Kupatan Massal di Tulungagung Kian Meriah

Sejumlah warga datang ke Kelurahan Jepun Kota Tulungagung, Rabu (12/7) pagi. Mereka menikmati sajian makan ketupat yang diberikan secara cuma-cuma.

Tulungagung, Bhirawa
Tradisi kupatan yang diselenggarakan tujuh hari pasca hari raya Idul Fitri di Tulungagung semakin meriah. Hampir seluruh pelosok di kabupaten berikon marmer itu menggelarnya.
Tak hanya orang tua, kalangan milenial juga menyambut gembira kegiatan bagi-bagi ketupat yang disediakan bersama sayur pelengkap opor ayam dalam pincuk daun pisang secara gratis tersebut. Mereka pun mengunggah kegiatan kupatan masal di media sosial sehingga semakin hits.
“Foto selfi (swafoto) di acara kupatan masal menyenangkan juga. Teman yang melihat bisa ikutan datang dan menikmati ketupat secara gratis,” ujar Ririn (14), warga Kota Tulungagung lantas tersenyum.
Ririn, Rabu (12/6) pagi kemarin, datang ke acara kupatan masal yang diselenggarakan di Kelurahan Jepun bersama sejumlah rekannya. Ia mengaku tidak bosan dengan acara kupatan masal yang selalu ada setiap tahun tersebut. Bahkan pada malam harinya ia pun sudah berencana untuk ikut memeriahkan kupatan masal yang diselenggarakan warga Kelurahan Bago.
“Nanti malam juga ikutan kupatan masal di Kelurahan Bago. Katanya ada hiburan musiknya juga. Jadi tambah ramai,” paparnya.
Saat ini acara kupatan masal di Tulungagung selain diselenggarakan di hampir semua pelosok juga diadakan dalam dua waktu berbeda. Yakni pada pagi hari dan malam hari.
Sejumlah warga bahkan menyelenggarakan acara kupatan masal secara besar-besaran. Seperti di Kecamatan Boyolangu dan Kecamatan Ngantru.
Acara kupatan massal merupakan tradisi yang dilakukan setelah Bulan Syawal memasuki hari ke-7. Kupatan dimaksudkan sebagai lebaran kedua setelah melaksanakan puasa sunah Syawal.
Biasanya, selain acara inti menggelar makanan ketupat secara gratis, dalam acara tersebut juga disajikan berbagai macam hiburan seperti pagelaran live musik dan hiburan lainnya.
Awalnya acara kupatan masal merupakan tradisi yang dilakukan warga di wilayah Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. Namun, karena dianggap mempunyai nilai positif kemudian ditiru dan dilakukan di daerah lain seperti di wilayah Kabupaten Tulungagung.
Dalam tradisi Jawa kupatan bukan hanya sajian pada hari kemenangan, tetapi mempunyai makna filosofi yang mendalam. Kupat diartikan sebagai laku papat (lebaran, luberan,leburan dan laburan) yang menjadi simbol dari empat segi dari ketupat. Selain juga kupatan mempunyai arti ngaku lepat (mengakui kesalahan). [wed]

Tags: