Lahan Eks Apel Direvitalisasi untuk Budidaya Jeruk Keprok 55

Komoditas Jeruk Keprok 55 sangat menjanjikan keuntungan bagi petani di Kota Batu dalam beberapa tahun terakhir dibandingkan menanam apel.

Komoditas Jeruk Keprok 55 sangat menjanjikan keuntungan bagi petani di Kota Batu dalam beberapa tahun terakhir dibandingkan menanam apel.

Kota Batu, Bhirawa
Kebun apel di Kota Batu terus mengalami penyusutan dari tahun ke tahun. Penyusutan itu terlihat nyata, di mana 20 tahun yang lalu tanaman apel tumbuh subur di Desa Oro-oro Ombo hingga Sidomulyo dan Pandanrejo, tapi kini sudah tak bisa ditemui lagi.
Perkebunan apel saat ini cenderung diusahakan di wilayah atas Kota Batu, utamanya di Tulungrejo, Bumiaji dan Giripurno bagian atas, Bulukerto dan Sumbergondo. Padahal dulunya hampir semua tegalan ditanami buah sub tropis tersebut.
Selain faktor peralihan lahan menjadi lahan permukiman, habisnya kebun apel di bagian bawah tersebut sebagai akibat menurunnya kelembaban udara dan menurunnya kualitas tanah.
“Tanaman apel membutuhkan kelembaban udara yang tinggi. Karena di kecamatan Batu sudah banyak yang beralih fungsi menjadi permukiman dan hutannya semakin menyempit, maka kelembaban udaranya menurun. Sehingga tanaman apel tidak bisa tumbuh dengan baik, sehingga produksi buahnya menurun dan kualitas buahnya jelek,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) Sugeng Pramono kemarin.
Dijelaskan Sugeng, bagi perkebunan apel yang kurang produktif, petani akhirnya mengganti komoditas tanaman pertaniannya, seperti sayur mayur, bunga dan jeruk. “Di Desa Sumberejo, Sidomulyo dan Gunungsari, kebun-kebun apel sudah berubah jadi budidaya bunga hampir 15 tahun terakhir. Sedangkan di Bumiaji, tanaman apel diganti dengan komoditas jeruk dan sayur mayur,” tuturnya.
Namun tidak sedikit pula kebun-kebun apel terutama di daerah tegalan yang dibiarkan begitu saja. Hal ini sangat disayangkan karena masih bisa diupayakan untuk menanam komoditas lainnya.
Oleh karena itu Distanhut mengajak petani agar memanfaatkan lahan bekas (eks) perkebunan apel tersebut untuk budidaya Jeruk Keprok 55. Lahan yang tersebar di 5 desa yaitu Bumiaji, Bulukerto, Sumbergondo, Punten dan Tulungrejo telah dilakukan revitalisasi menggunakan pupuk organik sebanyak 400 ton pada 2013 lalu.
“Lahan-lahan itu direvitalisasi sebelum ditanami Jeruk Keprok 55. Untuk pengembangan jeruk tersebut, Distanhut bekerjasama dengan Balitjestro untuk penyediaan bibit, peningkatan SDM dan konsultasi teknis,” tuturnya.
Dijelaskannya minat petani untuk menanam Jeruk Keprok 55 cukup baik, terbukti permintaan bibit jeruk dari Balitjestro terus meningkat. Luas areal lahan kebun Jeruk Keprok pun tiap tahun terus meningkatkan karena banyak perkebunan apel yang diganti dengan tanaman jeruk.
Sementara itu Wali Kota Batu Eddy Rumpoko berharap ke depan produksi buah di Kota Batu mampu bersaing dengan produk buah impor untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. “Jeruk Keprok 55 sangat enak dan tak kalah dengan jeruk impor.  Banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara mengakuinya,” terang Eddy.
Dia berjanji, kalau memang produksi buah lokal sudah mampu mencukupi kebutuhan buah wisatawan, maka akan melarang masuknya buah impor ke Kota Batu.
“Kita ini kaya akan buah, tergantung bagaimana mengembangkan dan membudidayakannya agar tak kalah bersaing dengan buah impor,” tandasnya. [sup]

Tags: