Law Enforcement Kurang, Pelatihan dan Sertifikasi Kompetensi Kurang Maksimal

Ketua Umum Himpunan Aplikator Indonesia (HAPI), Mohammad Soleh bersama peserta yang menerima sertifikat kompetensi pemasangan rangka atap baja ringan.

Surabaya, Bhirawa.
Perkembangan industri baja ringan dalam 10 tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Bahkan permintaan yang meningkat ini di karenakan keberadaan kayu yang semakin sulit di dapat dan mahal, sedangkan bahan baja ringan ini menjadi pengganti kayu. Selain itu juga mudah dipasang, Ringan dan kuat (tahan karat).
Akibat dari permintaan yang meningkat ini membuat perusahaan baja ringan mengalami persaingan yang ketat dan jumlah pabrik Roll Former baja ringan saat ini kurang lebih 500 Pabrik skala nasional mencapai 20 persen dan skala lokal sampai dengan home industri 80 persen.
Ketua Umum Himpunan Aplikator Indonesia (HAPI), Mohammad Soleh mengungkapkan dengan meningkatnya perkembangan industri baja namun banyak juga pembuat profil baja ringan yang tidak memenuhi ketentuan SNI sehingga kualitasnya di ragukan. Beberapa kejadian bangunan roboh saat ini dipengaruhi oleh kualitas produk, ketrampilan SDM dan fungsi pengawasan yang kurang baik.
“Peran SDM baja ringan dalam suatu kualitas bangunan sangat penting karena lebih dari 50 persen komposisi faktor SDM dalam suatu proses pembangunan sebuah bangunan. Jika kompetensi SDMnya baik, maka kualitas suatu bangunan akan baik kualitasnya,” terangnya, Senin (27/1).
Soleh menambahkan, keberadaan Aplikator inilah yang nantinya akan memberikan pelatihan dan sertifikasi bagi SDM yang sesuai dengan SNI. Namun pelaksanaan program pelatihan dan sertifikasi kompetensi konstruksi baja ringan masih belum maksimal karena belum didukung anggaran dan Law enforcement terhadap pelanggarnya.
“Kendalanya adalah anggaran yang kurang memadai dan uji kompetensi mandiri masih sedikit. Juga law enforcement oleh pemerintah masih kurang maksimal, apalagi pengguna aplikator belum mewajibkan aplikator memiliki sertifikat sebagai pesyaratan dalam rekrutmen suatu kegiatan,” jelas Soleh.
Sementara itu realisasi pelatihan aplikator juga masih kurang dari 10 persen dari total Jumlah aplikator bangunan di Indonesia dan realisasi Aplikator yang memiliki sertifikat BNSP kurang dari 5 persen.[riq]

Tags: