Korelasikan Alam dan Manusia dalam Arsitektural Rookie Award

Para peserta Arsitektural Rookie Award saat menunjukkan maket desain dengan tema Symbiosis Man and Nature.

Surabaya, Bhirawa
Asia Contest of The Architectural Rookie Award kembali di gelar tahun ini. Universitas Kristen (UK) Petra mendapat kesempatan menjadi penyelanggara dalam seleksi nasional kompetisi arsitektur bergensi tahunan tingkat Asia ini. Kontes Arsitektur Rookie Award sendiri sudah memasuki tahun ke delapan, yang diikuti dari berbagai negara.
Ketua Pelaksana Arsitektural Rookie Award, Sylviana Putri Sunario, Rookie award merupakan kompetisi karya khusus mahasiswa arsitektur tingkat satu hingga tiga dari berbagai negara yang ada di Asia. Dari seleksi nasional ini, satu peserta akan mewakili Indonesia untuk berkompetisi dengan mahasiswa lainnya di Jepang. ”Di Jepang nanti kompetisi ini akan diikuti 23 negara Asia. Dan mengususng tema nature and human,” tutur wanita yang juga dosen Arsitektur UK Petra ini.
Menurut dia, diusungnya tema Symbiosis Man and Nature karena ingin mengetahui pandangan dan tata cara dalam memaknai konsep hubungan antara manusia dengan alam di dalam karya arsitektur. Tahun ini, ada 60 hingga 80 karya arsitektur yang ikut dalam kompetisi Rookie Award. Sayangnya, yang diterima hanya 20 desain arsitektur terbaik.
”Kriteria nya kami tekankan pada mind manager. Jadi bagaimana seorang arsitek bisa mengkorelasikan manusia dan alam. Karena banyak yang beranggapan jika alam identik dengan hutan dan resort. Tapi sebenarnya kehidupan perkotaan ini juga nature. Nah bagaimana peserta paham menangkap isu itu,” urainya.
Salah satu peserta Arsitektural Rookie Award, Melisa Akma Sari menjelaskan dalam kompetisi arsitektur ini, ia mnegusung tema culture, nature dan human relathions. Dalam hal ini ia mendesain ulang Nusawiru Airport yang merupakan Bandar Udara lokal di Pangandaran pemerintah setempat yang mengadopsi rumah adat masyarakat setempat. Yaitu Julang Ngapak. Di mana, Airport didesain menggunakan elemen natural, dan penanaman yang sederhana. Namun menyelesaikan masalah mendasar di Indoensia. ”Tidak banyak ornament yang saya gunakan. Karena saya ingin menampilkan satu kesatuan arsitektur utuh yang cantik,” tutur mahasiswa semester 5 Universitas Islam Indonesia (UII) Jogjakarta ini.
Jadi, kata dia, bagaimana airport menjadi rumah pertama saat orang masuk suatu daerah. Selain itu, airport juga bisa mengakomodasi hal-hal spresial di daerah itu. ”Jadi mereka (yang datang) akan sangat konsern terhadap water tourism mereka. Di mana mereka sangat bangga dengan perairan mereka. Kita buat miniature air disini (desain arsitektur) seperti Aspart of Place Identification,” papar dia.
Dengan membuat arsitektur Arport sebagai bagian dari budaya Indoensia, pihaknya ingin mengesankan bahwa pengunjung sedang berada di pangandaran. Hal itu terlihat dari aksen struktur gunungan yang di buat untuk desainnya.
”Ini diadapasi buat strukturnya lebih terekspose. Jadi orang-orang yang nunggu ngerasa mereka ada dirumah,”tandasnya.
Sementara Daniel Susanto, peserta Arsitektural Rookie Award dari Universitas Kristen (UK) Petra justru memilih mendesain bangunan peribadatan. Dan bangunan Masjid menjadi bangunan yang menarik perhatiannya. ”Saya tertarik mengambil masjid karena konstektual di Indonesia. Dan filofisnya juga kuat. Desainnya sendiri saya buat tipologi yang baru dengan menggabungkan unsure manusia, Tuhan dan alamnya,” urainya.
Untuk ruangannya sendiri, secara eksterior akan terlihat dua bangunan. Namun sebenarnya ada tiga. Satu bangunan yang tersembunyi berkonsep dari representasi Tuhan dan ruangan untuk berdoa.
”Konsep nya green arsitektur, saya buat green roof. Dan bagian rooftop bisa diakses untuk kegiatan keagaaman. Dan saya juga menghilangkan elemen kuba yang kebanyakan dipakai untuk bangunan masjid,” pungkas dia. [ina]

Tags: