Layani Pengunjung, Pengelola Siapkan Pemandu Wisata

Pengelola Asta Tinggi menyiapkan dua pemandu wisata untuk melayani sekaligus memberikan informasi kepada wisatawan yang mengunjungi kompleks pemakaman raja maupun kerabat raja di Sumenep.

Pengelola Asta Tinggi menyiapkan dua pemandu wisata untuk melayani sekaligus memberikan informasi kepada wisatawan yang mengunjungi kompleks pemakaman raja maupun kerabat raja di Sumenep.

Melihat Asta Tinggi Sumenep
Kabupaten Sumenep, Bhirawa
Tertarik untuk mengunjungi salah satu objek wisata di Sumenep, Asta Tinggi? Saat ini informasi lengkap akan objek ini bisa diperoleh para pengunjung karena pengelola menyiapkan pemandu wisata.
Ada banyak objek wisata di Kabupaten Sumenep. Namun Asta Tinggi, menjadi primadona kunjungan wisatawan. Yang menarik, saat ini pengelola Asta Tinggi menyiapkan dua pemandu wisata untuk melayani sekaligus memberikan informasi kepada wisatawan yang mengunjungi kompleks pemakaman raja maupun kerabat raja tersebut. Ini dilakukan untuk memberi kemudahan bagi para pengunjung yang berkunjung.
“Secara keseluruhan terdapat 98 penjaga Asta Tinggi. Namun, hanya dua orang yang mengikuti bimbingan teknis dan selanjutnya mendapat sertifikat sebagai pemandu wisata,” ujar Ketua Yayasan Penjaga Asta Tinggi Sumenep, RB Roeska Pandji Adinda di Sumenep, Senin (2/11).
Sejak dulu, Asta Tinggi yang berada di dataran tinggi/bukit di Desa Kebon Agung, Kecamatan Kota, itu, merupakan salah satu lokasi wisata religi yang dikunjungi banyak wisatawan, utamanya wisatawan nusantara.
Bahkan, sesuai data di Disbudparpora Sumenep, Asta Tinggi merupakan lokasi wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan dibanding lokasi wisata lainnya. Sesuai data di Disbudparpora Sumenep, jumlah wisatawan ke Asta Tinggi per akhir September 2015 sebanyak 141.714 orang.
“Asta Tinggi memang dikelola oleh kami. Namun, selama ini, kami senantiasa bersinergi dengan pihak terkait di Pemkab Sumenep, karena Asta Tinggi memang telah menjadi salah satu daya tarik wisata sejak dulu,” kata Didik, sapaan RB Roeska Pandji Adinda.
Ia menjelaskan, secara formal, pihaknya tidak menarik retribusi bagi para wisatawan yang berkunjung ke Asta Tinggi. “Namun, para pengunjung biasanya memberikan sumbangan seikhlasnya. Kami menyediakan kotak bagi para pengunjung yang ingin memberikan sumbangan seikhlasnya dan hasil sumbangan digunakan untuk biaya pemeliharaan Asta Tinggi,” ujarnya.
Kepala Disbudparpora Sumenep  Sufiyanto menjelaskan, Asta Tinggi memang dikelola oleh pihak ketiga yang merupakan keturunan dari kerabat raja. “Secara kelembagaan, kami senantiasa bersinergi dengan pengelola Asta Tinggi supaya mereka memberikan pelayanan maksimal kepada para wisatawan,” katanya.
Asta Tinggi yang dibangun pada 1750 itu terdiri atas tujuh kawasan dan memang direncanakan sebagai kompleks pemakaman bagi para raja dan keturunan raja.  Asta Tinggi secara etimologi berarti makam yang berada di tempat tinggi. Di tempat inilah para raja-raja dari Kesultanan Sumenep dimakamkan. Tak perlu heran dengan luasnya kompleks pemakaman karena kerabat para raja juga dimakamkan di sini. Untuk membedakannya bukan perkara yang sulit, para raja maupun permaisurinya diletakkan di dalam kubah-kubah terpisah dari kerabat keraton.
Berdasarkan catatan sejarah, kompleks Asta Tinggi dibangun sekitar tahun 1750 M selama tiga masa pemerintahan. Dimulai dari masa Panembahan Somala kemudian dilanjutkan oleh Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I dan Panembahan Natakusuma II. Konon makam pertama yang terdapat di kompleks ini adalah makam Raden Mas Pangeran Anggadipa dan Raden Ayu  Mas Ireng, permaisurinya.
Dalam perkembangannya Asta Tinggi dibagi menjadi dua kompleks asta yang letaknya hanya dipisahkan oleh sebuah tembok. Kompleks asta di bagian barat memiliki corak yang lebih dekat dengan Jawa. Terdapat tiga kubah utama di bagian ini dengan masing-masing kubah berisi tiga hingga enam makam.
Di kubah pertama terdapat makam Raden Ayu Mas Ireng, Pangeran Anggadipa, Pangeran Wirosari, Pangeran Rama, Raden Ayu Artak (istri Pangeran Panji Polang Jiwa), dan Pangeran Panji Polang Jiwa. Di kubah dua terdapat makam Ratu Ari, Pangeran Jimat, dan Raden Aria Wironegoro. Di kubah terakhir terdapat makam Raden Bendara Moh. Saod, Raden Ayu Dewi Resmana, dan beberapa makam lainnya. [Gegeh]

Tags: