LAMBAN
Oleh: Jeni
Angin pagi masih hangat
dalam kecupan tubuh yang mengigil
mengurai waktu kian lambat
pada perjalanan kaki mungil
kengangan apa yang harus kulupa?
Bisiku tiba-tiba. Mereka tak mendengarnya.
Juni, 2022
IBU
Oleh: Jeni
Letihmu makin terkubur
bersama senyum indah pagi hari.
Kulihat lautan mimpi
kau ingin aku jejali
nyaliku kau uji.
Yang paling berat bagiku
bukan pilihan mimpi
namun melihat keningmu terkikis mentari.
Juni, 2022
PENA
Oleh: Jeni
Kau berjalan sesuai jemariku
di atas balutan putih tanpa garis
aku meringis, aksara apa yang harus kutoreh habis.
Suara burung telah mengadu di pikiranku
nyaring, lenting di atas telinga
menunggu pena, menuliskan kisahnya.
Dan aku
masih menjadi patung yang menunggu pemahatnya
dalam lamban gerak kata, dan aku lupa.
Juni, 2022
KELEBAT
Oleh: Jeni
Seperti alap-alap ketika hujan tiba
hilang, tak bisa kuhitung jejaknya.
Meski kulihat sempurna tubuhnya
di depan mata, di dedan mata.
“Kau adalah anomali ketidaksadaranku” bisiknya
dan ia tetap tak ada
selain kisahnya yang kini hampir rapuh.
Juni, 2022
KEBIMBANGANKU
Oleh: Jeni
Pecah dalam pucat pasiku
setelah jarak ini berpendar
mencari tubuhnya yang telah lama hilang
di keheningan malam.
Sayup segala keluhmu
pada rintik hujan yang wewangi
membelahmu dalam pilihan mimpi
kau pergi.
Gelak tawa adalah sejarah kemarin
yang berisi kebimbangan hari ini
aku menanti
dalam segumpal sepi.
Juni, 2022
——– *** ———