Lahan Pertanian Ngaglik Kota Batu yang Nyaris Punah

Ritual tari sawah dan sungai membuka Ngaglik Festival II yang digelar sejak Sabtu dan berakhir, Minggu (16/7) kemarin.

(Pesan Moral untuk Selamatkan)
Kota Batu, Bhirawa
Warga Kelurahan Ngaglik berkomitmen untuk melestarikan lahan pertanian yang kini hanya tersisa 1.000 meter persegi. Hal ini dilakukan dengan menggelar Festival Ngaglik II selama dua hari hingga Minggu (16/7). Lewat berbagai ritual, tokoh masyarakat dan tokoh adat berdoa dan memberikan pesan moral kepada masyarakat Kelurahan Ngaglik agar tetap melestarikan lingkungan.
Ketua LPMK Ngaglik Ahmad Rifai mengatakan dengan ritual ini pihaknya mengajak masyarakat berdoa dan selalu mensyukuri berkah yang diberikan Allah SWT berupa melimpahnya sumber air serta pangan di desa mereka. “Sumber air di sini menghidupi warga kita, pertaniannya yang begitu luas kurang lebih 17 hektare bisa memberikan pangan untuk masyarakat. Sekarang tinggal 1.000 meter persegi saja karena sudah banyak lahan menjadi perumahan,” ujar Mat Berlin, panggilan akrab Ahmad Rifai, Minggu (16/7)
Menurutnya Ngaglik Festival merupakan pemantik masyarakat untuk mengangkat kearifan lokal dan pesan budaya, selain itu menaikkan pamor Kelurahan Ngaglik menjadi kampung wisata dan dijaga kelestariannya.
Ngaglik Festival yang dibuka Sabtu (15/7), empat penari melakukan tarian sawah. Tubuh mereka menyatu dengan sungai dan sawah, melakukan performance di tengah ritual Resik Kalen (Bersih Sungai) di Dam Kali Banteng yang ada di Kelurahan Ngaglik.
Selain Resik Kalen, lewat pembacaan Macapat, Kidung dan Geguritan, warga Kelurahan Ngaglik melakukan Dedungan Resik Banyu sebagai bentuk upaya pelestarian lingkungan. Ritual yang diikuti tokoh masyarakat dan tokoh adat ini membuka Ngaglik Festival II, Desa Inspirator Budaya.
Dam (bendungan) Kali Banteng di mana tokoh masyarakat melakukan ritual kemarin, merupakan tempat interaksi antara warga masyarakat Kelurahan Ngaglik dengan tetangga desa mereka yakni Desa Sumberejo. Setiap akan berangkat ke sawah atau ke pasar, warga selalu bertemu di dam ini. Tidak hanya bertegur sapa, seringkali mereka juga melakukan berbagai transaksiĀ  perdagangan hasil bumi.
Ketua Panitia Pelaksana Ngaglik Festival Teguh Riwayanto menjelaskan bahwa lewat festival ini diharapkan ke depan akan berkembang kearifan lokal, karena setiap desa mempunyai kebudayaan desa masing-masing.
“Tidak hanya mengangkat kearifan lokal, kita mengajak masyarakat untuk melestarikan alam dan menampilkan budaya lokal,” ujar Teguh. Beragam kegiatan dilaksanakan di tempat ini antara lain, Resik Kalen di Dam Kali Banteng, jalan sore bersama warga, penampilan band, dolanan anak, tari lesung dan ludruk anak. [nas]

Tags: