuskan keluar dari Koalisi Merah Putih (KMP). “Mencabut dan menyatakan tidak berlaku lagi keputusan Munas Partai Golkar tentang posisi Partai Golkar dalam Koalisi Merah Putih,” kata Sekretaris Pimpinan Sidang Munaslub Siti Aisyah.
Reposisi Golkar di dalam KMP dilakukan seiring dukungan partai kepada pemerintah. Secara tegas, sikap itu sebelumnya telah disampaikan saat Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar awal tahun ini.
Siti Aisyah mengatakan keputusan Golkar untuk mendukung pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla akan ditindaklanjuti dengan upaya nyata Partai Golkar demi menyukseskan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Sebelumnya, KMP dibentuk sebagai tandingan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) pada saat Pilpres 2014 lalu. Belakangan, KIH telah berubah nama menjadi Koalisi Partai Politik Pendukung Pemerintahan, seiring dengan masuknya sejumlah partai lain di luar KIH untuk mendukung pemerintah.

Gerindra Tak Mempermasalahkan
Partai Gerindra tak mempermasalahkan sikap politik Partai Golkar yang menyatakan diri keluar dari Koalisi Merah Putih (KMP) dan memilih bergabung dengan partai pendukung pemerintah.
Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon menegaskan, sikap Golkar memilih hengkang dari KMP bukan hal baru. Bahkan Gerindra sudah mengetahui sikap Golkar tersebut sebelum resmi dibacakan di Munaslub Bali.
“Ya tidak ada masalah, saya kira ini bukan berita baru,” kata Fadli Zon di Gedung DPR Senayan Jakarta, Selasa (17/5).
Wakil Ketua DPR ini menegaskan, KMP dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menegaskan akan mendukung pemerintah jika program-program itu baik, dan akan kritis bahkan menolak jika bertentangan dengan kehendak rakyat. “Saya kira hak setiap parpol menyampaikan dan menyatakan sikap terhadap situasi maupun kondisi politik saat ini. Saya kira kita hargai,” tutur Fadli.
Fadli menambahkan, fungsi pengawasan terhadap pemerintah akan tetap berjalan, meski Gerindra hanya sebatang kara di KMP. Ia pun meyakini parpol-parpol pendukung pemerintah juga tak serta merta otomatis menyetujui semua program pemerintah jika bertentangan dengan rakyat.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga menghormati sikap politik Golkar yang menyatakan hengkang dari KMP.  “Itu keputusan politik. Setiap orang apalagi partai punya hak menentukan sikap politiknya,” kata  Surahman Hidayat di Gedung DPR Senayan Jakarta, Selasa (17/5).
Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR ini menambahkan sikap politik Golkar menentukan koalisi pilihannya sah-sah saja dan harus dihormati. “Kalau benar itu sikap Golkar, itu sah-sah saja dan harus dihormati,” tuturnya. [cty]

Tags: