Lahan Menyusut, Mulai Kembangkan Industri Kerajinan

Kades Gembungan Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar Agus Antok saat menggali informasi dari pemilik usaha kulit Kuswanto.

Kades Gembungan Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar Agus Antok saat menggali informasi dari pemilik usaha kulit Kuswanto.

Pemprov Jatim, Bhirawa
Menyusutnya lahan pertanian di Kabupaten Malang saat ini menjadi perhatian utama Pemkab Malang. Bahkan untuk mengurangi penyusutan pihak pemkab akan merancang peraturan daerah (perda) yang melarang sejumlah lahan pertanian untuk gedung atau bangunan lain.
Dari data yang dihimpunm penyusutan lahan pertanian di Kabupaten Malang mencapai 10-15 hektar pertahun, bahkan saat ini lahan pertanian hanya tersisa 67.277 hektar dengan 33.000 hektar merupakan lahan produktif.
Kondisi ini juga terjadi di Desa Genengan Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, dari lahan pertanian seluas 212,9 hektar separuhnya sudah beralih fungsi menjadi bagunan pabrik atau lainnya.
Menyusutnya jumlah lahan pertanian di daerah tersebut, karena lokasi Desa Genengan sangat strategis, tidak jauh dari pusat Kota Malang maupun Kepanjen yang menjadi pusat kota dari Kabupaten Malang. Sehingga banyak warga yang memilih untuk menjual lahannya kepada investor dengan harga yang cukup tinggi.
Namun Kepala Desa (Kades) Genengan, Zaenal Arifin masih berharap warganya untuk tidak menjual lahannya, karena saat ini pihak pemkab terus mempertahankan Kabupaten Malang sebagai salah satu lumbung padi Jatim. “Saat ini sebagian besar penduduk kami bertani dan ada beberapa yang berwiraswasta,” katanya, Kamis (9/4).
Lebih lanjut ia menjelaskan, dulunya banyak warga yang membuat genting, tapi industri rumahan itu tidak berkembangkan karena banyak pemuda yang lebih memilih kerja di kota besar di Jatim. Sekarang masih ada empat warga yang masih menggeluti profesi itu.
Namun seeiring berkembangnya waktu, beberapa warga malah ada yang berhasil mengembangkan kerajinan kulit seperti, tas, sepatu, jaket, dompet dan lainnya. Saat ini ada tujuh orang pengrajin kulit di desa tersebut. Usaha lainnya, konveski kaos kaki, souvenir/kaligrafi, budidaya jamur tiram dan pengusaha roti.
“Saat ini di desa kami masih belum terbentuk kelompok usaha, sehingga mereka modalnya mandiri. Harapan kami, selain bertani warga juga memiliki usaha kerajinan untuk menambah penghasilan,” katanya.
Salah satu pengusaha kulit Charisma, Kuswanto mengakui kalau usahanya cukup berhasil, beberapa produksi sepatu dan sandalnya sangat diminati oleh semua kalangan, terutama siswa sekolah dan pekerja kantoran. “Bahan kadang saya ambil dari sekitar Malang kemudian kami produksi dan jual sendiri,” katanya saat ditemui di tempat usahanya.
Saat disinggung mengenai omset yang didapatnya, pria yang kini sudah memiliki lima pegawai itu hanya tersenyum. “Yang penting bisa membiayai anak kuliah dan makan sehari-hari,” katanya dihadapan kades yang mengikuti visitasi.
Sementara peserta visitasi, Kades Gembungan Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar Agus Antok, mengaku tertarik untuk mengembangkan kerajinan kulit di desanya. “Semua warga kami petani dan belum ada yang memiliki usaha kerajinan. Mungkin ini bisa saya kembangkan di tempat saya,” katanya.
Demikian juga dengan Kades Besek Kecamatan Labang Bangkalan-Maduram Robiah yang berharap bisa mengembankan kerajinan kulit di tempatnya. “Warga saya ada yang nelayan dan juga ada beberapa pengusaha batik. Mungkin kerajinan kulit ini bisa dikembangkan di desa saya,” katanya.
Sementara itu Kepala Badiklat Jatim, Dr Akmal Boedianto mengatakan untuk visitasi kali ini diikuti 400 kades, mereka dibagi menjadi 10 kelompok untuk melakukan visitasi ke Malang. “Nantinya peserta vistasi itu bisa produk unggulan desa di Malang yang kemungkinan bisa dikembangkan di desanya,” katanya. [wwn]

Tags: