Lebaran Generasi Menunduk

Oleh:
Sugeng Winarno
Pegiat Literasi Media, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang.

Alhamdulillah, lebaran 1438 Hijriyah ini dirayakan secara bersama pada Minggu (25/6). Kaum muslim merayakan dengan suka cita, salah satunya lewat tradisi mudik lebaran. Bandara, stasiun, terminal, dan pelabuhan dipadati para pemudik yang menuju ke berbagai penjuru. Jalan-jalan jadi super padat bahkan di beberapa wilayah, kemacetan jalan masih terlihat mengular.
Mudik lebaran memang harus dibayar mahal demi silaturahim dan berkumpul bersama keluarga. Angka kecelakaan perjalanan mudik lebaran juga masih belum bisa dinihilkan. Ini memang momentum tahunan yang selalu dinanti. Dinanti bagi mereka yang terpisah jarak dengan sanak saudara. Dinanti oleh mereka yang merantau bekerja ke kota dan kini saatnya menunjukkan kesuksesannya.
Hiruk pikuk selebrasi lebaran tidak saja ramai di dunia nyata. Di dunia maya (daring) suasana lebaran justru semakin terasa. Lalu lintas pesan seputar lebaran di media sosial (medsos) frekuensinya sangat padat, sepadat kendaraan yang melintas di jalur Pantura. Para pemilik gadget yang terkoneksi internet saling bersilaturahim dengan berkirim ucapan permohonan maaf.
Lebaran dalam Genggaman
Saat ini tingkat aksesibilitas masyarakat pada teknologi informasi dan komunikasi semakin meningkat. Internet dan mobile phone telah merambah di hampir seluruh pelosok tanah air. Berbagai gadget super canggih tidak lagi didominasi orang-orang kota. Masyarakat, terutama remaja kampung kini tidak lagi asing dengan perangkat teknologi komunikasi. Teknologi kini ada dalam genggaman banyak orang.
Menurut data dari Assosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), saat ini di Indonesia ada sekitar 132 juta pengguna internet yang aktif atau sekitar 52 persen dari jumlah penduduk. Dari jumlah pengguna internet tersebut ada sekitar 129 juta yang memiliki akun medsos yang aktif. Rata-rata para “jamaah” medsos tersebut menghabiskan waktu 3,5 jam per hari untuk mengakses internet melalui handphone (APJII, 2017).
Momentum lebaran juga sangat terasa dengan fasilitas teknologi. Di dunia maya, perayaan lebaran justru lebih heboh. Setidaknya terlihat melalui beragam tulisan dan gambar di Facebook, Twitter, Path, Instagram, WhatsApp, Telegram, Line, Google+, personal blog dan beragam medsos lain. Beberapa orang yang terpisah jauh dari sanak saudaranya juga bisa bertatap muka secara audio visual melalui beragam media online chatting.
Beberapa pemimpin negeri ini juga menggunakan media daring untuk berkomunikasi dengan rakyatnya. Presiden Joko Widodo, beberapa menteri, gubernur, bupati, dan walikota menyapa warganya melalui akun medsosnya. Beberapa pejabat menggelar “Open House” di rumah dunia maya mereka. Cara ini tentu lebih praktis dan murah, terutama untuk menjangkau khalayak muda, mayoritas pemakai medsos.
Yang lebih heboh dari lebaran tahun ini terlihat dari banyaknya publikasi personal yang di broadcast para pemilik akun online. Bahkan sejak awal Ramadan, tulisan, foto, video, dan gambar lucu (meme) terus bermunculan tanpa mampu terbendung. Banyak diantara pengguna medsos yang memublikasikan semua ibadahnya dalam status-status medsos mereka. Saat sholat taraweh, menu sahur dan berbuka, hingga beragam koleksi baju lebaran di share ke banyak orang.
Foto-foto saat silaturahmi, ketemu saudara dan teman, semua di upload di medsos. Bahkan tidak sedikit yang narsis berfoto di makam nenek moyang mereka saat ziarah kubur. Semua prosesi perayaan lebaran dilaporkan dan didokumentasikan di akun-akun online. Aneka gadget dengan beragam aksesorisnya seakan menjadi peralatan wajib dalam merayakan lebaran Idul Fitri 1438 Hijriyah tahun ini.
Lebaran Ala Generasi Menunduk
Kalau tanaman padi semakin menunduk itu artinya semakin berisi. Filosofi padi menunduk ini juga digunakan untuk mengistilahkan orang yang semakin berilmu semakin menunduk dan rendah hati. Namun istilah generasi menunduk yang saat ini sedang terjadi merujuk pada aktivitas menunduk karena sibuk menggunakan mobile phone.
Kenyataan ini terjadi karena banyak orang sekarang tidak bisa lepas dengan gadget. Saat ini gadget bukan lagi sebagai kebutuhan sekunder. Gadget telah menjadi kebutuhan utama yang nilainya setara dengan kebutuhan sandang pangan. Lihat saja, mayoritas orang kalau berada di tempat-tempat umum bukan lagi saling sapa, tetapi justru diantara mereka sibuk dengan gadgetnya masing-masing.
Generasi menunduk kini telah menjadi gaya hidup generasi masa kini. Berbagai kemudahan yang ditawarkan gadget begitu membantu penggunannya. Melalui internet, komunikasi tatap muka (face to face) langsung secara fisik telah tergantikan. Antara komunikator dan komunikan kini dapat berinteraksi tanpa dibatasi wilayah geografis, jarak dan waktu. Dunia kini telah menjadi global, tidak ada lagi batas wilayah negara. Sekat pembatas wilayah kini telah mencair, menjadi satu wilayah global.
Kondisi ini persis dengan apa yang pernah dikatakan Marshall McLuhan (1964) tentang Global Village. Prediksi McLuhan telah terbukti bahwa masyarakat dunia sekarang telah menjadi sebuah wilayah desa yang global karena terkoneksi internet. Kondisi ini bisa kita buktikan seperti saat perayaan lebaran Idul Fitri kali ini. Selebrasi lebaran di Indonesia bisa mendunia. Kicauan (tweet) dari pengguna Twitter di Indonesia beberapa kali telah menjadi trending topic dunia.
Kemudahan yang disediakan oleh internet inilah yang bisa menjadikan media ini semacam candu. Membuat orang tergantung dan sulit lepas. Banyak orang tidak bisa mengatur pola penggunaan gadget-nya. Penggunaan gadget yang cenderung tidak mengenal waktu, tempat, dan situasi agaknya perlu menjadi perhatian serius.
Peran internet memang sangat ampuh. Kehadirannya telah membawa perubahan yang sangat berarti bagi kehidupan manusia. Namun pada sisinya yang lain, internet juga menampakkan wajah buruknya. Lihat saja aksi kriminalitas lewat dunia maya yang memanfaatkan momentum lebaran tahun ini. Seperti telah diberitakan banyak media, penipuan online jelang dan saat lebaran jumlahnya cukup tinggi. Penipuan dengan beragam modus lewat pesan SMS seperti undian berhadiah, bantuan untuk kaum miskin, penipuan berkedok panitia zakat, dan permintaan pulsa masih juga terjadi. Korban penipuan lewat jual beli online angkanya juga masih cukup tinggi.
Untuk itu kemampuan literasi media internet menjadi penting dimiliki para pengguna media canggih ini. Kita semua harus sadar bahwa generasi menunduk yang sekarang terjadi tidak bisa dibiarkan tumbuh subur menggantikan interaksi sosial di dunia nyata. Memiliki dan menggunakan beragam teknologi memang hak asasi semua orang, namun pemahaman tentang pemakaian media yang benar dan aman juga wajib dimiliki. Mari bermedia yang sehat dan aman. Selamat lebaran, mohon maaf lahir batin.

                                                                                               ———————— *** ————————–

Rate this article!
Lebaran Generasi Menunduk,5 / 5 ( 1votes )
Tags: