Kota Probolinggo Menuju Zero Stunting, Berikan Makanan Padat Gizi Balita-Lansia

Wali Kota Hadi bagikan makanan padat gizi.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Kota Probolinggo, Bhirawa
Guna mengantisipasi terjadinya gizi buruk, Pemerintah Kota Probolinggo melakukan bhakti sosial dengan memberikan makanan padat gizi pada balita dan warga lanjut usia (lansia). Secara simbolis Wali Kota Habib Hadi yang didampingi Wakil Wali Kota Mochammad Soufis Subri dan Sekda drg Ninik Ira Wibawati memberikan makanan padat gizi tersebut di Aula Kecamatan Mayangan.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Hery Siswanto, Minggu 22/12 menyampaikan tujuan kegiatan tersebut untuk meningkatkan percepatan penurunan stunting pada balita, dan meningkatkan status gizi pada lansia di Kota Probolinggo. “Selain itu juga untuk meningkatkan pengetahuan orang tua balita tentang nutrisi pada balita guna mencegah stunting, mencegah defisiensi mineral dan vitamin pada lansia serta mencegah terjadinya masalah gizi lebih dan gizi kurang pada balita,” jelas Hery.
Adapun jumlah balita dan lansia yang mendapatkan makanan padat gizi diantaranya balita posyandu RW II Kelurahan Mayangan sebanyak 50 balita, kader posyandu lansia Kecamatan Mayangan sebanyak 9 orang dan kader posyandu balita Kecamatan Mayangan sebanyak 8 orang. Makanan gizi lansia berupa susu anlene satu kotak perorang, sedangkan balita berupa biskuit sebanyak 6 sachet per balita serta dilakukan penimbangan untuk balita.
Wali Kota Hadi menjelaskan keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia tidak lepas dari partisipasi aktif masyarakat dan swasta. Oleh karena itu Kementerian Kesehatan memantapkan visi yakni masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Dengan salah satu misi yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.
“Untuk mencapai visi dan misi tersebut diperlukan kegiatan yang dapat menciptakan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan, adapun kegiatan yang dapat menciptakan partisipasi masyarakat di bidang kesehatan salah satunya adalah posyandu. Dimana posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan untuk bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,” kata wali kota Hadi.
Wali kota Hadi mengimbau kepada seluruh orang tua untuk lebih kreatif lagi dalam mengolah makanan yang akan diberikan kepada anak. “Saya mengimbau untuk ibu-ibu lebih kreatif lagi dalam mengolah makanan yang akan diberikan keanaknya, sehingga dapat menambah nafsu makan anak, jangan biarkan begitu saja jika anaknya tidak mau makan,” tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut wali kota Hadi menginformasikan kepada seluruh masyarakat, dalam bidang kesehatan Pemerintah Kota Probolinggo telah menggratiskan pelayanan kesehatan untuk seluruh masyarakat Kota Probolinggo, dan sudah menyediakan mobil ambulan disetiap kelurahan untuk sementara sejumlah 18 unit ambulan.
Kota Probolinggo belum bisa bebas dari masalah gizi buruk yang mengakibatkan anak di bawah lima tahun (balita) terkena stunting. Terbukti dalam empat tahun terakhir, angka balita yang mengalami stunting di kisaran 20-30%. Merujuk pada Kementeria Kesehatan (Kemenkes), pada 2015 lalu ada 20,5 persen balita di Kota Probolinggo mengalami stunting. Pada 2016, angka stunting terus bertambah menjadi 27,6 persen.
Angka stunting terus melonjak pada 2017 menjadi 30,4 persen, dan pada 2018 sedikit naik menjadi 30,5 persen. “Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka stunting di Kota Probolinggo 30,5 persen. Angka ini sedikit di bawah angka stunting di tingkat Provinsi Jatim, 32,8 persen dan nasional 30,8 persen,” kata Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Probolinggo, Hery Siswanto.
Untuk itulah pada Agustus 2019 Pemkot Probolinggo mencanangkan Gerakan Serentak Timbang Balita (Gertak Talita) di 5 Kecamatan yang ada yakni kecamatan Wonoasih, Kademangan, Kedupok, Mayangan dan kecamatan Kanigaran. Gerakan untuk menurunkan prevalensi stunting di Kota Probolinggo menuju zero stunting.
Dikatakan stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan asupan gizi yang kurang dalam waktu lama. Umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. “Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun,” katanya.
Prevalensi stunting bulan penimbangan pada tahun 2018, mencapai 19,75 persen. Sedangkan cakupan balita yang ditimbang hanya 73,4 persen dari seluruh balita di Kota Probolinggo. “Data menunjukkan terdapat disparitas data prevalensi stunting yang cukup tinggi yang disebabkan karena rendahnya cakupan balita yang ditimbang,” tuturnya.
Karena itu, telah dilakukan kegiatan inovatif untuk menggerakkan masyarakat Kota Probolinggo secara masif dan terstruktur untuk meningkatkan cakupan melalui Gertak Talita ini. Gertak Talita pada 2019 ini dilaksanakan di 218 posyandu dan semua PAUD di Kota Probolinggo, dengan sasaran 18 ribu balita.
Dinkes menargetkan gambaran permasalahan kurang gizi khususnya stunting yang akurat. Juga untuk meningkatkan cakupan penimbangan balita di posyandu tahun 2019 lebih menyeluruh. Balita yang datang ke posyandu dan PAU ditimbang dan dicek berat badan dan tinggi badan. Sekaligus meningkatkan pemberian vitamin A dan obat cacing.
Stunting pada anak dipengaruhi 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Yakni 270 hari pertama dalam kandungan ditambah dua tahun kehidupan anak setelah dilahirkan. “Pada 1.000 hari pertama bayi harus diperhatikan betul sisi nutrisinya karena itu menunjang pertumbuhannya kelak. Oleh karenanya gizi dan nutrisi bayi harus terpenuhi dengan baik,” ungkapnya.
Wali Kota Hadi Zainal Abidin mencanangkan Gertak Talita secara simbolis. Selain berupaya menurunkan prevalensi stunting, Pemkot Probolinggo juga mengambil langkah untuk memberikana pelayanan kesehatan yang paripurna bagi masyarakat. Salah satunya, pengadaan ambulance di kelurahan dan dua unit mobil untuk dokter keliling. “Jadi, jika ada sesuatu pada anak-anak bisa diatasi dan ditangani,” tambah wali kota Hadi.(Wap)

Tags: