Krisis Air Bersih Mulai Merata di Provinsi Jawa Timur

Petugas BPBD Kabupaten Tulungagung menyalurkan bantuan air bersih pada warga Dusun Comanuk Desa Besuki Kecamatan Besuki.

Sumenep,Bhirawa
Kekeringan mulai menyebabkan krisis air bersih di beberapa wilayah Jawa Timur. Dilaporkan wilayah Tulungagung, Bojonegoro dan Sumenep Madura mulai kesulitan mendapatkan air bersih.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumenep setiap hari melakukan suplai air bersih kepada warga yang berada di wilayah kekeringan pada musim kemarau. Hingga saat ini, dari 37 desa di 13 Kecamatan yang merupakan masuk katagori desa kekeringan, sudah 20 desa yang telah mendapatkan suplai air bersih, sedangkan sisanya masih belum karena persediaan air masih ada.
Kepala BPBD Sumenep, Abd Rahman mengatakan, BPBD terus merespon permohonan warga terkait kebutuhan air dimusim kemarau ini. Untuk tahun ini sudah ada 37 desa yang mengajukan permohonan air bersih, namun ada sebagian desa yang masih belum disuplai karena persediaan air bersim masih ada.
“Total desa yang masuk katagori kekeringan dan telah mengajukan permohonan sebanyak 37 desa, tapi yang sudah disuplai air sebanyak 20 desa. Dari 20 desa yang kami suplai air bersih itu semuanya berada di wilayah daratan,” kata Kepala BPBD Sumenep, Abd Rahman, Kamis (7/9).
Ia menyampaikan, dari 37 desa kekeringan itu, 15 desa diantaranya masuk katagori kering kritis, sedangkan lainnya masuk katagori kering langka. Sebanyak 37 desa itu tersebar di 13 kecamatan, diantaranya Pasongsongan, Batu Putih, Saronggi, Ambunten dan Talango.
“Suplai air bersih itu kami lakukan sesuai kebutuhan mereka, baik untuk minum orangnya maupun hewan mereka,” tuturnya.
Ia memprediksi, musim kemarau di Kabupaten Sumenep ini akan terjadi hingga bulan Oktober 2017. Untuk mengantisipasi kekurangan warga terhadap air bersih, secara jangka pendek pemerintah daerah melakukan suplai air bersih.
Namun untuk jangka panjang pihaknya terus berkoordinasi dengan OPD terkait untuk memenuhi air bersih dengan berbagai program, salah satunya pipanisasi, pengeboran dan pembangunan waduk serta pembangunan tandon.
“Kalau distribusi air bersih itu kan sifatnya jangka pendek, tapi untuk jangka panjang kami bekerjasama dengan OPD lain dalam pembangunan tandon, irigasi, pipanisasi dan pembuatan waduk. Kalau didesa tertentu itu tidak bisa dilakukan pengeboran, kami akan bangun pipanisasi dari desa tetangga yang memiliki air bersih,” ucapnya.
Ia juga mengaku, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) guna menghimbau kepada desa agar memanfaatkan DD dan ADD dalam pemenuhan air bersih warganya, baik mengebor atau membuat jaringan air dari desa tetangga. Sebab, dana yang turun langsung ke desa itu sangat besar dan mampu dimanfaatkan untuk pengadaan air bersih tersebut,” tuturnya.
Sementara di Tulungaung , terutama di kawasan Desa Besuki Kecamatan Besuki kini benar-benar membutuhkan air bersih untuk kelangsungan hidup mereka.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tulungagung, Suroto Ssos MSi, Kamis (7/9), mengakui jika sudah terjadi krisis air bersih karena kekeringan di Dusun Comanuk.
“Sejak tiga hari lalu kami sudah memberikan bantuan di sana (Dusun Comanuk). Kami drop air bersih untuk memenuhi kebutuhan mereka,” ujarnya.
Suroto menyatakan ada sekitar 70 kepala keluarga (KK) warga Dusin Comanuk yang sekarang kesulitan menndapat air bersih. Mereka semua sudah mendapat bantuan air bersih yang dilakukan BPBD Tulungagung setiap dua hari sekali.
“Artinya kami melakukan droping air bersih dengan menggunakan mobil tangki milik BPBD setiap dua hari sekali,” terangnya.
Mantan Kepala Satpol PP kabupatenTulungagung ini selanjutnya mengatakan, droping air bersih yang dilakukan BPPD Kabupaten Tulungagung di Dusun Comanuk tidak hanya di satu titik, tetapi banyak titik kendati di satu lokasi dusun yang sama.
“Warga yang membutuhkan air bersih bisa langsung menyediakan segala alat penampung air yang dimilikinya. Setelah semua terpenuhi, air bersih yang tersisa ditaruh di tandon-tandon air yang berada di dusun tersebut,” paparnya.
Adapun daerah-daerah di Kabupaten Tulungagung yang berpotensi mengalami krisis air bersih selama musim kemarau tercatat berada di enam kecamatan. Yakni, di Kecamatan Tanggunggunung, Kecamatan Besuki, Kecamatan Pucanglaban, Kecamatan Kauman, Kecamatan Kalidawir dan Kecamatan Rejotangan.
Di Bojonegoro, warga dua dukuhan yang ada di desa Jamberejo Kecamatan Kedungadem, dilaporkan mulai mengalami krisis air bersih akibat dampak kemarau.
Berdasarkan pantauan, kemarin (7/9), dua dukuhan yang mengalami krisis air bersih, yakni Mojoagung dan Sumbergirang, akibat dampak sumur milik warga mulai tidak keluar air sejak sepekan lalu.
Warga terpaksa harus mengambil air dengan jeriken di tempat berjarak sejauh sekitar 2 hingga 3 kilometer dari permukiman.
Menurut,  Jumain (66) tokoh masyakat selaku ketua RT Dukuh Mojoagung, Desa Jamberejo, Kedungadem Bojonegoro, mengungkapkan ada 79 kepala keluarga (KK) mengalami krisis air bersih pada musim kemarau kali ini.
“Sudah sepekan lebih ini kami kesulitan air untuk kebutuhan rumah tangga. Sumur milik warga sudah pada mengering,” ujarnya.
Dia menuturkan, kondisi yang sama juga dialami tetangganya yakni dukuhan sumbergirang, di mana sumur-sumur sudah pada kering.
Sedangkan untuk mendapatkan air bersih sebagai kebutuhan rumah tangga, sebagian warga mengambil air timba dari desa Sidorejo. Dibuat minum dan mandi.
“Cara lain orang yang tidak mau repot-repot nimba air, dia terpaksa harus membeli air bersih dengan harga Rp 500 per jerigen. Sehari 6 jerigen, total Rp 3000. Hampir semua warga dua dukuh itu beli,” jelasnya.
Dia mengatakan, kelangkaan air bersih di Dukuh Mojoagung dan sumbergirang sejak sepekan lalu dirasakan warga setempat. Namun hingga kini belum ada dropping air bersih dari pemerintah. [sul.wed.bas]

Tags: