Konsep Diversity of Ownership di Masa Pandemi Covid-19

Oleh :
Ferrisa R Prasanti
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Televisi hadir sebagai media yang mampu membuat masyarakat memiliki pandangan sendiri mengenai dunia melalui sistem penyampaian cerita atau informasi yang terpusat. Televisi mencoba untuk membuat pendapat akan dunia menjadi homogen sesuai dengan makna cerita maupun informasi yang disampaikan.

Media memiliki peran penting dalam menciptakan konstruksi masyarakat terhadap realita, sebab masyarakat di zaman modern ini bergantung pada media massa maupun digital termasuk televisi dalam mendapatkan informasi.

Di Indonesia situasi tersebut diperburuk dengan fenomena kepemilikan pusat pada konglomerat media. Konten yang disajikan semakin tidak beragam dan akan terjadi pengulangan pesan yang sama, walau dikemas dengan cara yang berbeda. Jika yang disampaikan bersifat edukasi dan terlepas dari isu-isu kekerasan maupun seksualitas, maka itu akan berdampak baik untuk masyarakat, namun bagaimana jika sebaliknya?

Maka mean-world syndrome bisa terjadi pada masyarakat saat ini. Mean-world syndrome merupakan fenomena ketika masyarakat beranggapan dunia itu kejam sama seperti yang ditampilkan media. Dampak langsung yang terjadi adalah masyarakat akan mengalami kepanikan, sebab penanaman real world oleh media.

Fenomena pandemi corona atau covid-19 saat ini adalah salah satu contoh bentuk mean-world syndrome yang terjadi di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Dalam fenomena ini masyarakat yang bahkan tak menjadi heavy viewers salah satu program, bisa ikut terkena mean-world syndrome, karena seluruh media massa hingga media digital memberitakan mengenai virus corona. Bukannya menghimbau beberapa media malah mengemas pemberitaan corona seolah-olah untuk menakuti masyarakat yang mana masyarakat kini semakin cemas dengan adanya informasi tersebut. Contohnya alih-alih memilih memberitahukan banyaknya masyarakat yang sembuh dari pandemi ini, media lebih memilih untuk memperlihatkan masyarakat yang positif corona dan yang meninggal. Keadaan ini sebenarnya juga mendapatkan sumbangsih dari media luar negeri juga, berdasarkan konsep global village masyarakat saat ini memang pada tahap yang bisa mengakses informasi dari seluruh penjuru dunia. Sehingga pemberitaan yang perlu dikontrol atau diseleksi tak hanya dari Indonesia saja, namun media massa maupun digital yang berasal dari luar negeri pula. Adanya televisi digital pun, membuat penyeleksian berita semakin rumit, sebab media televisi yang menayangkan tak terikat oleh regulasi Indonesia.

Kepemilikan pusat di Indonesia kini semakin memperburuk komodifikasi yang dilakukan oleh media, sebab kesempatan media televisi untuk menerapkan diversity of content semakin kecil. Hal tersebut berkaitan dengan pemilik mereka yang memberikan kebijakan atas program penayangan pun sama, serta regulasi internal yang dimiliki pun sama, sehingga konten yang dimiliki antara satu saluran dengan saluran yang lainnya akan memiliki konsep yang sama.

Tingkat keberagaman konten ini juga mempengaruhi jumlah informasi berulang yang diterima masyarakat, semakin banyak pengulangan informasi yang diterima maka informasi tersebut akan tertanam dalam mindset mereka. hal ini akan berdampak buruk bila informasi yang disebarkan mengandung isu-isu kekerasan, seksualitas atau isu yang dapat membuat mean-world syndrome dalam kondisi psikologis mereka.

Televisi dalam menanamkan real world pada masyarakat juga menggunakan prinsip dari teori jarum hipodermik, yakni masyarakat memiliki peran pasif dalam menerima informasi dari media, sehingga tak ada penyeleksian dalam mengolah informasi yang ada. Prinsip tersebut diperkuat dengan jenis komunikasi yang diterapkan oleh televisi yakni komunikasi linier atau satu arah, sehingga masyarakat tak bisa memberikan tanggapan langsung pada suatu program secara real time. Namun, saat ini prinsip itu dibantah sebab mengingat bahwa saat ini media telah bias waktu dan ruang maka, masyarakat dapat memberikan tanggapan pada suatu program bahkan saat real time.

Kemajuan ini harus diiringi oleh sifat kritis masyarakat terhadap memilah dan memilih informasi yang didapatkan. Sehingga pada zaman sekarang masyarakat sudah memiliki peran aktif pada media, kondisi ini sesuai dengan teori uses and gratification.

————– *** ————–

Tags: