Layanan Lambat,Warga Nganjuk Beli Alat Fogging

Warga Desa Cerme dilatih menggunakan alat fogging oleh petugas Dinas Kesehatan Pemkab Nganjuk.(ristika/bhirawa]

Warga Desa Cerme dilatih menggunakan alat fogging oleh petugas Dinas Kesehatan Pemkab Nganjuk.(ristika/bhirawa]

Nganjuk, Bhirawa
Lambatnya penanganan fogging oleh Dinas Kesehatan Pemkab Nganjuk saat warga membutuhkan, Desa Cerme Kecamatan Pace nekat melakukan pengadaan alat fogging. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah antisipasi serangan wabah demam berdarah saat awal musim hujan.
Karena kekwatirannya terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh nyamuk yang saat musim hujan tiba selalu menjadi momok bagi warga, Rokani Kepala desa Cerme berinisif mengadakan alat fogging sendiri. “Saya ngeri melihat berita soal demam berdarah, apabila wabah demam berdarah sudah menyerang kami seringkali kesulitan untuk mendapatkan fogging,” ungkap Rokani.
Ditambahkan oleh Rokani, akibat dari wabah demam berdarah tahun lalu ada tiga warga Desa Cerme yang meninggal dunia. Melihat hal kondisi tersebut keberadaan alat fogging milik Desa Cerme sendiri maka warga sudah tidak resah akan adanya wabah demam berdarah. “Apabila ini tidak segera kami belikan, kami takut musim hujan yang sudah datang ini akan membawa dampak wabah demam berdarah,” ujar Rokani.
Untuk tenaga operator mesin fogging pihak Desa Cerme akan menggunakan tenaga warga desa setempat. Namun saat ini untuk melatih para operator, Rokani telah mengajukan surat kepada Dinas Kesehatan untuk  memberikan pelatihan kepada empat warga Desa Cerme.
Pelatihan yang meliputi teknis penyemprotan, hingga sasaran yang harus di semprot sudah di berikan petugas dari Puskesmas Pace. “Kami sudah mengadakan uji cobapenyemprotan di lingkungan sekolah dan pondok pesantren di Desa Cerme. Sementara kami memiliki empat operator fogging,” ujar Rokani.
Selain menyiapkan alat fogging, Rokani juga memerintahkan seluruh perangkat desa dan warga untuk melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan. Yaitu menguras tempat penampungan air secara rutin, minimal jika air sudah mulai keruh, seperti bak mandi dan kolam.
Upaya ini dimaksudkan untuk mengurangi perkembangbiakan dari nyamuk yang membawa potensi demam berdarah. Air yang keruh dan jarang dikuras tempatnya merupakan tempat yang bagus bagi nyamuk untuk bertelur dan menempatkan jentik-jentiknya untuk berkembang biak.
Kemudian menutup tempat-tempat penampungan air, khususnya yang menjadi konsumsi tiap hari. Umumnya, untuk daerah perdesaan, tampungan air jarang sekali dikuras karena kondisi tidak memungkinkan. Jangankan dikuras, air berkurang saja harus segera diisi kembali karena memang merupakan tempat cadangan air untuk keperluan sehari-hari. Tempat-tempat seperti ini harus ditutup agar nyamuk tidak bisa meletakan telurnya kedalamnya mengingat nyamuk pembawa penyakit demam berdarah sangat menyukai air yang bening.
Selain itu warga Desa Cerme juga mengubur barang-barang yang tidak terpakai yang dapat memungkinkan terjadinya genangan air. Barang-barang tersebut dapat meliputi botol bekas, kaleng cat, plastik, dan aneka barang-barang tak terpakai lainnya, yang berada di halaman maupun dalam rumah, yang memungkinkan nyamuk bertelur di dalamnya. “Jika tidak, kami sarankan kepada warga untuk menjual saja barang-barang tersebut ke tukang loak,” tandas Rokani. [ris]

Tags: