Kumpulan Kisah Keagungan Abu Bakar

Kisah Abu BakarJudul           : 150 Kisah Abu Bakar As-Shiddiq
Penulis       : Ahmad ‘Abdul ‘Al Al-Thahthawi
Penerbit     : Mizania
Cetakan     : I, 2016
Tebal           : 162 halaman
ISBN            : 978-602-418-001-9
Peresensi  : Anton Prasetyo, Studi Pascasarjana KPI UIN Yogyakarta

Ahmad ‘Abdul ‘Al Al-Thahthawi merupakan ulama yang cukup paham dengan kisah hidup para sahabat Nabi, tak terkecuali sahabat Abu Bakar As-Shiddiq. Bahkan, kitab 150 Qishah min Hayati Abu Bakar Al-Shiddiq yang dalam versi Indonesia diterjemahkan menjadi 150 Kisah Abu Bakar As-Shiddiq hanyalah satu dari 4 karya tulis tentang kisah Khulafaur Rasyidin. Ia juga menulis kisah 3 khalifah yang lain, yakni Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, dan ‘Ali bin Abi Thalib.
Dikisahkan, Abu Bakar merupakan sosok yang sangat terjaga semenjak zaman Jahiliyyah. Ia merupakan orang yang tidak pernah meminum khamr (minuman keras). Di zaman Jahiliyah, ia melihat ada seseorang yang tidak sadarkan diri terhadap perbuatannya. Saat itu, seseorang yang mabuk mengambil sebuah kotoran untuk dimakan. Saat hampir memasukkan ke dalam mulutnya, baru dirinya tersadar karena mencium bau yang tak sedap sehingga mengurungkan niatnya. Sejak peristiwa inilah, Abu Bakar mengharamkan bagi dirinya sendiri untuk tidak bersentuhan dengan khamr yang memabukkan.
Ketika Muhammad diutus oleh Allah sebagai nabi, Abu Bakar merupakan sosok sahabat awal masuk Islam dan selalu dekat dengannya. Ia selalu selalu membenarkan segala perkataan Nabi. Suatu ketika, ia mendapatkan informasi bahwa Muhammad menghina sesembahan kaum Jahiliyah saat itu. Mendengarnya, Abu Bakar langsung menemui Muhammad dan menanyakan permasalahan ini. Muhammad pun mengatakan kepada Abu Bakar bahwa dirinya diutus oleh Allah untuk menjadi nabi dan rasul sehingga umat akhir zaman mendapat petunjuk. Mendengar jawaban ini, Abu Bakar langsung menyatakan keislamannnya. Bahkan, ia juga menginformasikan kepada orang-orang sekitarnya sehingga mereka pun juga ada yang ikut mengimani kenabian Muhammad.
Saat para sahabat lain tidak mempercayai peristiwa luar nalar berupa perjalanan Isra’ dan Mi’raj, Abu Bakar dengan tegas mengatakan bahwa dirinya selalu percaya dengan perkataan Nabi. Tak cukup sampai di situ, Abu Bakar juga mengatkan bahwa dirinya akan selalu mempercayai perkataan Nabi, bahkan terhadap peristiwa yang lebih “tidak masuk akal” daripada Isra’ dan Mi’raj. Bermula dari sinilah, Abu Bakar mendapat julukan Al-Shiddiq karena selalu membenarkan perkataan Nabi.
Dalam menyebarluaskan ajaran agama Islam, Abu Bakar merupakan sahabat yang sangat gigih. Seluruh yang ada pada dirinya dipertaruhkan dalam perjuangan agama Islam. Ketika jumlah kaum muslimin baru 38 orang di mana Nabi belum mengadakan dakwah secara terang-terangan, Abu Bakar sudah berpidato di dekat Nabi dengan harapan kaum musrikin Makkah masuk agama Islam sebagaimana diri dan para sahabat lainnya. Atas keberaniannya, Abu Bakar mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan. Ia dipukuli hingga hampir mati. Setelah lama mendapatkan perawatan, Abu Bakar pun mulai sadar dan dapat berbicara. Saat itu para sahabat dan keluarga membujuknya agar mengisi perutnya dengan makan dan minum. Hanya saja, Abu Bakar tidak mau, justru menanyakan kondisi Nabi. Abu Bakar meminta agar dipertemukan dengan Nabi untuk selanjutnya baru akan mengisi perutnya. Dan benar, Abu Bakar pun makan setelah bisa dipertemukan dengan Nabi di rumah Arqam.
Meski dikenal sebagai pribadi yang lembut, Abu Bakar merupakan sosok yang paling pemberani. Ali bin Abi Thalib yang dikenal sebagai panglima yang selalu berhasil dalam pertempuran mengatakan tengtang keberanian Abu Bakar, “Saat perang Badar, kami membuat kemah untuk Rasulullah. Lalu, kami bertanya-tanya, siapa yang menemani Rasulullah dan melindunginya dari serangan kaum musyrikin? Demi Allah, tidak ada satu pun dari kami yang berani mengajukan diri selain Abu Bakar. Dengan pedang terhunus, dia mengawal Rasulullah. Setiap ada pasukan kaum musyrikin yang berusaha menyerang Rasulullah, Abu Bakar selalu berhasil mengalahkannya. Sungguh dia orang yang paling berani.” (halaman 59).
Saat Nabi wafat, Abu Bakar menjadi penenang kaum muslimin. Ketika itu, kaum muslimin tidak terima terhadap berita duka yang ada. Bahkan, Umar selalu berseru akan memenggal kepala orang yang mengatakan bahwa Muhammad telah wafat. Namun demikian, Abu Bakar dengan bijaknya bekata, “Barang siapa yang menyembah Muhammad, maka sesunggunya Muhammad telah meninggal. Barang siapa yang menyembah Allah, sesungguhnya Allah kekal dan tidak pernah akan mati.” (halaman 132). Selanjutnya, Abu Bakar membaca al-Qur’an surat Ali Imran ayat 144 yang berbunyi, “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul. Sungguh, telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, engkau akan berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke kebelakang, dia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”
Sepeninggal Nabi, Abu Bakar didapuk sebagai khalifah pertama. Ujian berat menghampiri, terutama adanya kaum murtad, selalu dihadapi dengan bijak. Dalam menjalankan tugasnya, ia tidak menggunakan kekuasaan untuk memperkaya diri. Semua perjuangannya selalu dilakukan secara ikhlas. Bahkan, ketika menjelang wafat, ia memberikan sisa-sisa hartanya (budak Habsyi, seekor unta, dan kaun beludru) kepada Umar bin Khathtab sebagai khalifah setelahnya. Seluruh hidup Abu Bakar diwakafkan untuk menemani Nabi dan memperjuangankan agama Islam. Sehingga, Nabi pun pernah bersabda bahwa Abu Bakar memiliki kedudukan tinggi di Surga.
Selamat membaca!

                                                                                                                 ———– *** ————

Rate this article!
Tags: