Konsumsi Kakao Masih Rendah

Seorang petani ketika mengontrol buah kakao apakah terserang jamur, atau tidak.

Seorang petani ketika mengontrol buah kakao apakah terserang jamur, atau tidak.

Pemprov, Bhirawa
Dari aspek produksi kakao secara nasional, Indonesia masih mampu menghasilkan 720 ribu ton atau mencapai peringkat ke-3 di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Sayangnya, produksi cukup tinggi namun tingkat konsumsi masyarakat Indoensia masih cukup rendah
Tingkat konsumsi dalam kisaran 0,3 kg perkapita pert ahun. Jumlah itu sangat jauh dibandingkan Finlandia yang mencapai 10 kg perkapita per tahun.”Padahal kakao sangat baik untuk kesehatan. masyarakat masih enggan mengkonsumsi kakao atau yang biasa dikenal dengan cokelat. Sehingga, dari hasil produksi kakao tersebut hampir semua di ekspor,” kata Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur, Moch Samsul Arifien, pekan lalu.
Ia menuturkan, produksi kakao yang dicapai oleh Provinsi Jawa Timur adalah sebesar 35 ribu ton. Meskipun kontribusi terhadap produksi nasional belum begitu besar. Namun hal ini merupakan kesuksesan tersendiri, mengingat sejarah kakao di Jawa Timur yang kelam pada saat pasca reformasi.
Pada masa sebelum reformasi, perkebunan kakao di Jawa Timur adalah milik perkebunan besar yang pada akhirnya produksi terus menurun hingga 50%, karena permasalahan sosial antara perkebunan besar dengan masyarakat sekitarnya. Banyak pohon kakao yang dilakukan konversi dengan tanaman semusim oleh masyarakat, dan bahkan kita kehilangan plasma nutfah kakao edel (mulia).
Berbagai upaya di berbagai daerah telah dilakukan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur untuk kembali meningkatkan produksi kakao Jawa Timur, diawali dari Donomulyo Malang, Udanawu Blitar, Nganjuk, Ngawi dan Pacitan.
Dengan program kakao belt di sepanjang pantai selatan dari Banyuwangi sampai Pacitan dalam kurun lima tahun terakhir tercapailah produksi kakao rakyat Jawa Timur sebesar 35 ribu ton kembali seperti capaian perkebunan besar dahulu.
Ia pun mengingatkan akan pasar terbuka pada tahun 2015 nanti, di mana produk dari luar negeri akan masuk Indonesia tanpa beban pajak, sehingga efisiensi produk perkebunan terutama kakao harus ditingkatkan agar bisa berkompetisi antara lain melalui peningkatan produktivitas dan mutu produk.
Namun, lanjut dia, pemerintah tak akan tinggal diam dan akan selalu ada peran untuk membantu melindungi produksi perkebunan rakyat. [rac]

Rate this article!
Tags: