Korban Meninggal Hercules C-130 Sebanyak 140 Orang

Keluarga Serda Syamsir di Madiun saat menunjukkan foto korban saat menikah, Rabu (1/7).

Keluarga Serda Syamsir di Madiun saat menunjukkan foto korban saat menikah, Rabu (1/7).

Keluarga Kru Pesawat di Madiun dan Malang Berduka
Madiun, Bhirawa
Total korban jiwa dalam kecelakaan pesawat Hercules C-130 sebanyak 140 orang. Sementara kantong mayat berjumlah 142, dua kantong berisi bagian tubuh yang tidak utuh.
“Kalau korban jiwa totalnya 140 orang dan kantongnya ada 142,” kata  Kepala Bidang Humas Polda Sumatera Utara Kombes Pol Helfi Assegaf di Rumah Sakit Adam Malik Medan, Rabu (1/7).
Helfi mengatakan, sebanyak 47 jenazah telah teridentifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DIV). 33 di antaranya adalah dari TNI AU, enam TNI AD dan delapan dari keluarga TNI AD dan TNI AU.
Semua yang teridentifikasi, kata Helfi, telah diberangkatkan ke Lanud Halim Perdanakusuma dan kemudian diserahkan ke keluarga masing-masing. “Sudah kita berangkatkan yang teridentifikasi,” ujar dia.
Seperti diketahui, pesawat Hercules C-130 terbang dari Lanud Soewondo menuju Pangkal Pinang, Selasa (30/6). Pesawat yang lepas landas sekitar pukul 11.48 itu akhirnya menabrak bangunan dua menit kemudian, atau hanya beberapa mil dari Lanud Soewondo. Hercules membawa 113 penumpang. 12 di antaranya adalah kru pesawat dan 101 lainnya adalah masyarakat sipil.
Sementara itu suasana duka menyelimuti rumah pasangan suami istri (Pasutri) Edi Sujono-Tri Warsini, warga Jalan Borobudur 11 B RT 9/RW 2, Kelurahan Madiun Lor, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun, Rabu (1/7).
Pasalnya, menantu pasutri tersebut yakni Sersan Dua (Serda) Syamsir Wanto (35 tahun), anggota Depo Har 60 Lanud Iswahjudi, Magetan, turut menjadi korban atas jatuhnya pesawat Hercules di Medan, Selasa (30/6) kemarin.
“Setelah dia (Syamsir) pamitan dari rumah hendak ke Jakarta dengan naik kereta api  dari Stasiun Besar Madiun, Minggu (28/6) sekitar pukul 23.00, ada perasaan tidak enak. Perasaan itu makin menjadi memasuki pukul 01.00  dini hari (Senin, 29/6). Perasaan saya seperti akan kehilangan suatu,” jelas Tri Warsini, ibu mertua Serda Syamsir kepada wartawan kemarin.
Padahal, lanjut Warsini, saat menantunya berangkat menuju stasiun, diantar Anata Kumala Wardana (istri) dan dua anaknya, Destasya Gabriella Putri Syam (8) dan Ananda Riski Putra Syam (5) dengan penuh keceriaan.
Serda Syamsir, asli Tanjung Pinang. Karena kebetulan Senin (29/6) ada jadwal penerbangan Hercules dari Halim menuju Medan hingga Tanjung Pinang, ia kemudian bermaksud berangkat dari Halim Perdana Kusuma Jakarta, menuju Tanjung Pinang untuk menengok sanak saudara di kampung halamannya.
“Saya menerima kabar dari kakak Syamsir yang melihat berita di televisi. Begitu mengetahui kalau pesawat itu yang dinaiki Syamsir, kami semua syok,” timpal Edi Sujono, ayah mertua Serda Syamsir.
Sedangkan, kepastian tewasnya Serda Syamsir dalam kecelakaan jatuhnya pesawat Hercules di Medan, diperoleh dari petugas Depo Har 60 Lanud Iswahjudi. “Petugas memastikan dia menjadi korban tewas dalam kejadian itu. Istrinya makin syok dan sesekali memanggil nama suaminya. Istri dan anak-anaknya biasa di rumah ini jika ditinggal dinas luar daerah atau piket,” tambah Edi Sujono.
Sementara itu, atas permintaan istrinya, jasad Serda Syamsir akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU)Kelurahan Madiun Lor, Kota Madiun. Selain Serda Syamsir, Kopda Dany Setyo Wahyudi asal Desa Sambirejo, Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun, juga turut menjadi korban jatuhnya pesawat Hercules. Korban selama ini bertugas di Lanud Pakanbaru.
Sedangkan dari Ngawi, Serda Sugiyanto, anggota Batalyon 462 Paskhas TNI AU Pekanbaru, juga turut menjadi korban. Serda Sugiyanto berasal dari Dusun Tambakromo IV, Desa Tambakromo, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi. Serda Sugiyanto, merupakan putera bungsu dari tujuh bersaudara pasangan Sumodiharjo Pardi (alm)-Kasirah (alm). Di rumah duka, sejak Selasa siang hingga Rabu dini hari, terlihat seluruh kerabat maupun para tetangga dekat secara bergantian mengucapkan bela sungkawa atas tewasnya korban.
Serda Sugiyanto meninggalkan seorang istri, Lia, dan dua anak yang masih balita. Namun atas permintaan istrinya, jenasah Serda Sugiyanto akan dimakamkan di kampung halaman istrinya di Pekanbaru.
Kabar jatuhnya pesawat Hercules C-130 dari Skadron 32 Lanud Abdurrachman Saleh di Medan membuat Kasat Reskrim Polres Malang AKP Adam Purbantara tersentak kaget. Pasalnya pilot pesawat angkut personel tersebut dipiloti oleh kakak kelasnya saat sekolah di SMA Taruna Magelang. “Dia satu tahun di atas saya. Sandy dikenal seorang pemuda yang cerdas, terutama di bidang eksakta,” kata Purbantara mengenang sosok Sandy.
Oleh karena itu tidak heran, jika selanjutnya Sandy lulus dari sekolah perwira siswa atau (Pasis) Komando Kesatuan TNI Angkatan Udara (Sekkau) dengan predikat terbaik. Sandy lulus dari sekolah ini pada 15 Juni 2015 yang lalu.
Tak banyak memang yang bisa digali dari Sandy lewat Purbantara. Ini karena dia tak mengenal betul Sandy selain prestasinya tadi. Ia juga turut berbela sungkawa atas kejadian ini dan kehilangan sosok yang menjadi panutan banyak orang.
Sementara itu suasana duka menyelimuti rumah para kru pesawat Hercules C-130, seperti di rumah Peltu Ngateman, di Dusun Pagas, Desa Tamanharjo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Rabu (1/7). Di depan rumah Ngateman, sudah terpasang tenda dan di bawahnya tertata kursi bagi para pelayat. Beberapa pelayat dan kerabat juga terlihat berdatangan di rumah Ngateman. Ngateman tinggal di rumah itu bersama istrinya, Umi Kulsum dan dua puteranya. Istri Ngateman masih berduka.
Adik ipar Ngateman, Imam Wahyudi mengatakan, Ngateman masih sempat berkomunikasi melalui ponsel dengan istrinya, Umi Kulsum, saat sahur, Selasa (30/6). Perbincangan berlangsung singkat karena komunikasinya terputus.  Rencananya Peltu Ngateman akan menunaikan ibadah haji bersama sang istri pada  2017 mendatang. Suasana duka juga terlihat di rumah Pelda Parijo yang masih satu kompleks dengan Peltu Ngateman. Parijo meninggalkan istri dan dua anak. Saat tiba di Jakarta, Senin sore (29/6), Parijo sempat telepon ke ayahnya agar dibelikan makanan untuk burung kesayangannya selama dia bertugas ke Pontianak selama 3 hari.

Salat Gaib
Sejumlah anggota Kodim 0814/Jombang dan Kodim 0808/Blitar menggelar salat gaib untuk korban kecelakaan pesawat Hercules C-130 milik TNI AU yang jatuh di Medan, Sumatera Utara (30/6).
“Salat gaib yang dilaksanakan Dandim 0814/Jombang beserta prajurit dan PNS itu sebagai ungkapan soliditas dan solidaritas  terhadap sesama prajurit TNI,” kata Kapenrem 082/CPYJ Mayor Imam Duhri, Rabu (1/7).
Dia menjelaskan salat gaib yang dirangkai dengan tahlil bersama di Aula Kodim Jombang itu dipimpin Sertu Jainul (anggota Staf Personalia Kodim) sebagai imam. “Atas nama Kodim Jombang beserta jajaran, saya mengucapkan turut berduka cita atas musibah ini. Mohon doa dari seluruh prajurit dan juga rakyat, khususnya wilayah Jombang, agar korban diterima amal dan ibadahnya dan diampuni dosa-dosanya,” kata Dandim Jombang Letkol Muhammad Haidir.
Langkah serupa juga dilakukan jajaran Kodim 0808 Blitar. “Kami mengadakan salat gaib di Masjid Al-Iklas Makodim 0808 Blitar,” kata Kapenrem 081 Mayor Inf Budi Yuwono .
Dandim 0808 Blitar Letkol Tedjo Widhuro menyampaikan ia beserta seluruh warga Kodim Blitar turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya para korban jatuhnya pesawat Hercules itu. “Ke depan, semoga tidak ada lagi korban yang berjatuhan akibat dari jatuhnya pesawat atau bahkan pesawat yang lain, sehingga bagi para penumpang yang akan menggunakan pesawat tidak mengalami trauma,” katanya.
Tentang kemungkinan jumlah korban, Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna menjelaskan berdasarkan manifes terdapat 101 penumpang ditambah 12 awak pesawat Hercules. Ke-12 awak terdiri atas tiga penerbang, satu navigator dan delapan teknisi. Dari Medan dilaporkan, tim gabungan telah mengevakuasi seluruh korban dan penumpang pesawat Hercules yang jatuh di kawasan Padang Bulan Medan sebanyak 134 orang yang dibawa ke Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik.
Terkait usia pesawat Hercules C-130 yang mencapai 51 tahun, Kepala Basarnas Marsekal Madya F Henry Bambang Sulistyo menjelaskan Indonesia memiliki 24 pesawat Hercules dan hanya 14 unit yang bisa dioperasionalkan, sedangkan pesawat yang jatuh itu dapat dikatakan laik terbang. [dar,ira,rur,sup]

Tags: