Kota Batu Lahirkan Atlas Burung Pertama di Indonesia

Kota Batu, Bhirawa
Ada sebanyak delapan relawan yang setiap hari bekerja di sebuah ruangan di belakang Café Retrorika, Kota Batu. Bersama relawan lain di luar kota yang bekerja secara online, mereka mengolah data burung di Indonesia sumbangan dari 542 kontributor dan 1000 pencatat burung dari seantero Nusantara. Akhirnya, menjelang tutup tahun 2020 sebuah buku berjudul Atlas Burung Indonesia (ABI) berhasil diterbitkan di Kota Batu.
Dalam pengolahan data burung di Indonesia, selain di Kota Batu ada juga penulis dan illustrator yang bekerja online. Mereka di antaranya dari Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Gresik, Denpasar, Sumba, Halmahera bahkan ada yang mengerjakan di Australia.
Selain melibatkan banyak pecinta burung, tercatat ada enam editor dan lima penulis yang terlibat dalam pembuatan ABI. Kelima penulis itu adalah Imam Taufiqurrahman, Panji Gusti Akbar, Fachry Nur Mallo, Asman Adi Purwanto, Kurnia Ahmadin, dan Lutfian Nazar.
“Ide pembuatan Atlas Burung Indonesia ini muncul saat pertemuan pengamat burung se-Indonesia di Kota Batu tahun 2013. Namun saat itu pembuatan buku terkendala data. Baru sekitar tahun 2016 data mulai terkumpul dan tersimpan secara digital melalui aplikasi milik Swiss Winnasis (Salah satu editor ABI) yang bernama Burungnesia,”ujar koordinator penulis ABI, Imam Taufiqurrahman, Minggu (20/12).
Ia menjelaskan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk mendapatkan data valid. Karena kalau data yang diberikan kontributor meragukan, tim harus melakukan klarifikasi berulang kali hingga mendapatkan validitas data. Dan mereka harus memeriksa satu persatu dari sekitar 150 ribu data burung yang diberikan 542 kontributor dan 1000 pencatat burung di Nusantara.
“Atlas Burung Indonesia ini kini menjadi salah satu referensi utama terkini dalam upaya pengelolaan keanekaragaman jenis burung di Indonesia,”tambah Imam.
ABI menjadi instrument penting bagi para pengambil keputusan untuk mengalokasikan sumber daya untuk pelestarian burung. Dalam buku ini ada beberapa hal terkini yang menarik untuk dikaji baik oleh pengamat burung maupun pemangku kegiatan. Di antaranya, catatan distribusi burung baru, catatan elevasi baru hingga catatan menarik dan informasi tambahan yang merangkum temuan yang dilaporkan melalui aplikasi Burungnesia selama 3,5 tahun terakhir.
“Catatan distribusi baru ini, burung ini dulunya tidak ada di daerah itu, seperti Burung Betet ekor panjang dulu hanya ada di Sumatera saja, kini sudah menyeberang di Jawa, masih banyak lagi, dulu burung tidak ada disitu, sekarang ada di situ, bisa karena perdagangan kemudian lepas atau karena alami,”tambah salah satu editor ABI, Swiss Winnasis. [nas]

Tags: