Konsumsi Daging Sapi di Lumajang Merosot

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Lumajang, Bhirawa
Di tengah upaya untuk meningkatkan konsumi daging sapi, di Lumajang ternyata yang terjadi sebaliknya. Kabupaten ini  mengalami penurunan konsumsi daging sapi. Hal ini terlihat jelas pada aktivitas RPH (Rumah Potong Hewan).
‘’ Kalau dulu, RPH Kecamatan Kota Lumajang bisa menyembelih 17 ekor sapi perhari, saat ini hanya 14 ekor saja,’’jelas  Wiwin Kuswintarsih Kabid Bina Usaha Tani Kantor Disnak Kabupaten Lumajang. Kalau jumlah pemotongan di RPH seluruh kabupaten, dari sebelumnya 25 ekor sapi kini menjadi 20 ekor saja.
Lebih lanjut Wiwin mengungkapkan, pada saat lebaran tahun 2014 lalu, jumlah pemotongan sapi yang biasanya 90 ekor, pada lebaran ‘’Tahun 2015 kemarin menurun sampai 60 ekor saja,’’tambahnya.
Ini menjadi fakta bahwa permintaan daging di pasaran lokal Lumajang juga menurun mencapai sepertiganya atau 30 persen lebih.  Dimana, daging sapi hasil pemotongan di RPH ini hampir 75 persen untuk mencukupi usaha penjualan bakso. ‘’Sedangkan sisanya kebanyakan untuk memenuhi kebutuhan kuliner yang lainnya,’’imbuhnya.
Di Lumajang, RPH yang dikelola pemerintah, namun jagalnya menjual di pasar. Sehingga jagal selaku pemotong sapi pasti akan menyesuaikan tingkat pemotongannya dengan jumlah permintaan pasar.  “Kalau pemotongannya tidak sesuai dengan jumlah permintaan, maka mereka tentu akan merugi,’’paparnya.
Sehingga jumlah pemotongan sapinya akan diseimbangkan. ‘’Jagal di RPH akan memperkirakan sendiri jumlah pemotongan perharinya yang disesuaikan dengan pasar,” bebernya.
Untuk pemotongan di RPH, Kantor Disnak Kabupaten Lumajang telah menetapkan regulasi yang harus dipatuhi. Diantaranya, pemotongan tidak diperkenankan sapi betina produktif. “Untuk beratnya tidak dibatasi, tapi rata-rata sapi yang dipotong sudah besar dan siap potong.
Sebab, kalau sapi terlalu muda kan rugi,” urainya.  Wiwin menjelaskan, jika penurunan jumlah pemotongan sapi ini, disebabkan beberapa faktor. Diantaranya pemotongan sedikit, karena sapi yang disembelih juga tersubtitusi dengan ukurannya yang saat ini besar-besar.  “Alasannya sapi sekarang ini besar-besar dengan berat badan tinggi, sehingga pemotongan yang dibutuhkan cuma sedikit,” terangnya.
Faktor lainnya adalah tingkat konsumsi daging sapi masyarakat menurun karena harganya mahal di pasaran. Sehingga kosumsi masyarakat beralih (subtitusi, red) ke daging ayam. [yat]

Tags: