Kunjungi Balita Gizi Buruk, Bupati Lamongan Ingatkan Penanganan Diprioritaskan

Forpimda Lamongan saat mengunjungi balita penderita gizi buruk Marasmus ,Meilani Alfira Damayanti di RSUD Dr.Soegiri Lamongan.(Alimun Hakim/Bhirawa).

Lamongan, Bhirawa 
Seorang balita bernama Meilani Alfira Damayanti  yang masih berusia 2 tahun 8 bulan hanya bisa berbaring lemas di atas tempat tidur kamar rumah sakit, dr Soegiri Lamongan sejak, Senin (13/1) kemarin menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Dr.Soegiri Lamongan.
Balita pasangan suami istri dari keluarga tidak mampu Dwi Novita (29) dan Suwarsono asal Desa Latukan, Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan itu di diagnosa menderita gizi buruk Marasmus.
Tubuh bocah perempuan mungil tersebut hanya berbobot 4 kilo. Padahal idealnya balita yang menginjak usia 2 tahun harusnya memiliki berat badan 12 kilo.
Mendengar hal itu Bupati Lamongan beserta Forpimda mengunjungi langsung ke ruang rawat balita penderita gizi buruk di Anggrek 5, Selasa (14/1).
Fadeli meminta agar tim dokter Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soegiri Lamongan agar memberikan pelayanan yang terbaik bagi Meilani Alfira Damayanti.Meski saat ini biaya pengobatan balita yang berusia 2 tahun 8 bulan itu ditanggung BPJS Kesehatan.
Namun Fadeli berharap pihak rumah sakit tidak menyamakan penanganan medis seperti halnya pasien pada umumnya. “Bukan berarti sudah tidak bayar biaya rumah sakit, terus pengobatannya biasa-biasa saja. Ini saya tidak mau harus diprioritaskan,” kata Fadeli.
Berdasarkan informasi yang ia terima dari dokter yang menangani anak tersebut. Butuh waktu yang cukup lama untuk bisa memulihkan kondisi balita yang hanya memiliki bobot 4 kilo tersebut. Pihaknya juga berharap orang tua pasien sabar dalam menghadapi ujian ini. “Saya yakin dokter juga sudah bekerja maksimal setiap saat dipantau perkembangan berikutnya dan ternyata juga tambah baik secepatnya,” ungkapnya.
Dengan adanya peristiwa gizi buruk yang menimpa salah satu warga Desa Latukan, Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan ini, Bupati mengintruksikan kepada jajaran agar terus berupaya mendata jumlah anak penderita gizi buruk. Sehingga penderita bisa cepat ditangani. “Kalau anak Alfira ini sudah terlambat ditangani. Makanya saya perintahkan pak camat, bapak kepala dinas kesehatan dan puskesmas agar terus berkeliling mencari anak-anak yang menderita kekurangan gizi biar diobati dan jangan sampai hal ini terulang kembali,” ungkapnya.
Sementara jumlah balita atau anak di Kabupaten Lamongan yang menderita gizi buruk berjumlah 230 anak atau 0,34 persen. Angka ini, lanjut Fadeli jauh dibawa 1 persen dari provinsi Jatim. “Memang penderita gizi buruk jauh di bawah provinsi. Tapi saya minta ini terus diturunkan jangan sampai nambah. Kalau ada yang menderita saya minta keluarga agar melaporkan kejadian ini ke puskesmas sehingga ini bisa ditindaklanjuti oleh rumah sakit dan ditangani,” ungkapnya.
Dalam kunjungannya Bupati yang didampingi unsur Forkompimda Lamongan tersebut, juga memberikan beberapa bingkisan bagi balita pasangan suami istri dari keluarga tidak mampu Dwi Novita (29) dan Suwarsono. Bantuan yang diberikan diharapkan dapat meringankan beban orang tua pasien. 
“Kita berikan bingkisan susu formula supaya cepat sembuh anaknya dan lain-lain tadi, wartawan mohon doanya supaya anak ini cepat sembuh,” pungkasnya.
Novita ibu kandung korban saat di temui mengungkapkan jika gizi buruk yang menimpa anak semata wayangnya itu sudah berlangsung sejak beberapa bulan yang lalu. 
Saat itu Alfira yang diasuh oleh neneknya karena ibu kandungnya harus berjualan sayur keliling, hanya diberikan susu formula yang ia beli di pasar. 
Novita sendiri bekerja berjualan sayur keliling lantaran sudah sejak bulan Oktober 2019. “Karena saya harus berjualan keliling jadi anak saya diasuh sama ibu saya mas,” jelasnya.
Namun saat diberikan susu formula Alfira mengalami muntah-muntah kemudian pihak keluarga pun sudah membawa Alfira ke rumah sakit swasta di Lamongan. Namun upaya pengobatan agar anaknya sembuh dan bisa sehat kembali seperti sediakala tidak membuahkan hasil. Berat badan Alfira justru semakin menurun. Lantaran kondisi keluarga yang serba kekurangan akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa pulang Alfira ke rumah di Desa Latukan.
Ketika sebelum di rujuk ke RSUD, keluarga sempat membawa Alfira ke pengobatan alternatif dan hanya diberikan air mineral saja. Namun kondisi justru memprihatinkan , sehingga akhirnya ibu Alfira membawa ke bidan Puskesmas dan akhirnya ia disarankan untuk merujuk Alfira ke rumah sakit umum. “Saya bawa ke pengobatan alternatif saja mas, karena tidak punya uang,” ujarnya  saat di temui.
Sementara itu Dokter anak RSUD Dr.Soegiri Aty Firsiyanti menuturkan, 
Meilani Alfira,di diagnosa menderita marasmus atau kekurangan kalori secara kronis. Butuh penanganan yang cukup lama mas, karena anak ini mengalami kekurangan kalori secara kronis,” kata Dokter anak RSUD Dr. Soegiri Lamongan, Aty Firsiyanti.
Dari keterangan ibunya,Saat usianya sekitar 6 bulan berat badan anak ini normal saja. Lantaran ibunya harus bekerja, anak ini diasuh oleh neneknya akhirnya diberikan tambahan susu formula. Nah, di situlah katanya anak ini mengalami muntah-muntah,” paparnya.
Tim dokter rumah sakit setempat telah memberikan penanganan khusus bagi Alfira dengan memberikan asupan gizi. Sementara, untuk penyakit lainnya juga masih dilakukan pengecekan.
“Langkah kita pemberian gizi dulu. Baru kemudian kita lihat penyakit bawaan lainnya apa. Karena biasanya, gizi buruk ini juga dibarengi dengan sejumlah penyakit lainnya, bisa diare atau yang lainnya,” pungkasnya. [aha].

Tags: