Kontra Narasi Radikalisme

Oleh:
Sugeng Winarno
Pegiat Literasi Media, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang.

Aksi Mulyadi melakukan teror dengan menusuk dua anggota Brigade Mobil Kepolisian Negara RI di Masjid Falatehan, Jakarta ternyata terinspirasi dari konten radikalisme di dunia maya. Melalui internet, Mulyadi juga belajar dan menyiapkan beragam perlengkapan teror. Internet telah lama menjadi sarana para teroris guna menyebarkan aksi dan pengaruhnya. Konten radikalisme muncul dalam beragam wujud dan menyebar lewat berbagai platform media sosial.
Proses radikalisme yang dialami Mulyadi melalui media sosial terungkap setelah tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri melakukan pemeriksaan intensif. Beberapa bukti menunjukkan Mulyadi telah menjadi pengikut ISIS sejak 2016. Mulyadi juga diketahui telah membeli senjata tajam melalui online shop. Dengan senjata tajam itu Mulyadi menikam dua anggota Brimob Polri yakni Ajun Komisaris Dede Suhatmi dan Brigadir Satu Syaiful Bahri, Jumat (30/6).
Internet memang telah lama menjadi senjata andalan ISIS. Lihat saja Youtube, tidak sedikit aksi brutal ISIS dipublikasikan melalui media audio visual yang mendunia itu. Melalui media sosial, ISIS juga gencar melakukan propaganda dengan bujuk rayu guna merebut simpati masyarakat. Tidak sedikit iming-iming dan cara-cara menggiurkan ditebar ISIS melalui Facebook dan Twitter guna merekrut anggota baru. Hingga tidak sedikit orang terutama para remaja pengguna media sosial yang bergabung dengan ISIS.
Media internet memang perkasa menghubungkan banyak orang dengan kemampuan kenektivitasnya yang tanpa batas. Melalui internet paham ISIS telah menyebar sampai ke seluruh pelosok negeri ini. Apalagi sekarang aksesibilitas masyarakat pada internet juga semakin tinggi. Kondisi ini juga ditunjang munculnya beragam gadget yang semakin terjangkau hingga kalangan masyarakat kampung. Propaganda ISIS menyerbu para pengguna internet Indonesia dengan beragam konten pesan yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Over Expose Internet
Kalau kita coba Googling dengan mengetikkan kata yang berkaitan dengan ISIS di mesin pencari Google maka bisa dipastikan kita akan menemukan ratusan hingga ribuah informasi tentang ISIS. Informasi itu sangat beragam, mulai dari berita media cetak maupun online, personal blog, website, group di media sosial, video di Youtube, dan beragam tautan yang berisi informasi perihal ISIS dalam beragam bahasa.
Membanjirnya informasi terkait ISIS tidak saja lewat media sosial, namun juga melalui laman-laman online news dan beragam surat kabar dan majalah. Ekspose berita yang berlebihan oleh media di satu sisi memang bisa menjadi peringatan (warning) akan paham yang terlarang tersebut. Namun pada sisi yang lain, pemberitaan yang berlebihan tentang ISIS dapat berdampak buruk.
Bisa jadi ketika seseorang membaca pemberitaan yang berlebihan tentang ISIS di media internet justru semakin memopulerkan kiprah ISIS. Kuriusitas masyarakat justru bisa semakin tinggi perihal gerak gerik dan seluk beluk ISIS. Apalagi bagi kaum remaja yang serba penasaran dan ingin mencoba. Hingga golongan remaja ini yang banyak terpengaruh oleh bujuk rayu ISIS.
Over expose media tentang ISIS apalagi memojokkan kelompok ini bisa jadi justru membuat masyarakat simpati. Seperti yang lazim terjadi, ketika seseorang atau sekelompok orang sedang terzalimi biasanya justru akan mendapat simpati dari masyarakat. Coba kita bisa lihat komentar-komentar yang muncul pada beberapa pemberitaan ISIS di media online. Terhadap pemberitaan ISIS tidak semua orang meresepsi buruk, justru tidak sedikit yang simpati dan mendukung.  Di beberapa video ISIS yang dipublis di Youtube dapat kita lihat beberapa orang yang suka dengan memberi label “Like” pada video itu.
Fakta yang terlampau berlebihan yang disajikan media tentang ISIS hendaknya menjadi perhatian. Media, terutama media sosial dan online hendaknya tidak semata-mata menyajikan fakta saja, namun idealnya juga mampu mencari makna dibalik berita dan informasi yang akan disampaikan. Dengan demikian maraknya pemberitaan dan banjir informasi tentang ISIS di internet hendaknya tidak jutru semakin memasyarakatkan paham ISIS.
Kontra Narasi
Mengingat begitu banyaknya pemberitaan dan informasi perihal ISIS di internet maka situasi ini membuat kondisi menjadi lebih buruk. Untuk itu pemerintah dan seluruh masyarakat pengguna media harus mampu membentengi diri. Upaya pemblokiran memang bisa ditempuh untuk meminimalisir pergerakan ISIS. Namun cara ini ternyata tidak cukup jitu, karena cara pemblokirannya masih konvensional.
Cara lain yang bisa ditempuh adalah dengan membuat kontra narasi. Untuk upaya ini dibutuhkan informasi dan pemberitaan yang bersifat mengounter segala pesan-pesan yang dipublikasikan ISIS. Melalui kontra narasi maka pengguna media akan bisa mendapatkan informasi yang berimbang dari berbagai sisi.
Kontra narasi juga menjadi penting agar opini yang berkembang tentang ISIS bisa dikendalikan kearah perlindungan kepada masyarakat. Bujuk rayu dan ajakan ISIS lewat beragam pesan di internet bisa dilawan dengan informasi-informasi tandingan yang bisa melemahkan kekuatan pengaruh ISIS lewat media. Upaya kontra narasi ini setidaknya bisa menjadi counter issue yang telah diagendakan ISIS.
Melalui beragam akun media sosial masing-masing, masyarakat bisa membuat narasi-narasi yang bisa saja berseberangan dengan apa saja yang telah disampaikan kelompok radikal ISIS. Tulisan di personal blog, website hingga portal video semacam Youtube bisa digunakan untuk membuat kontra narasi. Kepedulian bersama antara pemerintah, pengelola media dan semua instrumen negeri ini menjadi penting guna membentengi diri dan lingkungan dari serangan ISIS.
Sikap hati-hati dan waspada hendaknya selalu dikedepankan terutama ketika kita sedang menggunakan internet. Para orang tua juga hendaknya mengawasi putra-putrinya mengingat salah satu target ISIS dalam mencari anggota baru adalah pada kelompok umur anak-anak dan remaja.
Beberapa kampus dan kelompok masyarakat telah mendeklarasikan diri menolak paham radikalisme. Beberapa bukti menunjukkan bahwa lingkungan akademik seperti sekolah dan kampus tidak steril dari masuknya paham radikalisme ini. Ada mahasiswa dan dosen yang terbukti bergabung menjadi pengikut paham terlarang ini. Untuk itu menolak dan membentengi diri dari pengaruh radikalisme ini harus diwujudkan oleh semua pihak.
Kita semua berharap keluarga, saudara dan anak-anak kita aman dari bujuk rayu ISIS. Sebagai sebuah gerakan yang sudah di stempel terlarang, ISIS memang menjadi musuh bersama. Benteng terkuat melawan musuh itu bisa diawali dari lingkungan keluarga dengan sehat berinternet dan melek media. Kemampuan menumbuhkan sikap kritis terhadap beragam informasi yang berseliweran di internet menjadi sebuah kebutuhan yang utama. Hati-hati dan sehat berinternet bisa menghindarkan diri kita dari beragam pengaruh buruk media.

                                                                                                          ———– *** ————

Rate this article!
Kontra Narasi Radikalisme,5 / 5 ( 1votes )
Tags: