Kuota Bidikmisi Turun, Jatah Biaya Hidup Ditingkatkan

Surabaya, Bhirawa
Persaingan ketat calon mahasiswa tidak hanya berlaku dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Bagi calon mahasiswa dari keluarga tidak mampu pun harus bererbut tiket Bidikmisi yang disediakan cukup terbatas tahun ini.
Kementerian Riset, Teknologi dan Dikti tahun ini mengurangi kuota beasiswa bidikmisi dari 307.833 mahasiswa menjadi hanya 80 ribu penerima beasiswa. Kendati demikian, pihak PTN belum dapat memastikan berapa kuota yang akan diterimanya untuk menerima mahasiswa dari keluarga tidak mampu itu.
Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof Warsono mengatakan, hingga kini belum ada keputusan kuota bidikmisi dari pemerintah. Namun, mahasiswa yang tidak mampu bisa mendaftar Bidikmisi bersamaan dengan pendaftaran SNMPTN dan SBMPTN. “Diterima atau tidak, urusannya nanti. Ngajukan dulu jadi peserta Bidikmisi, lalu diverifikasi,” katanya, Rabu (18/1).
Dari hasil verifikasi, mahasiswa yang diterima maka mahasiswa tersebut tidak membayar. Penerimaan bidikmisi berlaku untuk jalur SNM PTN, dan SBM PTN. “Kalau jalur mandiri belum,” katanya. Di tingkat nasional, ada tambahan 50 ribu kuota bidikmisi. Namun, kuota itu belum dibagi.
Dekan Fakultas Ekonomi Unesa Eko Wahjudi menambahkan, tahun lalu, ada 300 mahasiswa bidikmisi di fakultasnya. Di fakultasnya, verifikasi lapangan terhadap penerima bidikmisi dilakukan mulai semester pertama. Jika ternyata mahasiswa tersebut memiliki latar belakang perekonomian keluarga yang baik. Maka di semester dua akan dihentikan bidikmisinya. Selanjutnya dialihkan kepada mahasiswa kurang beruntung lain yang diusulkan baru.
“Bisa jadi, ada mahasiswa kurang mampu yang tidak difasilitasi saat di sekolah untuk mendaftar bidikmisi, kita alihkan ke situ,” katanya.
Jumlah mahasiswa yang dialihkan dari bidikmisi mencapai kurang dari 10 persen. Itu diketahui dari sistem yang sudah tersedia. Termasuk diketahui dari penghasilan orang tua dan biaya listrik. Karena itu, sekolah yang ‘nakal’ dalam mendaftarkan siswanya untuk ikut bidikmisi maka harus siap-siap di-blacklist. Sebab, ada sekolah yang beberapa tahun terakhir diindikasikan berbuat curang. Sekolah itupun kini di-blacklist.
Menurut informasi yang dirilis melalui laman Kemenristek-Dikti, penurunan kuota penerima bidikmisi akan diiringi dengan peningkatan biaya hidup. Nilainya sebesar Rp 50 ribu per bulan. “Informasi itu juga sudah kita dengar tapi sampai sekarang belum ada pemberitahuan secara tertulis dari pusat,” tambah Eko.
Sementara itu, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) tahun lalu mendapatkan jatah 175 penerima bidikmisi. Mereka disebar ke beberapa jurusan yang menyediakan kuota bagi penerima beasiswa tersebut. ”Ada faktor yang perlu dipertimbangkan, jadi jumlahnya per jurusan dibatasi,” ujar Kepala Bagian Akademik UINSA Rijalul Faqih.
Sejak 2010, UINSA telah dipercaya memberikan pelayanan bagi mahasiswa peraih beasiswa bidikmisi. Awalnya, jumlahnya tidak sampai 100 anak. Kemudian, lama-lama semakin banyak hingga tahun lalu mencapai 175 anak. Karena kuotanya terbatas, maka UINSA menerapkan seleksi yang cukup ketat.
Rijal menjelaskan, UINSA berupaya menjaga kualitas calon mahasiswa baru yang mendapatkan beasiswa bidikmisi. Berdasarkan ketentuan Kementerian Agama, siswa yang bisa mendapatkan beasiswa tersebut harus memenuhi dua unsur. Yakni, dari keluarga tidak mampu dan berprestasi. Sehingga, lulusannya benar-benar SDM yang berkualitas dan memiliki daya saing. [tam]

Tags: