Industri hulu migas saat ini tidak bisa dilepaskan dari isu lingkungan. Untuk itu berbagai upaya untuk menurunkan emisi dari kegiatan operasi hulu migas terus dilakukan. Pasalnya, migas masih memainkan peranan penting dalam memenuhi ketahanan energi selama masa transisi energi guna menuju Net Zero Emissions (NZE). Salah satunya adalah melalui penerapan teknologi dan perbaikan dari segala lini, utamanya dari sisi regulasi guna memperbaiki iklim investasi.
Langkah untuk mewujudkan hal tersebut pun perlu dilakukan pemerintah. Salah satunya adalah pemerintah Indonesia perlu terus mendorong pemanfaatan renewable energy dengan mengedepankan prinsip-prinsip berkelanjutan dalam upaya mentransformasi ekonomi Indonesia. Menjadi logis jika Pemerintah perlu menyiapkan aturan terkait implementasi Carbon Capture Storage (CCS) / Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).
Implementasi CCS/CCUS cukup krusial. Pasalnya, bisnis migas kini disorot sebagai salah satu bisnis yang paling banyak menyumbangkan emisi karbon. Untuk itu teknologi CCS/CCSU ini penting agar kegiatan operasi produksi migas tetap berjalan, sementara di sisi lain dapat membantu mengurangi emisi karbon. Aturan tersebut, diharapkan dapat mengoptimalkan produksi migas nasional di era transisi energi. Upaya transisi energi di Indonesia guna mengurangi emisi karbon, antara lain melalui pembangunan energi baru terbarukan seperti energi surya, angin, dan hydro.
Itu artinya, Indonesia perlu terus consen dan gencar mempromosikan transisi energi terbarukan. Pasalnya, apabila pengelolaan dan keberlangsungan sumbernya tersedia, maka amoia biru dan hijau dapat menjadi salah satu bagian dari perjalanan menuju transisi energi terbarukan, sebagai sumber energi bersih alternatif bagi pembangkit tenaga uap batu bara. Untuk itu diperlukan perbaikan dari segala lini, utamanya dari sisi regulasi. Terlebih, untuk mencapai Visi Indonesia Emas 2045, yaitu menjadi negara maju di tahun 2045, pertumbuhan ekonomi Indonesia perlu didukung oleh pasokan energi yang cukup. Oleh karena itu, pemerintah perlu sepenuhnya mendukung visi bersama sektor hulu migas, yaitu target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar kaki kubik gas bumi per hari (BSCFD) pada tahun 2030.
Asri Kusuma Dewanti
Dosen FKIP Univ. Muhammadiyah Malang.
