Korban Terakhir Ravelia Ditemukan di Belakang Kemudi

Hari ketiga pencarian korban tenggelamnya KMP Ravelia II, tim SAR menemukan satu jenazah korban, Minggu (6/3).

Hari ketiga pencarian korban tenggelamnya KMP Ravelia II, tim SAR menemukan satu jenazah korban, Minggu (6/3).

Banyuwangi, Bhirawa
Korban tenggelamnya KMP Ravelia II yang ditemukan terakhir pada Minggu (6/3) berada di bekalang kemudi kapal, sehingga diduga kuat jenazah itu adalah Bambang Surya Adi, nakhoda kapal.
“Di anjungan, sesuai prediksi semula, sehingga kemungkinan adalah nakhoda. Posisi dia berada di belakang kemudi, hingga akhir hayatnya masih memegang kendali,” kata Komandan Pangkalan Angkatan Laut (DanLanal) Banyuwangi Letkol Laut (P) Wahyu Endriawan usai proses evakuasi di Banyuwangi.
Meskipun demikian ia belum bisa memastikan jenazah korban itu adalah Kapten Bambang Surya Adi, karena harus menunggu kerja dari tim identifikasi.
Hari ketiga pencarian korban tenggelamnya KMP Ravelia II, tim SAR menemukan satu jenazah korban. Jenazah korban kemudian dibawa ke tepi pantai Ketapang dengan menggunakan boat milik Pangkalan TNI AL Banyuwangi. Dengan ditemukannya satu jenazah itu maka secara keseluruhan, korban hilang akibat tenggelamnya KMP Ravelia pada Jumat (4/3) siang yang sudah ditemukan sebanyak lima orang.
Sebelumnya Pelaksana Tugas Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Umar Aris datang ke Banyuwangi  untuk ikut memantau perkembangan evakuasi korban tenggelamnya KMP Ravelia II di perairan Selat Bali.
“Kami dari Kemenhub menyampaikan rasa prihatin. Kami terus memantau, pusat akan terus memberi perhatian proses evakuasi korban dan kapal. Dari pantauan tadi, sejauh ini menurut saya proses evakuasi telah berlangsung baik,” kata Umar Aris.
Umar juga menyatakan bahwa dari hasil laporan yang diterimanya, Surat Persetujuan Berlayar (SPB) KMP Ravelia II sudah lengkap. “Tadi kami cek, SPB ada. Dan seperti biasanya, keluarnya SPB itu menunjukkan bahwa semua dokumen-dokumen prosedur pemberangkatan sudah lengkap,” ujarnya.
Terkait dengan penyebab tenggelamnya kapal, Umar Aris masih belum bisa memastikan. Ia hanya menegaskan bahwa hal itu merupakan wewenang dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), dan semua menunggu hasil kerja komite tersebut.
Menurut dia, hasil penyelidikan KNKT akan menjadi bahan evaluasi terkait prosedur keselamatan transportasi laut. “Dari hasil KNKT itu, tetap akan kita evaluasi tentang jumlah penumpang, muatan, maupun tidak menutup kemungkinan kondisi kapal tertentu yang boleh berlayar di Selat Bali,” katanya. [mb12]

Tags: