Kota Probolinggo Mengalami Deflasi 0,14 Persen di September 2021

Harga telur ayam turun peternak kelimpungan, pemicu deflasi.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Kota Probolinggo, Bhirawa.
Kota Probolinggo mengalami deflasi sebesar 0,14 persen di bulan September dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) yakni sebesar 105,17 persen. Pemicunya dikarenakan adanya penurunan harga beberapa indeks kelompok pengeluaran. Yakni pada kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,83 persen. Menanggapi hal itu, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setiorini Sayekti, Kamis (21/10), membenarkan bahwa saat ini kondisi Kota Probolinggo tengah mengalami deflasi.

Bila dibandingkan dengan range tingkat nasional dan regional atau level Provinsi Jawa Timur, lanjutnya, juga sama. Yakni terjadi deflasi atau periode di mana harga-harga secara umum mengalami penurunan dan nilai uang bertambah.

“Saat ini Kota Probolinggo tengah mengalami deflasi. Kondisi ini juga terlihat sama pada range nasional dan regional atau level Provinsi,” katanya.

Wanita asal Jombang itu menerangkan, deflasi sendiri secara sederhana adalah ketika terjadi penurunan harga-harga barang dan jasa secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu.

Sekilas, deflasi tampak menguntungkan bagi sebagian orang, karena harga-harga barang dan jasa jadi lebih terjangkau bagi konsumen.

“Sebenarnya boleh dikatakan, dinamika perekonomian di daerah sedang kurang bagus karena deflasi ini. Di satu sisi, masyarakat menyukai hal ini. Namun dari sisi produsen dan pelaku usaha, yang diharapkan pasti kebalikannya, inflasi. Tapi nggak papa, ini menandakan adanya perputaran ekonomi,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala BPS Kota Probolinggo Heri Sulistio merincikan, ada sejumlah komoditas utama dalam kelompok makanan, minuman dan tembakau yang menjadi penyebab utama Kota Seribu Taman alami deflasi.

“Andil deflasi ini tertinggi terjadi pada telur ayam ras, cabai rawit, ikan layang atau ikan benggol, tomat dan bawang merah,” terangnya.

Turunnya harga telur dirasakan betul oleh para peternak. Faridi, peternak ayam petelur asal Desa Nogosaren, Kecamatan Gading.

“Biasanya harga jual Rp 19-21 ribu per kilogram, sekarang anjlok sampai Rp 14 ribu per kilogram. Kalau ini dibiarkan, bisa gulung tikar,” jelasnya.
Kondisi itu sudah terjadi selama 1 bulan. Padahal biasanya hanya berlangsung maksimal 2 minggu.

“Semoga ini cepat stabil harganya, kami berharap kepada pihak terkait, baik dinas maupun dewan yang membidangi. Kami tidak apa karena stok melimpah, apa ada permainan broker,” tuturnya.

Demikian pula sejak sepekan harga cabai kecil yang ada dipasar tradisional seperti Pasar Kronong, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo, mengalami penurunan hingga tembus Rp 18.000 per kilogram. Murahnya harga cabai di ungkapkan oleh Ibu Lely, pedagang sayuran di pasar Kronong.

“Di akhir – akhir ini harga cabai rawit turun berbeda pada bulan lalu yang standar dengan harga yang mahal,” katanya.

Adapun jenis cabai yang turun seperti cabai merah dan cabai rawit, keduanya turun bersamaan.

“Cabai rawit pada beberapa hari yang lalu masih dikisaran 40 hingga 50 ribu per kilogram dan cabai merah besar 10 ribu per kilogram, namun saat ini harga cabai rawit turun hingga tembus 18 ribu per kilogram dan cabai merah besar 8 ribu per kilogram.” paparnya.

Namun berbeda dengan tomat dalam beberapa hari ini meningkat naik drastis. “Ya pak harga tomat saat ini malah meningkat naik hingga 30 persen dari harga beberapa hari yang lalu, biasanya tomat per kilogram 10 ribu dan saat ini sudah mencapai 16 ribu per kilogram.” jelasnya.

Walau demikian, beberapa kelompok juga masih mengalami inflasi. Yakni kelompok pakaian dan alas kaki, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga, dan kelompok transportasi.

Kota Probolinggo sendiri, lanjut Heri, bukan satu-satunya kota di Jawa Timur yang mengalami deflasi. Pasalnya 8 kota IHK di Jawa Timur, pada bulan September lalu, seluruhnya mengalami deflasi.

“Deflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Banyuwangi dan deflasi terendah, (terjadi) di Kota Malang,” tambahnya.(Wap)

Tags: