Kuatkan Peran Guru Situbondo di HUT PGRI Ke 60

???????????????????????????????Situbondo, Bhirawa
Puncak peringatan hari PGRI ke-69 dilaksanakan oleh ribuan guru tingkat SD, SMP dan SMA se-Kabupaten Situbondo, dilapangan alun-alun Kota, pagi kemarin (25/11). Rangkaian acara dimulai dengan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan, di Jalan Pemuda, sekitar pukul 06.00 dan berlanjut dengan upacara bendera di alun-alun Kota.
Sebelum disambung dengan acara potong tumpeng, Pengurus PGRI melalui Bupati Situbondo, Dadang Wigiarto, memberikan penghargaan kepada puluhan tokoh pendidikan yang telah berjasa bagi kemajuan ilmu di Kota Santri.
Menurut Ketua PGRI Cabang Situbondo, Moh. Hasyim, pengambilan tema ‘mewujudkan revolusi mental melalui penguatan peran strategis guru’ sudah sesuai dengan program pemerintah pusat karena secara nasional dikeluarkan oleh PGRI pusat dengan disetujui Kemendikbud RI.
Selain itu, uar Hasyim, tema itu sesuai dengan arahan Presiden RI agar masyarakat memperbaiki mentalnya sehingga pendidikan lebih baik. “Saat ini anggota PGRI Situbondo sebanyak 6.000. Dari angka itu, 80 persen diantaranya sudah sejahtera karena menerima sertipikasi,” ungkap Hasyim.
Lelaki yang kini masih menjabat Kabid Ketenagkerjaan Dinas Pendidikan Kabupaten Situbondo itu menambahkan, tanda kesejahteraan guru diawali dengan terbitnya UU tahun 2005 tentang guru dan dosen. Terbitnya UU itu, ujar dia, murni atas perjuangan PGRI secara nasional.
“Saya juga terlibat memperjuangkan UU Guru dan dosen itu yang resmi diberlakukan sejak 6 Desember 2005. Dari sanalah berangkatnya kesejahteraan guru melalui tunjangan sertipikat. Namun demikian PGRI ini juga memiliki beban yang harus dibarengi dengan kegiatan guru secara profesional serta mengajar dan mendidik yang baik sehingga anak didik menjadi cerdas,” papar Hasyim.
Untuk bisa mensejahterakan guru sertifikasi secara keseluruhan, imbuh Hasyim, pihaknya sengaja melakukan perbaikan secara bertahap sesuai dengan anggaran keuangan dari pemerintah pusat. Contoh kongkrit lain kepedulian PGRI kepada guru, sambung Hasyim, pihaknya telah sukses mengadakan seminar nasional, yang didalamnya ditanamkan cara  mendidik anak yang baik dan tidak boleh ada kekerasan yang dilakukan guru kepada anak didik.
“Soal ada anak didik yang nakal itu kewajiban Diknas dan PGRI untuk menyelesaikannya. Ke depan kita tidak boleh membedakan siswa yang nakal dan siswa yang rajin. Melainkan sebagai tugas guru  untuk menjaga kesabarannya. Yang jelas tidak boleh ada kekerasan saat melakukan revolusi mental, baik itu anak didik miskin dan orang kaya,” tegas Hasyim.
Di sisi lain, Bupati Situbondo H Dadang Wigiarto, menuturkan, sejak jaman Belanda para guru sangat murni dalam melakukan penguatan kualitas pendidikan di Indonesia. Tapi setelah memperoleh kesejahteraan yang baik, sudah tidak sesuai lagi jika guru diberi julukan sebagai  pahlawan tanpa tanda jasa.
“Supaya bangkit kembali, maka guru guru sekarang harus mengingat perjuangan guru-guru terdahulu. Ini sesuai dengan visi pendidikan yang menciptakan masyarakat yang berkeadilan dengan membenahi sisi mental. Agar sukses, maka harus juga melibatkan birokrasi dengan ditunjang niat dan kemauan bersama sama,” pungkas Bupati Dadang. [awi]

Keterangan Foto : Bupati Situbondo H Dadang Wigiarto saat memberikan penghargaan kepada tokoh pendidikan di Kabupaten Situbondo. [sawawi/bhirawa].

Tags: