Kota Surabaya Miliki 1.430 Titik Layanan Akseliterasi

Aktivitas kelas literasi di Balai Pemuda Surabaya terbagi menjadi dua kelas, yakni kelas mendongeng dan kelas melukis. [andre/bhirawa]

Pemkot Surabaya, Bhirawa
Pemkot Surabaya terus berupaya untuk menumbuhkan minat baca masyarakat di Kota Pahlawan. Saat ini, Pemkot Surabaya telah memiliki 1.430 titik layanan literasi yang tersebar di seluruh Kota Surabaya.
Keberadaan titik layanan literasi ini, diharapkan menjadi ruang positif yang mampu meminimalisir dampak negatif dari perkembangan ilmu teknologi yang saat ini banyak disikapi secara berlebihan.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya Wiwiek Widayati mengatakan saat ini Pemkot Surabaya telah memiliki sebanyak 1.430 titik layanan akseliterasi, terdiri dari perpustakaan, Taman Baca Masyarakat (TBM), paket seperti layanan mobil keliling dan program pendampingan mulai dari SD, SMP, madrasah hingga pondok pesantren.
‘Titik layanan akselitarasi ini, tersebar di seluruh Kota Surabaya, seperti berada di taman, Balai RW, rumah sakit, sekolah, instansi, rumah susun, terminal, dan bahkan layanan kita juga ada di Lingkungan Pondok Sosial Keputih Surabaya (Liponsos),” kata Wiwiek saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (6/3).
Seperti di TBM, lanjut Wiwiek, selain terdapat layanan sirkulasi peminjaman dan pengembalian buku, pihaknya juga mengadakan aktivitas layanan literasi lainnya. Yakni, melayani bimbingan belajar untuk anak-anak, Story Telling, membuat keterampilan, menggambar dan bermain alat edukatif lainnya.
“Kita juga punya program baru yaitu liga literasi dan Branding TBM. Selain itu, kita juga melayani paket di Panti Asuhan, TK dan yayasan, dan semua layanan ini bersifat gratis,” paparnya.
Ditanya seberapa optimalkah titik-titik layanan akseliterasi ini, Wiwiek mengaku bahwa keberadaan TBM saat ini tidak hanya dimanfaatkan oleh anak-anak, tapi juga para remaja dan orangtua.
”Seperti ibu-ibu yang ingin mendapatkan informasi bagaimana mengembangkan UKM mereka, ada juga yang ingin belajar cara bercocok tanam. Hal-hal seperti inilah yang menjadikan TBM sangat dibutuhkan,” ujarnya.
Di masing-masing TBM, kata Wiwiek, setiap dua kali dalam 1 bulan terdapat aktivitas yang bernama Aksi Literasi Taman Baca, pada minggu ke tiga dan ke empat. Yaitu, kegiatan literasi gabungan TBM di satu wilayah dalam satu kecamatan. ”Ini juga termasuk upaya kita untuk investasi jangka panjang, bagaimana kita juga membangun habit masyarakat di sekitar titik layanan ini,” kata dia.
Wiwiek mengungkapkan, data kunjungan titik layanan literasi yang tersebar di Kota Surabaya selama 2016 sebanyak 4 juta pengunjung. Sedangkan pada 2017, data kunjungan mencapai 5 juta pengunjung. Peningkatan angka inilah yang menjadikan parameter utama, bahwa titik layanan literasi sangat dibutuhkan hadir di tengah masyarakat.
”Sebenarnya keberadaan layanan ini juga mampu meminimalisir dampak-dampak negatif dari perkembangan ilmu teknologi yang saat ini disikapi secara berlebihan,” tegas Wiwiek.
Di samping itu, pihaknya juga mengadakan aktivitas kelas literasi setiap Sabtu, tempatnya di Balai Pemuda Surabaya yang terbagi menjadi dua kelas. Yakni, kelas mendongeng dan kelas melukis. “Untuk kelas literasi dibuka setiap Sabtu, mulai pukul 13.00 sampai 15.00 yang bekerjasama dengan komunitas penggiat literasi,” pungkasnya. [dre]

Tags: