Konsisten Berprestasi, Jadi Wisudawan Terbaik Uinsa

Yoga Risnandri dalam berbagai kompetisi nasional ataupun international

Surabaya, Bhirawa
Berstatus mahasiswa perantauan tak menjadi alasan bagi Yoga Risnandri untuk tidak berprestasi. Bahkan, selama mengenyam bangku kuliah ia menjadi aktivis hingga menjadi wisudawan terbaik angkatan Ke-91 dari Prodi Hukum Pidana Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya.
“Prestasi tak selalu dimaknai sebagai juara satu, dua, dan tiga. Namun bersukur atas hasil dari sebuah proses panjang penuh kesungguhan adalah prestasi yang sesungguhnya,” kata pemuda yang pernah menjadi finalis Debat Mahkamah Konstitusi ini.
Yoga–sapaan akrabnya kerap tak tidur karena harus menghafal materi kuliah di sela kesibukan organisasinya. Ia pun berupaya konsisten dan disiplin. ”Waktunya belajar ya harus jauh dari HP,” jelas anak pertama dari pasangan Sungdari dan Muriswati ini.
Tak hanya giat belajar, keikutsertaan Yoga dalam organisasi diakuinya penting untuk melatih jiwa sosial, kepemimpinan, problem solving, serta kemampuan mengambil keputusan. Sebab, kemampuan membimbing sesama tidak akan didapat hanya pada bangku perkuliahan. Ia menekankan menjadi aktivis bukan berarti tidak bisa berprestasi. Keduanya penting dan saling melengkapi.
“Di akademik melatih kemampuan kognitif dan kecerdasan intelektual, sedangkan di organisasi kita mengembangkan jiwa sosial dan kecerdasaan emosional. Kalau keduanya maksimal, mampu diserap dan dimiliki seseorang,” ujarnya.
Sebagai pendatang dari Pulau Sumatera, Yoga mengenang awal kedatangannya di Surabaya tanpa sanak saudara. Berangkat dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang seorang diri, ia memanfaatkan ojek online untuk menuju Kampus UINSA.
“Nyari kos juga sendiri udah kayak orang ilang. Overall, banyak bahagianya ketemu sama orang – orang baru, bahasa, dan budaya baru,” kenang Yoga.
Berbagai prestasi telah diraih Yoga selama menempuh pendidikan di UINSA, mulai dari menjadi finalis dalam lomba debat Mahkamah Konstitusi di Manado setahun silam, juga seringkali menyumbang piala kejuaraan untuk kampus dalam kompetisi debat hukum.
Terhitung, sudah empat piala dikantongi. Salah satunya pada ajang Pionir IX PTKIN Se-Indonesia tahun 2019 di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Bersama tim yang tergabung dalam Forum Law Debat Community (LDC) FSH UINSA, dirinya mampu menyabet juara II dalam mosi Debat Konstitusi.
Tidak hanya itu, Yoga mampu menembus Eropa melalui program KKN Internasional Kampus UINSA bekerjasama dengan Persatuan Pemuda Muslim Eropa (PPME) Al Ikhlas, Amsterdam. Dari ratusan pendaftar, hanya dua orang yang dapat lolos dan beruntung bisa mengukir pena di Negeri Kincir Angin. Yogo berhasil membuktikan dirinya mampu.
Pemuda yang akrab dipanggil Yogo ini pun aktif dalam kegiatan keagamaan dan pengembangan pemuda di Persatuan Pemuda Muslim Eropa (PPME) Al Ikhlas, Amsterdam. Sempat mencicipi kelas internasional di University of Amsterdam, ia mengaku sangat bersyukur.
“Tidak ada yang lebih bermakna kecuali untaian rasa syukur atas nikmat Allah, bimbingan guru, dukungan orang tua, dan orang – orang baik di sekelilingku. Tanpa campur tangan Allah dan dukungan dari orang – orang terdekat, jangankan berprestasi, untuk menjadi wisudawan pun hanya sekedar angan,” jelas pemuda kelahiran Jambi ini.
Menjadi lulusan terbaik Akademik sekaligus berprestasi khusus dengan IPK 3,79 Cumlaude Yogo mengaku dukungan keluarga dan support system lainnya cukup besar. Tak hanya ibu, sosok ayah bagi Yogo juga adalah role of model yang sempurna tanpa kecacatan.
“Dulu saya bermimpi bisa kasih orang tua undangan VIP saat wisuda, namun tidak bisa dipungkiri, ini diluar perkiraan,” imbuh Yogo, yang harus cukup merasa puas dikukuhkan secara Daring.
Momentum wisuda yang diimpikan seluruh mahasiswa bersama orangtuanya serta kerabat dan sahabat terpaksa dilaksanakan secara daring untuk menghentikan rantai penularan Covid 19.
“Wisuda online ini bukan hanya berkesan bagi saya, namun juga dicatat sebagai sejarah. Allah ganti dengan waktu spesial saya bersama orang tua di rumah,” jelas Yoga lapang dada.
Sementara itu, Rektor UINSA, Prof Masdar Hilmy, menyampaikan permohonan maaf selama wisuda Daring karena dengan terpaksa menggelar wisuda secara Daring. Pertimbangan digelar, mengingat kondisi Pandemi Covid 19 yang belum memungkinkan untuk digelarnya wisuda secara langsung.
“Ini merupakan momen yang membahagiakan, mengharukan, tapi mungkin juga menyedihkan karena harus terpisah secara Daring. Mudah – mudahan perpisahan ini bukanlah perpisahan yang akan memutus tali silaturahim,” ujar Prof Masdar.
Rektor secara langsung juga menyampaikan harapan, agar para Wisudawan UINSA menjadi sarjana yang mencerminkan Tagline UINSA, Building Character Qualities: for the Smart, Pious, Honorable Nation. Harapan agar sarjana UINSA, menjadi sarjana yang cerdas, pandai, alim, shaleh secara keagaamaan, berbudi luhur, serta berakhlakul karimah. [ina]

Tags: