Lahan di Bromo Kritis, Pegiat Lingkungan Lakukan Aksi Penanaman

Para pegiat lingkungan di kawasan inti resapan Gunung Bromo dari sembilan kecamatan di Kabupaten Pasuruan bersatu hijaukan kembali lahan kritis di kawasan Gunung Bromo, Selasa (12/12) sore. [Hilmi Husain]

Pasuruan, Bhirawa
Kawasan Gunung Bromo saat ini lahannya semakin kritis. Sehingga, bencana alam akan mengancam warga, baik di hulu maupun di hilir. Untuk mengatasi hal itu, puluhan pegiat lingkungan di kawasan inti Gunung Bromo bertekad menghijaukan kembali lahan kritis di kawasan tersebut.
Direktur Yayasan Sanggar Indonesia Hijau (Si Hijau), Sugiarto menyampaikan ada sembilan kecamatan di Kabupaten Pasuruan yang bersatu serta bertekad akan aksi penghijauan di kawasan Gunung Bromo. Sehingga mengantisipasi dan mengurangi berbagai bencana alam. Yakni banjir, tanah longsor dan menyusutnya sumber-sumber air.
“Dengan bersatu dalam menyatukan langkah, setidaknya semakin bersinergi. Makanya, kami selaku pegiat lingkungan melakukan penanaman serentak di kawasan Gunung Bromo. Karena lahannya disana semakin kritis,” ujar Sugiarto di Desa Cowek Kecamatan Purwosari Kabupaten, Kabupaten Pasuruan, Selasa (12/12) sore.
Menurut Sugiarto, dalam menyatukan langkah, kendala yang dihadapi para pegiat lingkungan juga akan makin minim. Seperti terhindarnya konflik dengan lembaga yang berwenang atas kawasan hutan dan lainnya.
“Harus dilakukan penyadaran kepada warga di sekitar pinggiran hutan untuk bijak dengan alam. Tak hanya mencegah pembalakan liar, tapi juga mengajak warga pinggiran hutan ikut menanam dan merawat pohon,” tandas Sugiarto.
Sekadar diketahui, luasan hutan di kawasan Pegunungan Bromo yang mencapai sekitar 35.000 hektar, kwalitasnya terus menurun. Akibatnya, banjir dan tanah longsor rutin terjadi setiap musim hujan tiba. Terutama banjir di kawasan hilir yang merendam pemukiman warga di sekitar sembilan kecamatan di Kabupaten dan Kota Pasuruan.
Bahkan di kawasan Gunung Bromo terdapat semuber air Umbulan yang menjadi proyek sistem penyedia air minum (SPAM) Umbulan dan masuk dalam proyek infrastruktur strategis nasional. Namun saat ini debit sumber air Umbulan terus mengalami penurunan dari 6.000 liter/detik menjadi sekitar 3.500 liter/detik. Sehingga keberlanjutan proyek SPAM Umbulan terancam.
Sementara itu, Pelestari Hutan, Makhrus Solikin mengungkapkan dalam menyamakan langkah, upaya penyelamatan lahan kritis akan bisa berlangsung maksimal. Terutama dengan penyusunan skala prioritas atas lokasi yang benar-benar rawan longsor.
Apalagi, program pemerintah berupa perhutanan sosial, pegiat harus mampu mendampingi masyarakat, agar tanaman bisa seimbang. “Harus bisa menyeimbangkan, hutan tetap lestari dan ekonomi rakyat meningkat. Di kawasan hutan harus tetap ada tegakan pohon, agar bisa menyerap air. Yakinlah dengan menanam pohon akan mencega tanah longsor, banjir dan bakan akan bisa menghidupkan serta menambah sumber-sumber air,” kata Makhrus Solikin. [hil]

Tags: