Lawan Penertiban Pedagang, Ketua Komisi D Bentrok dengan Satpol PP

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

DPRD Surabaya, Bhirawa
Ketua Komisi D Kota Surabaya Agustin Poliana  disebut-sebut sempat diamankan Satpol PP Surabaya, Minggu (11/5) malam saat satuan penegak Perda itu melakukan penertiban pedagang di kawasan  Pasar Tembok. Agustin dikabarkan menghalangi upaya penertiban pedagang yang mengganggu arus lalu lintas.
Berita ini kemudian menyebar di kalangan DPRD Surabaya setelah Agustin Poliana  mendatangi  ruang Ketua DPRD Surabaya Armuji dengan tujuan melaporkan kejadian yang dialaminya.
Di hadapan Armuji, Agustin bercerita kejadian bermula saat dia  mencoba untuk menghalangi petugas Satpol PP yang sedang melakukan kegiatan penertiban di Pasar Tembok. Namun  Agustin mengaku tidak terima dengan perlakuan sejumlah petugas Satpol PP yang dianggapnya telah menganiaya sekaligus melecehkan intitusinya. Saat itu ujar Agustin, dia ditarik-tarik dan saat mengaku sebagai anggota dewan malah mendapatkan jawaban kasar dari personel Satpol PP di lapangan. “Anggota dewan taek tah,” kata salah satu personel Satpol PP yang melakukan penertiban. “Itulah yang saya alami di lapangan, saya mendapat perlakuan tak mengenakkan dari personel Satpol PP,” katanya, Senin (11/5).
Setelah mendengar keluhan ini, didampingi Wakil Ketua DPRD Surabaya Masduki Toha, Agustin Poliana beserta rombongan anggota dewan lain mendatangi Mako Satpol PP Surabaya di Jl Jagung Soeprapto untuk meminta klarifikasi.
Dalam pertemuan dengan Satpol PP, Masduki Toha mengawali pembicaraan dengan pesan agar persoalan yang terjadi bisa diselesaikan secara kekeluargaan, karena jika tidak akan menyangkut nama baik institusi masing masing.
Saat diberikan waktu untuk berbicara, Agustin Poliana menceritakan bahwa dirinya tidak terima dengan perlakukan dan ucapan anggota Satpol PP yang terkesan melecehkan intitusinya sebagai anggota dewan.
“Sebagai anggota dewan saya telah dilecehkan, artinya sama dengan melecehkan lembaga DPRD, karena saya dikatakan sebagai anggota dewan taek.  Permintaan maaf memang sudah dilakukan saat itu di lapangan, tapi saya masih merasa kesal, ” terangnya.
Sementara Ketua FPDIP Sukadar yang turut mendampingi dalam pertemuan itu mengatakan sebagai ketua fraksi dia turut prihatin dengan kejadian ini. “Kami dengan Agustin Poliana berada dalam satu naungan, karena laporannya dia ditarik kanan kiri, jadi asumsi saya ada penganiayaan. Kami meminta untuk segera diselesaikan masalah ini sebagaimana mestinya,” tegas anggota Komisi C ini.
Lain lagi dengan Wakil Ketua Komisi A asal PDIP  Adi Sutarwijono yang terkesan landai dalam menyikapi laporan salah satu rekan separtainya. Adi  meminta agar terjadi islah antar pihak-pihak terkait.
“Saya mendorong untuk terjadinya saling memaafkan, anggap saja ini sebagai miskomunikasi. Bagaimanapun juga keberadaan Satpol PP juga sangat diperlukan, jadi saling menjaga itu perlu,” tanggapnya.
Ketua Komisi C DPRD Surabaya  Saifudin Zuhri meninta agar Satpol PP tidak lagi bertindak kasar kepada siapapun dengan cara lebih memahami tupoksinya.  “Kedatangan kami ini berharap agar Satpol PP memahami kinerjanya di lapangan, apalagi tugasnya kerap berkaitan dengan keberadaan warga. Dan kali ini bersinggungan dengan anggota dewan,” ucapnya.
Namun Saifudin sepakat jika persoalan yang terjadi diselesaikan dengan saling memaafkan. Hanya saja tidak boleh diwakili, meskipun itu dari pimpinannya, tetapi langsung dari pelakunya.
Sementara itu Kepala Satpol PP Kota Surabaya Irvan Widyanto di hadapan para anggota dan pimpinan DPRD Kota Surabaya berjanji akan memberikan sanksi kepada anggotanya yang telah menangkap Ketua Komisi D DPRD Surabaya asal PDIP, Agustin Poliana.
Bahkan dalam kasus tesebut sebelum anggota dewan datang ke kantor Satpol PP Kota Surabaya, Irvan telah mengumpulkan 20 anggotanya yang telah melakukan penertiban untuk mendapatkan sanksi. “Yang jelas mulai Minggu malam langkah-langkah itu sudah kami lakukan termasuk langsung minta maaf terhadap Ibu Titin (panggilan karib Agustin Poliana),” tegas Irvan ketika dikonfirmasi.
Irvan juga terang-terangan meminta maaf kepada Agustin Poliana apabila anggotanya dalam bertindak dan berucap telah di luar batas. ”Semua masukan anggota dewan itu kami jadikan bahan masukan untuk membenahi diri, dan saya bertanggung jawab penuh terhadap masalah ini karena hal ini merupakan pertama kali terjadi di Satpol PP,” tambahnya.
Akhirnya rapat pertemuan antara anggota dewan dan Satpol PP Kota Surabaya berjalan lancar dengan ending saling memaafkan, bahkan Agustin Poliana juga dipertemukan dengan pelaku yang spontan memecahkan senyum antar keduanya.
Sayangnya, pengakuan Agustin Poliana ini ternyata sangat berbeda dengan pengakuan sejumlah anggota Satpol PP yang terlibat dalam insiden tersebut. Menurut mereka tidak pernah terjadi penganiayaan, dan yang benar adalah petugas Satpol PP berusaha untuk membawa Agustin ke dalam truk untuk dibawa ke Mako.
“Sebagai anggota yang sedang bertugas di lapangan, kami tidak percaya begitu saja atas pengakuannya sebagai anggota dewan karena sikap dan perilakunya tidak menunjukkan seorang yang berpendidikan. Kalimat yang diucapkan kepada petugas adalah makian kotor, untuk itu kami berusaha menghardik yang bersangkutan dan membawa dengan baik-baik untuk naik ke truk agar bisa menyampaikan keluhannya langsung ke pimpinan. Tetapi dia malah meronta dan terus memaki,” terang Ratna Sari didampingi Dina Natalia, dan Ana Kristina yang disinyalir merupakan anggota Satpol PP yang terlibat dalam insiden ini. [gat,dre]

Kronologis Konflik Agustin Poliana vs Satpol PP
– Ada kegiatan rutin Satpol PP Kota Surabaya terkait penertiban pedagang pasar tumpah di kawasan Pasar Tembok karena telah mengganggu lalu lintas.
– Awalnya, penertiban berjalan kondusif karena pedagang dengan suka rela memindahkan sekaligus mengemasi barang dagangannya setelah dilakukan pendekatan oleh Satpol PP wanita yang sengaja dipasang sebagai pasukan terdepan.
– Namun jelang akhir kegiatan, tiba tiba muncul Agustin Poliana yang spontan berteriak bahkan sempat menggebrak mobil truk petugas. Dia meminta agar petugas menurunkan barang dagangan milik pedagang yang terjaring penertiban.
– Keributan pun tak terhindarkan karena anggota dewan perempuan asal PDIP ini terus berteriak dan memaki-maki petugas dengan kata-kata kotor.
– Mendapatkan perlakukan ini, sejumlah petugas spontan beraksi dengan berusaha mengangkut Agustin Poliana ke salah satu truk Satpol PP dengan tujuan agar bisa berbicara baik-baik dengan Kasatpol PP sebagai atasan mereka.
– Karena Agustin Poliana berteriak-teriak jika dia anggota dewan, ada personel Satpol PP yang berusaha mengambil gambar Agustin dengan tujuan menyampaikan ke pimpinan untuk klarifikasi apakah benar yang bersangkutan adalah anggota dewan. Agustin menolak difoto dengan cara merampas HP personel, akibatnya HP jatuh dan pecah.

Tags: