Krisis Air Bersih Meluas di Kab.Blitar

Kekeringan di blitarKab.Blitar, Bhirawa
Adanya permintaan droping air bersih disejumlah Kecamatan di Kabupaten Blitar, Pemerintah Kabupaten Blitar melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar mulai melakukan droping air bersih sekitar 24 ribu liter air perhari untuk wilayah yang mengalami kekeringan di Kabupaten Blitar.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar, Heru Irawan, mengatakan beberapa minggu ini pihaknya sudah mulai mengirimkan air bersih sebanyak 24 ribu liter perhari untuk wilayah di Kabupaten Blitar yang mengalami kekeringan. “Adanya permintaan masyarakat yang kekurangan air bersih disejumlah daerah, saat ini kami sudah melakukan droping air bersih mencapai 24 ribu liter perhari, itupun terkadang masih kurang,” kata Heru Irawan.
Ditambahkan Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Blitar, Mustofa,  sebanyak 24 ribu liter air per hari ini terbagi dalam dua mobil tangki BPBD Kabupaten Blitar, dimana  dikirimkan untuk dua desa per hari. Bahkan berdasarkan laporan yang masuk dan meminta droping air bersih ke BPBD ada 12 Desa di tiga Kecamatan meliputi Kecamatan Wonotirto, Wates dan Panggungrejo.
“Ada tiga Kecamatan yang selama ini menjadi langganan kekeringan serta kekurangan air bersih di Kabupaten Blitar, namun kami selalu menyiapkan kebutuhan masyarakat yang menyangkut air bersih ini selama ada permintaan dan kami mampu mencukupinya,” jelasnya.
Selain itu seperti pada Selasa, (1/9) kemarin BPBD Kabupaten Blitar juga telah memenuhi permintaan warga Desa Wonotirto Kecamatan Wonotirto dan Desa sumberboto Kecamatan Kademangan yang mengajukan permintaan air bersih.
Sehingga selama musim kemarau ini cukup panjang beberapa daerah yang kekurangan air bersih bisa saja bertambah, khususnya wilayah Blitar selatan yang memang minim sumber air karena merupakan daerah pegunungan kering secara geografis. “Mayoritas yang membutuhkan air bersih berada di Blitar selatan, sedangkan wilayah utara masih banyak sumber air termasuk untuk irigasi pertanian,” imbuhnya.
Sementara itu, Sumarti 48 tahun warga Desa Wonotirto Kecamatan Wonotirto mengaku senang dengan adanya droping air ini, sebab sudah lima bulan Desanya mengalami kekeringan. Bahkan Sumarti mengaku harus menempuh jarak kurang lebih enam sampai tujuh kilometer untuk mendapatkan air bersih di sungai saat musim kemarau seperti saat ini. “Karena sumur Desa yang bisanya digunakan warga untuk kebutuhan sehari-hari sudah mengering,” terangnya.
Sementara berdasarkan laporan yang masuk ke BPBD Kabupaten Blitar, kekeringan di Kabupaten Blitar masuk kategori kekeringan kering langka dengan jarak antara pemukikan warga dengan sumber mata air antara tiga sampai lima kilometer.
10 Desa
Sementara itu, di Lamongan, krisis air bersih yang sudah diprediksi oleh BPBD telah terbukti, setelah dua kecamatan sebelumnya yang meminta pengajuan bantuan air bersih, kini disusul enam kecamatan di 10 desa yang sudah meneriakkan suara krisis air bersih di daerahnya.
Kepala Pelaksana BPBD Suprapto kepada Bhirawa Rabu(2/9) mengatakan, hingga kemarin, pihaknya telah melakukkan drooping air bersih ke 10 Desa. Sepuluh desa yang berada di enam kecamatan itu antara lain,Desa
Sukomalo,Desa Banjarejo dan Desa Sumengko di Kecamatan Kedungpring.
Setelah itu Desa Bedingin dan Desa Sidorejo di Kecamatan Sugio, selanjutnya desa Maor dan Desa Randubener, Kecamatan Kembangbahu. Desa Sendangrejo dan Desa Rancangkencono, Kecamatan Lamongan, serta Desa Canggah di kecamatan Sarirejo, dan desa Sidomuliyo, Kecamatan Modo. “Kami sudah mengantisipasinya sejak pertengahan Agustus lalu, bahwa titik rawan desa di kecamatan bakal menyusul, namun yang paling rawan
ada di 19 Desa,” ujar Suprapto.
Dia juga menambahkan, BMKG (Badan Meteorologi, klimatologi dan Geofisika) memang sudah memprediksi jika kemarau ini berlangsung panjang.Untuk itu kita telah menyiapkan segala antisipasi yang
kemungkinan terjadi. “Kita sudah memastikan sampai bulan ini status di Kota Lamongan Siaga darurat satu,” tambahnya. [htn,mb9]

Tags: