Kondisi Tubuhnya Kian Kritis, Orang Tua Pasrah Karena Ekonominya Pas-pasan

Ifa Risatul Hikma, penderita gizi buruk asal Desa Wringin Anom, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo terbaring lemas di ruang perawatan kamar RSUD Situbondo. [sawawi]

Ifa Risatul Hikma, Penderita Gizi Buruk yang Hidup di Tengah Kebun Tebu

Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Satu lagi anak di Kabupaten Situbondo ditemukan mengidap gizi buruk. Dia adalah Ifa Risatul Hikma, anak usia enam tahun pasangan Hartono-Siti Maymana, asal Dusun Banongan Desa Wringin Anom Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo. Keluarga ini tercatat memiliki ekonomi yang pas-pasan dan harus hidup di tengah kebun tebu di desa setempat.
Ifa kini kondisinya kian kritis dan terus memburuk karena serangan gizi buruk yang terus menggerogoti tubuhnya. Ifa sejak kecil dibagian fisiknya memang tumbuh tidak normal dan berbeda dengan kebanyakan pertumbuhan anak sebayanya. Lambat laun tubuh Ifa semakin kecil dan hanya menyisakan kulit dan tulang dibagian kaki, tangan dan organ tubuh lainnya. Bahkan belakangan ini tubuhnya terus mengecil dan hanya terbaring lemas dirumahnya yang reot di tengah kebun tebu Desa Wingin Anom, Situbondo.
Menurut M Aryo, akivis Gerakan Peduli Sosial (GPS) Kabupaten Situbondo, orang tua Ifa memang hidup di bawah garis kemiskinan dan SDM pendidikannya tergolong rendah. Tak pelak, keduanya sejak masih muda harus hidup prihatin dengan cara berpindah pindah tempat di Desa Wringin Anom. Pernah suatu ketika, aku M Aryo, keduanya harus hidup numpang di rumah tetangga dekatnya. “Maka dari itu keduanya terpaksa tinggal di tengah kebun tebu karena sudah tidak ada tempat lain lagi yang bisa ia tumpangi,” tutur Aryo.
Beberapa tahun kemudian, kata Aryo, orang tua Ifa itu mengalami guncangan hidup yang luar biasa setelah anak semata wayangnya lahir dengan kondisi yang memprihatinkan. Ifa, setelah ditimbang bobot tubuhnya tidak seperti bayi pada umumnya. Kedua orang tuanya yang pengetahuannya rendah, tak bisa berbuat banyak dan tidak mengira jika anaknya terkena serangan penyakit gizi buruk.
“Dari tahun berganti tahun kondisi perkembangan Ifa semakin buruk. Oleh karena itu kami langsung koordinasi bersama Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial untuk secepatnya di rawat ke RSUD Asembagus,” ujarnya.
Karena kondisinya terus memburuk, oleh GPS Situbondo dan Dinas Sosial Ifa selanjutnya di rujuk ke RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo. Setali tiga uang, kondisi tubuh Ifa tidak kunjung membaik dan direncanakan untuk dirujuk ke RSUD dr Subandi Jember. Guna melancarkan penanganan medis Ifa, Aryo berharap ada dermawan yang rela untuk menyalurkan bantuannya demi kesembuhan anak miskin tersebut.
“Barangkali ada warga ayang terketuk hatinya untuk membantu penanganan medis Ifa, kami siap menerima uluran bantuan tersebut,” papar Aryo seraya mengakui penanganan medis Ifa terus berada dalam pantauan Dinkes; Dinsos dan GPS Situbondo.
Ayah Ifa, Hartono saat diajak ngobrol masih terlihat terpukul oleh kondisi anak kesayangannya tersebut. Ia bahkan tidak banyak bicara dan pandangan matanya tampak kosong saat di dekati dikamar RSUD Situbondo kemarin. Hartono, semakin tak kuasa melihat kondisi anaknya yang kian hari semakin kurus karena dibagian tubuhnya semakin mengecil.
Hartono mengaku tak bisa berbuat apa apa, karena kondisi ekonominya memang tidak mampu. Ia bersama isterinya hanya pasrah dengan cobaan penyakit yang diderita anak perempuannya itu. Namun Hartono sadar suatu saat penyakit yang diderita Ifa bisa sembuh seperti anak normal sebayanya. “Meski terpukul saya tetap pasrah. Semoga Ifa ini cepat sembuh,” tuturnya.
Hartono belakangan mengaku bingung karena beberapa kali ditangani medis kondisi kesehatan anaknya belum kunjung sembuh seperti sedia kala. Namun Hartono bersama isterinya sangat mengapresiasi adanya berbagai bantuan dari instansi terkait berikut pendampingan intensif dari aktivis GPS Situbondo.
Hartono tak tahu harus membalas dengan cara apa, adanya bantuan penanganan medis dari berbagai instansi pemerintah tersebut. “Sebab saya selama ini hanya bisa memenuhi kebutuhan makan dan minum Ifa saja. Selain itu saya bekerjanya tidak tentu alias serabutan,” aku Hartono.
Siti Maymana, ibu Ifa juga memberikan pengakuan senada dengan suaminya, perihal penyakit gizi buruk yang dialami anak kesayangannya, Ifa. Siti Maymana bahkan hari harinya kini hanya dihabiskan di Rumah Sakit karena harus menjaga Ifa yang kondisi tubuhnya terus drastis. Maymana mengaku terus berdoa demi kesembuhan penyakit gizi buruk yang diderita Ifa. “Ini merupakan ujian berat dalam hidup saya. Namun saya masih bersyukur karena masih ada orang yang peduli untuk membantu penanganan medis terhadap Ifa,” ujarnya.
Maymana menceritakan sekilas munculnya penyakit kronis yang dialami anaknya, Ifa. Saat itu ia mengandung Ifa dalam kondisi normal seperti ibu seusianya. Seiring perjalanan waktu, lahirlah Ifa kala itu. Maymana tidak tahu, awal mula penyakit yang mendera anaknya Ifa. Maymana baru sadar anaknya terkena penyakit gizi buruk sekitar empat bulan sempat mengalami kejang kejang dan panas tinggi.
Maymana bertambah yakin anaknya mengidap gizi buruk setelah ada diagnosa syaraf otaknya dari tim medis terdekat. “Setelah tahu kabar anak saya terkena cerebal falsi itu saya kian bingung harus kemana. Ditambah lagi, kondisi ekonomi keluarga kami yang seperti ini (miskin),” pungkasnya. [Sawawi]

Tags: