Korban Suspect Difteri Bertambah di Kabupaten Probolinggo

Pasien difteri di RSUD Waluyo Jati, Kraksaan.

(Akibat Tolak Imunisasi)
Kabupaten Probolinggo, Bhirawa
Kasus difteri di Kabupaten Probolinggo yang berujung kematian terus bertambah. pasien yang suspect Difteri, MF, usia 7 tahun asal Desa Tulupari, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, meninggal di RSUD Waluyo Jati Kraksaan.
Kepala puskesmas Tiris Yusuf Ghoni, Rabu 27/12 mengatakan, pasien MF itu masuk ke puskesmas Kamis lalu (21/12). Kemudian karena diduga suspect difteri, akhirnya pasien tersebut dirujuk ke RSUD Waluyo Jati Kraksaan, Jumat lalu.
Ternyata, karena suspect difteri itu, akhirnya pasien tersebut tidak dapat tertolong. Minggu( 24/12) meninggal dunia di RSUD. Saya dapat kabarnya tadi pagi,” katanya.
Humas RSUD Waluyo Jati Kraksaan, Sugianto saat dikonfirmasi membenarkan adanya pasien anak usia 7 tahun meninggal dunia karena suspect difteri. Pasien mengalami demam 5 hari disertai nyeri telan dan leher membengkak. Masuk ruang Dahlia Jumat 22/12. Kemudian Minggu pukul 10.00, tidak dapat tertolong lagi.
Lebih lanjut Yusuf Ghoni mengatakan, pentingnya imunisasi kepada anak anak karena mereka sudah mempunyai system kekebalan tubuh. Difteri merupakan infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium. Gejalanya berupa sakit tenggorokan, demam, dan terbentuknya lapisan di amandel dan tenggorokan.
“Dalam kasus yang parah, infeksi bisa menyebar ke organ tubuh lain seperti jantung dan sistem saraf. Beberapa pasien juga mengalami infeksi kulit,” ungkapnya.
Pasien harus menghubungi dokter paling tidak ke Puskesmas terdekat, bila anak terkena kontak dengan seseorang yang memiliki difteri. Apabila tidak tahu apakah telah diberi vaksin difteri atau belum, Segera atur jadwal pertemuan dengan dokter, jelasnya.
“Penyebab lainnya adalah kontak dengan benda-benda pribadi yang terkontaminasi. Siapapun dapat terkena difteri dengan memegang tisu bekas orang yang terinfeksi, minum dari gelas yang belum dicuci, atau kontak sejenisnya dengan benda-benda yang membawa bakteri. Difteri menyebar pada peralatan rumah tangga yang digunakan bersama, seperti handuk atau mainan,” terangnya.
Upaya pencegahan difteri di Kabupaten Probolinggo sejatinya sudah dilakukan. Namun di lapangan, petugas kerap dihadapkan dengan sejumlah persoalan dari warga yang masih banyak menolak imunisasi pencegahan difteri, ungkap Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kabupaten Probolinggo, dr. Lilik Ekowati.
Ia mengatakan, tiap kali ada kasus difteri, pihaknya langsung menyatakan KLB. Sebab, kasus difteri merupakan salah satu penyakit yang mengancam nyawa penderitanya.
Lilik mengaku, kegiatan untuk pencegahan kasus difteri itu sudah melekat di Puskesmas. Pihak Dinkes pun disebutkan juga kerap turun melakukan pencegahan.
Mulai melakukan mapping daerah, peningkatan imuniasi rutin – baik imunisasi dasar dan lanjutan -, serta analisa pemantauan wilayah bulanan sampai tingkat desa atau kelurahan.
Imunisasi itu sebagai pencegah terjadinya human corynebacterium diphtheriae itu berkembang. Nah kendalanya, masih banyak warga yang menolak imunisasi.
“Iya karena masyarakat masih beranggapan imunisasi itu tidak penting, bahkan ada juga yang terang-terangan menolak. Kami berharap, dengan kejadian ini, kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi,” tambahnya.(Wap)

Tags: