Kontemplasi Segelas Teh

Oleh :

M.Z. Billal

merenung ke dalam segelas teh
yang diseduh ibu pada gigil pagi
hangat. hangat sekali
melenyapkan pedih dan perih.

teh yang dipetik dari pucuk diksi
lalu ditumbuk dalam lesung sunyi
oleh tangan ibu yang puisi.

Kamar Alegori, Maret 2020

Membaca

#rerumputan
embun pagi seperti bidadari
yang gemar memberi kecupan sebelum fajar
membakar sepi
dan kaki orang-orang menjelma tungkai gergasi
tidak peduli, mengabaikan, menginjak-injak
suka buru-buru, dan kadang menaruh rasa benci.

bagaimana jika hari ini
kita menjadi rerumputan di halaman
yang lengang itu?

#pohon-pohon
aku ingin menjadi bayi pohon-pohon
yang meringkuk dalam rahim akar
dan menjelma tunas yang kelak menjangkau udara tinggi
menyusui cacing-cacing dan menjadi rumah
bagi keluarga kelinci
sebab pohon-pohon selalu diam
tapi tak pernah merasa sepi.

#rumah rayap
kita berada di rumah rayap
maka diamlah!
agar tak tersesat seperti di kota kita
yang berantakan dan semena-mena.
di sini ramai dan sibuk
tapi tak pernah ada yang saling mengutuk
dan mematuk

Kamar Alegori, Maret 2020

Bisik Angin

angin singgah membisikkan namamu
jantungku seketika memacu karena rindu
jarak yang membentang jauh antara kita
telah menjelma bukit berangin
penuh bunga yang tak pernah kering dan layu.

aku begitu ingin bertemu
pada dua mata yang menjadi telaga bening
bagi ikan-ikan kebahagiaan
dan sepasang pelangi
paling syahdu itu.

di sini, di tepi taman waktu
aku tak akan pernah bosan
menanti bisik angin yang menyebut namamu
dan mengisahkan perjalanan rindu
yang mendaki hingga ke gunung paling julang.

Kamar Alegori, April 2020

Dedah Waktu

jangan pernah sembunyi lagi
semua orang pernah melukai perasaannya sendiri
lalu menangis dan memukul dada
seolah dengan begitu segala yang sakit
luruh seperti daun-daun musim kemarau.

keluarlah dari sana
berdiri dan sentuhlah cahaya yang mengilau di langit
dengan sepasang matamu yang telah lama beku oleh sunyi
dan biarkan waktu mendedah segala duka
mengemas tiap-tiap rahasia jauh ke dalam kegelapan.

hari ini, esok, dan selamanya
adalah perjalanan baik menemukan diri sendiri
kita bisa menjadi apa saja untuk berbahagia
tanpa harus mencemaskan hal-hal akan salah
dan berserah pada Dia yang mengerjakan segalanya.

Kamar Alegori, Maret 2020

Sajak Ibu

setiap hari
aku merindukan masa terbaik
dalam hidupku
jauh sebelum hari ini tiba
dan hatiku digenangi kesedihan
yang menjelma lumpur isap
atas ribuan aksara hitam yang dicatat
malaikat kiriku

tak ada huru-hara, kunikmati tidur panjang
berada di rumahmu dalam kebutaan
namun telingaku mahir mendengar

ialah dalam kantung hangat rahimmu, ibu
tempat suci dimana iblis tak berani lindap

dan kerinduan itu akan selalu kegebu
agar kekhilafan tak lagi gegas menyusul
di belakang punggungku

Kamar Alegori, Maret 2020

BIODATA

M.Z. Billal, lahir di Lirik, Indragiri Hulu, Riau. Menulis cerpen, cerita anak, dan puisi. Karyanya termakhtub dalam kumpulan puisi Bandara dan Laba-laba (2019, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali), Membaca Asap (2019), Antologi Cerpen Pasir Mencetak Jejak dan Biarlah Ombak Menghapusnya (2019) dan telah tersebar di media seperti Pikiran Rakyat, Rakyat Sumbar, Radar Mojokerto, Haluan Padang, Padang Ekspres, Riau Pos, apajake.id, Fajar Makassar, Banjarmasin Post, Magelang Ekspres, Radar Cirebon, Kedaulatan Rakyat, Lentera PGRI, Kurungbuka.com, Medan Pos, Radar Malang, Radar Tasikmalaya, Bangka Pos, Travesia.co.id, Radar Bekasi, mbludus.com, Tanjung Pinang Pos, biem.co, biliksantri.com. Fiasko (2018, AT Press) adalah novel pertamanya. Bergabung dengan Community Pena Terbang (COMPETER) dan Komunitas Pembatas Buku Jakarta.

————— *** —————

Rate this article!
Kontemplasi Segelas Teh,5 / 5 ( 1votes )
Tags: