Konsumsi Listrik Tegangan Tinggi Turun

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Krisis ekonomi dunia yang berdampak pada menyusutnya permintaan sejumlah negara terhadap berbagai komoditas andalan Jatim kiranya juga berimbas pada penurunan tingkat konsumsi listrik untuk golongan pelanggan i4 atau tegangan tinggi (TT) dengan daya 30.000 KVA.
Data PT PLN Persero Transmisi Jatim dan Bali menunjukkan, tingkat konsumsi listrik pelanggan i4 di wilayah Jatim sepanjang Januari hingga Mei 2016 tercatat mengalami penurunan sebesar 5,14%, sementara untuk pelanggan Rumah Tangga atau Tegangan Rendah (TR) masih mengalami kenaikan sebesar 9,39%.
GM PT PLN (Persero) Transmisi Jatim dan Bali, Warsono mengatakan, pada tahun lalu, Jatim telah mengalami perlambatan pertumbuahn konsumsi listrik. Akibat kondisi ekonomi global yang berdampak terhadap melemahnya ekonomi Indonesia, konsumsi listrik di Jatim hanya mampu tumbuh sebesar 0,8%. Di tahun ini, dengan mulai menggeliatnya ekonomi nasional, termasuk Jatim, konsumsi listrik akhirnya ikut terkerek naik.
“Secara keseluruhan tingkat konsumsi listrik di Jatim tahun ini sudah membaik dengan tingkat pertumbuhan sebesar 7,89%, masih dibawah rata-rata nasional yang mencapai 7,9%. Tetapi di sektor industri, khususnya untuk pelanggan industri besar atau i4 masih mengalami penurunan sebesar 5,14%,” ujar Warsono saat acara Diskusi Media tentang Ketenaga Listrikan dengan tema “Surplus Listrik 2.000 MW Jatim Akan Dibawa Kemana?” di kantor PT PLN (Persero) Distribusi  Jatim, Surabaya, Rabu (22/6).
Kondisi tersebut jauh berbeda dengan Banten dan Bali, dimana konsumsi listrik untuk industri besar masih mengalami kenaikan. Di Banten misalnya, konsumsi listrik pelanggan i4 (TT) naik 24,34% dan pelanggan Rumah Tangga (TR) naik 8,22%. Padahal daya mampu atau pasokan listrik untuk Jatim sangat besar, mencapai 9.652 MW dengan beban puncak sebesar 5.770 MW. Artinya, pasokan listrik untuk wilayah Jatim masih surplus sekitar 2.000 MW yang akhirnya harus disalurkan ke wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Menanggapi kondisi tersebut, Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Jatim Hadi Prasetyo menyatakan ada beberapa langkah konkrit untuk mengatasi persoalan tersebut.  Pertama, kepala daerah harus melakukan deregulasi untuk percepatan perijinan investasi yang masuk agar realisasinya bisa lebih cepat. Karena sejauh ini, realisasi dari investasi yang masuk ke Jatim sangat kecil dan itu disebabkan oleh lambatnya perijinan di daerah. “Dari total ijin prinsip yang masuk di Badan Penanaman Modal Jatim yang mencapai Rp 138 triliun, realisasinya hanya sebesar Rp 12 triliun,” kata Hadi Prasetyo.
Kedua, seluruh Pemda juga harus mendorong peningkatan kinerja sektor Usaha Kecil Menengah (UKM). Misalnya dengan cara membuka jaringan pasar untuk mereka yang nantinya berdampak positif terhadap kenaikan permintaaan produk UKM. “Baru-baru ini kami telah membuka outlet trading house di Singapura untuk memperkenalkan produk UKM disana,” tambahnya.
Selain itu, Pemprov Jatim akan mendorong investor yang melakukan ijin prinsip juga akan mendaftarkan ke PLN berapa nanti konsumsi listrik yang dibutuhkan. “Yang melakukan ijin prinsip harus booking PLN sakalian, jadi mereka ada tanggung jawab untuk segera merealisasikan investasinya karena sudah mendaftar di PLN,” katanya.
Disisi lain, Pemprov terus mendorong masuknya smelter di wilayah Jatim. Dan baru-baru ini, Gubernur Jatim telah melakukan perbincangan dengan Vice President PT Freeport Indonesia untuk memastikan pembangunan smelter di Jatim. “Dan itu sudah tuntas. Dari total produksinya sebesar 2.500 metrik ton, 2.000 MT akan diolah di Jatim. Sementara yang  500 MT mereka yang mengolah ,” jelas Hadi.
Hadi juga berjanji, Pemprov Jatim akan mengejar dan merayu investor yang sudah melakukan ijin prinsip agar mempercepat realisasi investasinya.
Sementara itu, untuk mewujudkan program 35.000 MW, PLN Jatim Kembangkan Pembangkit Geothermal, berangkat dari kenyataan ini diperkirakan akan mwngalami surplus listrik di Jatim. Hal itu seiring dengan beroperasinya beberapa pembangkit listrik baru yang masuk dalam program percepatan pembangunan 35.000 Mega Watt (MW). [ma]

Tags: