Kurangi Defisit, Pemerintah Diminta Buat Kebijakan Fiskal

Gubernur Dr H Soekarwo menyambut peraih nobel bidang ekonomi pada 2003, Prof Robert Fry Engle III sebelum memaparkan gagasannya pada acara The 6th ASEAN Event Series Bridges ‘Dialogues Towards a Culture of Peace’ di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (20/2).

Pemprov, Bhirawa
Peraih nobel bidang ekonomi pada 2003, Prof Robert Fry Engle III memaparkan gagasannya terkait kondisi ekonomi dunia saat ini. Menurutnya, perlambatan ekonomi saat ini juga terjadi di seluruh dunia. Di negara berkembang seperti Indonesia masalah ini terjadi karena banyak investor yang tidak mau memberikan pinjaman karena mereka tidak melihat peluang pertumbuhannya.
“Jadi meskipun banyak peluang kredit, tapi tidak tersalurkan karena tidak ada investor confidence,” kata Robert pada acara The 6th ASEAN Event Series Bridges ‘Dialogues Towards a Culture of Peace’ bersama Prof Robert Fry Engle III di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (20/2).
Selain itu, lanjutnya, keterlambatan pertumbuhan ini juga dipengaruhi melambatnya ekonomi di Tiongkok. Karena Tiongkok adalah importir komoditas terbesar di Asia termasuk Indonesia, sehingga ketika Tiongkok bermasalah maka semua akan terkena dampaknya. Selain itu, situasi di Eropa saat ini juga tidak stabil, menjadi lebih anti globalisasi sehingga lebih proteksionis. “Yang terakhir juga suasana politik di Amerika atas terpilihnya presiden baru, sepertinya juga memberi dampak besar,” imbuhnya.
Di Indonesia sendiri lanjutnya, berdasarkan data sejak 1998 hingga sekarang pasar modalnya cukup volatile (fluktuatif dan bergejolak).  Namun volatilitas Indonesia sangat dipengaruhi volatilitas negara-negara tetangga, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia. Oleh karena itu, perbankan di Indonesia harus mau melakukan perubahan, khususnya perbankan yang cukup besar seperi Bank Mandiri, Bank BCA, dan Bank BRI. “Namun saya memberi apresiasi karena di Jatim ada perbankan yang ikut membantu mengurangi kemiskinan, dan mau ikut berinvestasi dalam pembangunan infrastruktur,” terangnya.
Robert mengatakan, daripada mengatur masalah moneter suku bunga sebaiknya pemerintah membuat kebijakan fiskal. Hal ini untuk mengurangi defisit yang terjadi antara besarnya gap antara penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan pemerintah.
Di samping itu, perbankan harus  menggunakan perannya sebagai pemberi modal, bukan malah alergi memberi kredit. Suku bunga yang diberikan sebisa mungkin diturunkan, sehingga tidak memberatkan peminjam. “Langkah ini harus segera dilakukan, sebab jika tidak maka ekonomi akan terus melambat karena tidak ada yang bisa digunakan untuk perputaran ekonomi,” tegasnya.
Sementara itu, Gubernur Jatim Dr H Soekarwo dalam kesempatan itu menawarkan strategi pembiayaan fiskal dan non fiscal sebagai bentuk solusi atas melemahnya kondisi perekonomian. Strategi tersebut untuk mengatasi dampak dinamika global yang mengakibatkan penerimaan daerah stagnan dalam tiga tahun terakhir. Dampak dinamika global tersebut seperti meningkatnya volatilitas pasar keuangan, kebijakan proteksionis, dan adanya capital outflow.
“Kami menawarkan kebijakan strategi fiskal melalui dua hal yakni membentuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dan menyusun strategi akses perbankan. Sedangkan pembiayaan non fiskal saya usulkan dalam tiga skema yaitu Public Private Partnership /PPP, corporate bond, dan sistem finansial syariah,” terangnya.
Pakde karwo menjelaskan, strategi fiskal dengan membentuk LKM diwujudkan dengan hibah dari Pemprov Jatim ke Kopwan (Koperasi Wanita), Kopkar (Koperasi Karyawan), dan LKM fungsional. Sedangkan dalam hal strategi akses perbankan Pemprov telah memperkuat kelembagaan salah satunya dengan membentuk Bank UMKM dan Bank Tani. “Selain itu kami juga mendirikan PT Jamkrida selaku penjaminan kredit KUKM daerah sejak 16 Juli 2009. Bahkan sekarang dari modal awal Rp 50 miliar telah meningkat menjadi Rp 600 miliar,” ujarnya.
Sedangkan strategi pembiayaan non fiskal atau di luar Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), yang pertama dilakukan dengan model PPP yaitu konsep kerjasama antara pemerintah, badan usaha, dan lembaga keuangan. Di Jatim saat ini model PPP telah diterapkan pada pelaksanaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Umbulan. Proyek ini merupakan kerjasama antara pemda, pemprov, dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII).

Kagumi Kerajinan Jatim
Sementara itu, istri dari Prof Robert, Marianne Eva Engle yang turut datang ke Jatim diajak keliling Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jatim Dra Hj Nina Soekarwo keliling ke showroom Dekranasda Jatim dan House of Sampoerna.
Saat memasuki ruang showroom Dekranasda Provinsi Jatim yang terletak di Jalan Kedungdoro Surabaya, Senin (20/2), Marianne tak bisa menutupi ekspresi kekagumannya. Dengan jeli dia melihat detail setiap kerajinan yang ia pegang.
Dalam kunjungannya itu, Marianne didampingi Ketua Dekranasda Jatim Dra Hj Nina Soekarwo MSi melihat kerajinan tangan yang terbuat dari perak dan perunggu. Sesekali, tangan Marianne menunjuk dan mengangkat batik tulis bewarna hijau gelap bermotif akar bunga.
Pada saat melihat kerajinan tas kulit, langkahnya terhenti oleh tas tenteng berwarna putih dengan motif ular dan tas ransel bermotif kotak elegan bewarna hitam. Untuk tas tenteng tersebut, berasal dari IKM Handmade dari Kota Surabaya. Sementara tas kulit warna hitam, merupakan produk dari IKM Tanggulangin Sidoarjo.
Marriane mengaku bahwa harga yang ditawarkan di Deskranasda Jatim ini sangat murah, berbeda jauh dengan produk yang sering ia jumpai di luar negeri. “Kualitas produk dari sini (Deskranasda) sangat bagus dan harganya terjangkau. Produk tas seperti ini, jika di luar negeri bisa mencapai 10 kali lipat,” tegasnya.
Sementara itu, Bude Karwo, sapaan akrab Nina Soekarwo, selama mendampingi Marianne dengan lugas mempromosikan produk-produk Industri Kecil Menengah (IKM) mulai dari batik, tas kulit, kerajinan tangan, buah tangan hingga produk-produk makanan yang terkemas dengan rapi.
Bude Karwo yang mendampingi Mariane menuturkan, bahwa produk-produk yang ditampilkan di Deskranasda merupakan produk asli dari perajin-perajin UKM dari seluruh kabupaten/kota seluruh Jatim.
Sebelum mengunjungi Deksranasda Jatim, rombongan terlebih dahulu mengunjungi House of Sampoerna (HOS). Sama halnya, di Deskranasda Marianne terlihat sangat menikmati produk-produk sejarah di ruang pamer yang mempunyai nilai historis tinggi bagi pemiliknya, yaitu Liem Seeng Tee pendiri PT Sampoerna. [iib]

Tags: