Komunitas TAcom Berharap Bisa Masuk Cabor

Para anggota TAcom saat berlatih di lapangan depan Hotel Mustika Tuban. (Khoirul Huda/bhirawa)

Para anggota TAcom saat berlatih di lapangan depan Hotel Mustika Tuban. (Khoirul Huda/bhirawa)

Tuban, Bhirawa
Bermain pesawat mainan (Aeromodeling) ternyata tidak hanya dilakukan olah anak-anak, sejumlah orang dewasa pun kini tidak mau kalah dengan permainan alat transportasi udara itu, terutama jika sudah menjadi hobi.
Seperti yang dilakukan oleh para pecinta Aeromodeling di Kabupaten Tuban. Mereka seakan-akan tidak mau kalah dengan anak-anak, para bapak yang sebagian besar sudah berumur ini begitu asik memainkan pesawat mainan dan jenis alat transportasi terbang lainya.
Pesawat yang benar-benar dapat diterbangkan dengan kendali remote control itu membuat banyak orang penasaran, berawal dari rasa penasaran dan ingin mencoba tersebut, aeromodeling akhirnya mulai digemari sejumlah warga di Kabupaten Tuban, hingga terbentuk komunitaas atau perkumpulan dengan hobi sama yang diberinama Komunitas aeromodeling Tuban atau TAcom sejak 2013 lalu.
“Masih sebatas hobi mas, di Tuban belum menjadi bagian dari cabang olahraga, anggotanya juga masih sekitar 20 orang,” demikian kata salah satu pengurus komunitas airomodeling, Andy Aly Wafa.
Andy juga mengungkapkan, secara teknis, aeromodeling tidak hanya keahlian menerbangkan pesawat dengan remote control, namun juga kreatifitas penghobi karena ada sebagian pesawat yang dimainkan rupanya juga dibuat dan didesain sendiri oleh para penghobi tersebut.
“Pesawat aeromodeling memang cukup mahal, apalagi sebagian besar peralatanya adalah barang impor, mulai remote, motor, controller, resiver (radio penerima) dan sebagian peralatan lain kita beli dengan cara online dari luar,” terang Andy.
Biasanya, komunitas aeromodeling menerbangkan pesawat dan beradu ketangkasan sesama anggota komunitas di lapangan terbuka, ada beberapa anggota yang juga sudah pernah mengikuti kejuaraan dan mendapatkan gelar juara dari keahlianya mengendalikan airomodeling.
“Kalau latihan biasanya di lapangan terbuka, kadang seminggu dua kali. Anggota kami juga ada yang pernah juara disalah satu kejuaraan, dalam kategori airobatik (bermain bebas dan berakrobat diudara dengan pesawat),” kata Andy.
Guru disalah satu SMK di Tuban ini mengaku, dirinya tidak hanya membeli pesawat aeromodeling miliknya, namun lebih banyak membuat sendiri dengan merakit pesawat tersebut dari bahan yang ringan.
“Saya lebih suka membuat sendiri, kemudan motor dan peralatan (Mesin) kita rakit dari membeli online, tidak jarang pesawat buatan saya juga dibeli oleh anggota komunitas, bahkan ada warga Makasar yang pernah pesan pesawat buatan saya,” katanya.
Diakui memang, hobi tersebut cukup mahal untuk digeluti kebanyakan orang, karena untuk memiliki satu pesawat airomodeling, biayanya yang harus dikeluarkan minimal dua hingga tiga juta.
“Peminatnya belum banyak mas, mungkin karena hobi ini tidak murah, untuk satu pesawat saja minimal diatas dua juta, sebut saja untuk controlernya yang paling murah, minimal harganya 1 juta, belum resiver, motor pesawat, servo, dan model pesawatnya,” papar Andy.
Dia berharap, olahraga aeromodeling di Tuban dapat menjadi salah satu cabang olahraga (Cabor) di kabupaten berjuluk Bumi Wali itu, agar geliat yang saat ini sudah mulai muncul dapat berkembang.
“Harapanya bisa kayak kabupaten lain yang menjadikan olahraga ini bagian dari cabang olahraganya, minimal kami yang memiliki kegemaran ini punya wadah dan harus disalurkan kemana kedepanya,” harap Andy. (hud)

Tags: