Kopi Arabika Rakyat Bondowoso Rambah Pasar Eropa

Para petani kopi di Bondowoso melakukan seleksi kopi yang layak produksi dan memenuhi kualitas untuk ekspor, Minggu (15/3).

Para petani kopi di Bondowoso melakukan seleksi kopi yang layak produksi dan memenuhi kualitas untuk ekspor, Minggu (15/3).

Bondowoso, Bhirawa
Ratusan petani kopi rakyat Bondowoso bangkit dari keterpurukan. Setelah bertahun- tahun petani kopi di Desa Sumberwringin Kecamatan Sumberwringin hanya puas dengan menjual kopi hasil panennya ke warung- warung kecil, namun kini kondisinya berbeda. Kopi yang tumbuh dari lereng Gunung Raung ini sudah berhasil menembus pasar dunia, seperti Belanda, Australia, Amerika dan Jepang.
Keberhasilan tersebut, tidak lepas dari Program Bank Indonesia  Social Responsibility atau  Klaster Kopi Arabika di Kabupaten Bondowoso. Salah satu Staf Bank Indonesia Jember Gde Agus Dwijaya Kusuma mengatakan, sebelum program tersebut direalisasikan, Bank Indonesia bersama Pusat Penelitian dan Kakao Indonesia (Puslit Koka) sudah melakukan penelitian. Mulai dari survei potensi sumber daya, pengembangan kualitas, hingga pasar.
Hasilnya lanjut Gde, pada 2011 lalu, sebanyak 18 ton atau satu kontainer kopi Arabika diekspor ke luar negeri. Dan tahun ini, terjadi peningkatan signifikan, mencapai delapan kontainer. “Tak hanya itu, jumlah kelompok petani klaster kopi Arabika, yang awalnya hanya 5 kelompok bertambah menjadi 30 kelompok,” kata Gde, Minggu (15/3).
Saat ini lanjut Gde, Bank Indonesia terus melakukan pengembangan. Salah satunya menggagas demplot Kopi Arabika. Program Ini untuk mendukung proses sertifikasi indikasi geografis dengan harapan produk kopi Arabika Bondowoso memiliki daya saing sebelum adanya Masyarakat Ekonomi Asean yang akan diberlakukan akhir 2015 atau awal 2016.
Sementara itu Bupati Bondowoso Amin Said Husni mengaku bersyukur atas keberhasilan kopi Arabika bisa menembus pasar dunia. Sebab sudah berpuluh- puluh tahun, petani kopi terpuruk. Mereka kalah bersaing dengan kopi milik salah satu perusahaan BUMN.
Saat itu menurut Amin, petani kopi hanya berpikir, kopi hasil panennya bisa laku di pasaran. Tidak heran kemudian, mereka selalu dibayang- bayangi serbuan para tengkulak. Bahkan sistem yang digunakan dalam perdagangan selalu menggunakan sistem ijon.
Amin juga berterima kasih kepada sejumlah instansi yang telah terlibat dalam program Klaster Kopi Arabika ini. Di antaranya, Bank Indonesia, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslit Koka), Bank Jatim, Perum Perhutani Bondowoso, PTPN XII,  eksportir, dan Asosiasi Petani Kopi Bondowoso.
Saat ini kata dia, ada pekerjaan rumah bagi Pemkab Bondowoso. Yakni menjaga kualitas kopi Arabika agar tetap terjaga mutunya. Puslit Koka sebagai salah satu mitra, bertugas membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) mutu kopi Arabika yang akan diekspor.
Lebih lanjut Amin menjelaskan beberapa waktu yang lalu, Pemkab Bondowoso memperoleh penghargaan Bidang Kebijakan Kreatif dan Inovatif dari Kementerian Percepatan Daerah Tertinggal (KPDT) yang diserahkan langsung Wakil Presiden Boediono. Bondowoso meraih penghargaan tersebut, karena dinilai mempunyai terobosan dan kebijakan inovatif. Salah satunya pembinaan petani kopi, melalui pembentukan Klaster Kopi Arabika di Desa Sumberwringin. [mb7]

Tags: