Kontroversi Kalung Antivirus Corona dari Kementan

Akhir-akhir ini mencruat kabar yang cukup mencengang di tengah-tengah penantian masyarakat tentang harapan diketemukakanya vaksin atau antivirus corona. Kabar mencegangkan kali ini datang dari Kementerian Pertanian (Kementan). Pasalnya, Kementan dalam waktu dekat akan memproduksi massal kalung antivirus corona. Sontak kabar rencana Kementan ini menjadi sorotan publik, bahkan tidak jarang bisa menuai banyak kritik.

Merujuk dari kompas.com (4/7), produk antivirus Corona berbasis tanaman atsiri (eucalyptus) akan diproduksi masal melalui pihak swasta. Kementan berencana memproduksi massal kalung antivirus corona ini pada bulan depan. Kalung antivirus corona merupakan produk eucalyptus yang dibuat dengan teknologi nano. Malalui uji potensi eucalyptus oil sebagai antivirus telah dilakukan dengan tahapan telusur ilmiah serta uji invitro. Adapun, beberapa tanaman herbal termasuk eucalyptus terhadap virus Gammacorona dan Beta coronavirus Clade 2a sebagai model dari virus corona. Hasilnya, eucalyptus menunjukkan memiliki kemampuan antivirus 80-100 persen tergantung jenis virus, termasuk virus corona yang digunakan dalam pengujian, serta virus influenza H5N1.

Selanjutnya, dalam proses produksinya, Balitbangtan menggandeng PT Eagle Indo Pharma yang kerjasama dengan mitra asing seperti perusahaan pharmaceuticals dari Jepang Kobayashi dan Aptar Pharma dari Rusia. Kedua perusahaan tersebut sudah memiliki cakupan pemasaran di berbagai negara mulai dari Asia Tenggara, China, Jepang, Amerika Serikat, Rusia hingga Eropa. Produk antivirus tersebut tersedia dalam berbagai bentuk seperti inhaler, roll on, salep, balsem, dan diffuser, (finance.detik.com, 5/7)

Berlajar dari upaya yang dilakukan oleh Kementan, setidaknya bisa menggugah kesadaran kita bahwa masalah penyebaran virus corona ini masih jauh dari kata selesai. Berbagai upaya dan terobosan untuk menekan penyebaran virus corona terus diupayakan. Termasuk agenda Kementan yang akan memproduksi kalung anti corona. Kelihatan aneh, tapi setidaknya ini bukti bahwa betapa pandemi corona ini membuat kita pusing.

Gumoyo Mumpuni Ningsih
Pengajar Universitas Muhammadiyah Malang.

Tags: