Lakukan Peremajaan Tanaman Apel dengan Varietas Unggul dari Australia

Wali Kota Batu Eddy Rumpoko saat panen raya jeruk Keprok Punten dan Keprok 55 di Balai Besar Penelitian Buah-buahan (eks Balitjestro) Tlekung beberapa waktu lalu.

Wali Kota Batu Eddy Rumpoko saat panen raya jeruk Keprok Punten dan Keprok 55 di Balai Besar Penelitian Buah-buahan (eks Balitjestro) Tlekung beberapa waktu lalu.

Kota Batu, Bhirawa
Kasus dugaan buah apel impor mengandung bakteri merupakan momentum yang tepat bagi pemerintah untuk mengangkat pamor buah lokal menjadi tuan di negeri sendiri.  Itu pula yang dirasakan oleh Pemkot Batu.
Potensi buah lokal Indonesia sangatlah banyak dan dari segi kualitas, baik rasa maupun bentuknya pun tak kalah dengan buah impor yang selama ini mendominasi supermarket dan toko buah. Karena itu buah lokal punya peluang besar untuk menggilas dominansi buah impor di dalam negeri.
Tapi dalam beberapa tahun terakhir, buah lokal seolah tersingkir dari negeri sendiri.  Sebaliknya, aneka buah impor merajai pasar. “Buah lokal saat ini seperti tersingkirkan dengan keberadaan buah-buahan impor. Nanas, jambu biji, srikaya, dan jeruk lokal memang mengisi lapak pedagang pasar dan PKL. Sementara buah impor justru merajai pasar, mulai supermarket hingga pasar tradisional,” ungkap Wali Kota Batu Eddy Rumpoko kepada wartawan, Senin kemarin (2/2).
Serbuan buah-buahan impor tersebut sedikit demi sedikit telah menyingkirkan buah lokal dari masyarakat Indonesia. Karena itu pemerintah harus melakukan terobosan guna mengembalikan kejayaan buah lokal, agar tak kalah dari buah impor.
Kebijakan yang diambil memang tidak sekadar hanya membatasi masuknya buah impor, karena hal itu dengan sendirinya akan terpatahkan dengan kesepakatan pasar bebas Asean (MEA) dan perdagangan bebas dunia. Berbagai langkah konkrit untuk memberdayakan petani, khususnya petani buah harus segera diambil.
Pemkot Batu sendiri dalam 10 tahun terakhir sudah berupaya melakukan peremajaan tanaman apel dengan berbagai varietas unggul dari Australia. Selain itu juga melakukan terobosan dengan mengubah pertanian anorganik menjadi pertanian organik, agar kesuburan tanaman apel tetap terjaga dan kualitas buahnya kembali membaik.
Tak hanya itu, untuk budi daya jeruk, Pemkot Batu juga telah membagikan puluhan ribu bibit jeruk Keprok 55 kepada petani. Varietas jeruk Keprok 55, dikenal memiliki rasa dan kualitas daging buah yang tak kalah dengan jeruk impor asal Tiongkok dan Amerika. “Untuk mengembangkan tanaman buah lokal memang tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan daerah semata. Perlu dukungan total dari pemerintah pusat, melalui berbagai penelitian untuk menghasilkan varietas unggul agar kualitasnya tak kalah dari buah impor, serta dukungan permodalan bagi petani,” tegasnya.
Ditambahkannya, untuk mengembalikan kejayaan buah lokal memang tak cukup hanya dengan adanya ketersediaan bibit, tetapi butuh kemampuan petani dalam budi daya tanaman buah dan sarana produksi. Pemerintah juga perlu menjamin pemasaran buah lokal melalui piranti aturan perundang-undangan, seperti kewajiban bagi supermarket menjual sekian persen buah lokal di etalasenya.
Namun demikian hal yang tak kalah pentingnya adalah mengubah perilaku masyarakat terhadap buah lokal. Sebab diakui atau tidak, masyarakat kita merasa lebih bangga mengonsumsi buah impor dibanding buah lokal. Buah apel misalnya mereka memilih buah apel Washington daripada apel Anna, padahal kedua buah apel itu rasanya hampir sama dan sama-sama berwarna merah.
Demikian juga durian, masyarakat lebih memilih durian Bangkok dibanding durian lokal, walaupun harga durian Bangkok berlipat-lipat dibanding durian lokal yang saat ini rasa buahnya tak kalah dengan durian asal negeri Thailand tersebut. “Pemerintah memang perlu menggalakkan kembali kampanye cinta buah-buahan Indonesia agar konsumsi buah lokal meningkat. Untuk Kota Batu sendiri, kita sudah berkali-kali melakukan gerakan cinta buah lokal, terutama jeruk dan apel,” tuturnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ketua DPRD Kota Batu Cahyo Edi Purnomo. Menurut Cahyo, pemerintah sudah seharusnya mengintensifkan pengembangan buah lokal melalui upaya penelitian untuk menghasilkan varietas unggul, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas buahnya. Sebab jenis buah-buahan di Indonesia sangat banyak dan memiliki kemampuan untuk bersaing dengan buah impor.
“Pasar bebas sudah di depan mata, sehingga pemerintah sudah seharusnya melindungi petani dengan cara memberdayakan mereka agar bisa menghasilkan produk pertanian yang bagus dan tak kalah dari produk pertanian negara lain,” tegas Cahyo.
Khusus untuk buah-buahan khas kota Batu, yaitu buah apel dan jeruk Keprok Punten dan Keprok 55, rasa buahnya tak kalah dibanding buah sejenis dari luar negeri. Dia mengakui bahwa buah-buahan asal Kota Batu tersebut kalah dari sisi penampilan dan kemasannya, sehingga perlu dicari solusinya. “Dewan akan mendukung langkah-langkah Pemkot Batu dalam pengembangan tanaman buah-buahan. Tak hanya apel dan jeruk, buah-buahan lain perlu juga dikembangkan, seperti strawberry, pisang, durian dan lainnya,” tandas Cahyo. [sup]

Tags: