Lahan Persawahan di Surabaya Menyempit

Lahan Persawahan di SurabayaPemkot Surabaya, Bhirawa
Lahan persawahan di kota Surabaya semakin lama semakin menyempit. Lahan persawahan banyak yang berubah menjadi kawasan perumahan.
Dengan semakin menyusutnya lahan pertanian tersebut mendapat perhatian Dinas Pertanian Perikanan dan Kelautan (DPPK) kota Surabaya. Pasalnya dalam 4 tahun terakhir ini terjadi penyusutan hingga 300 hektar.
”Dikhawatirkan dalam jangka waktu 20 tahun ke depan, sudah tidak ada lagi areal pertanian di kota Pahlawan,” kata Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Kelautan (DPPK) kota Surabaya, Djoestamadji Rabu (16/3).
Selain itu menurut Djoestamadji Tingginya harga bahan pokok dan menyusutnya lahan area tanam padi di Surabaya sekitar 300 hektar dari total 1.700 ditahun 2015 lalu menjadi perhatian serius pihak dinas pertanian kota Surabaya untuk meningkatkan hasil pangan terutama padi di kota pahlawan ini.
”Sekarang ini areal pertanian   tinggal 1.400 hektar. Dan setiap tahun terjadi  penyusutan sekitar 75 hektar. Jika tidak dipertahankan, maka  15 hingga 20 tahun ke depan, bakal habis,” tambahnya.
Yang lebih memprihatinkan lagi sebagian lahan yang masih tersisa sekarang ini sudah dikuasai pengembang. Lahan tersebut banyak yang belum dibangun oleh pengembang.
Untuk mempertahankan luasan yang masih tersisa, pihaknya sedang melakukan pengkajian.
Tujuannya jika dimungkinkan ada payung hukum  untuk mempertahankan areal pertanian di tengah gencarnya pembangunan pemukiman dan  sentra niaga yang terus menggerus luasaan lahan pertanian.
Untuk meningkatkan hasil panen, Djoestamaji sedang mewacanakan program penggunaan teknologi canggih dalam proses tanam di Surabaya.
”Kami sudah mewacanakan hal itu dan juga saya sudah ngomong dengan bu Wali. Kayaknya setuju karena harganya sangat terjangkau,” ujarnya.
Lebih lanjut, menurut pejabat kelahiran Purbalingga ini pihaknya tengah menggagas akan membeli alat tanam dan panen padi yang canggih sehingga nanti meningkatkan hasil panennya.
”Harga alatnya sekitar Rp60 sampai Rp80 juta, saya kira Surabaya mampu membeli alat itu,” jelasnya.
Ia juga menambahkan selain itu demi mengantisipasi tingginya harga bahan pokok, pihaknya telah mempersiapkan bibit tanaman pangan produktif semisal cabai, terong, sawi dan lain-lain.
”Kita siapkan bibit tanaman. Silakan bagi warga Surabaya yang mau, tinggal datang ke dinas,” pungkasnya. [dre]

Tags: