Lebih Hemat Lahan, Hasil Produksi Tetap Melimpah

Caecilia Pujiastuti dan Yustina Ngatilah menunjukkan garam removal yang diproduksi menggunakan alat ciptaannya.

Caecilia Pujiastuti dan Yustina Ngatilah menunjukkan garam removal yang diproduksi menggunakan alat ciptaannya.

Memproduksi Garam Removal Secara Efisien
Surabaya, Bhirawa
Jika menggunakan metode tradisional, proses produksi garam membutuhkan berhektare-hektare lahan dan waktu hingga berminggu-minggu untuk menjemur air laut. Begitu saja hasilnya sudah cukup memuaskan para petani garam. Tapi bagaimana jika lahan yang berhektare-hektare itu diganti bermeter-meter saja. Dan waktu berminggu-minggu diganti cukup berjam-jam saja dengan hasil yang tak kalah melimpah.
Tinggal dan menetap di kota yang memiliki pantai, adalah berkah bagi warga Surabaya. Ada potensi ekonomi yang menjanjikan di sana. Salah satunya ialah garam yang diproduksi dari air laut. Saat ini, garam juga bisa menjadi industri skala rumahan yang lebih sehat lantaran terjamin tingkat kebersihannya. Caranya ialah dengan menggunakan sebah metode modern dengan sebuah alat Removal Impuritas Air Laut.
“Tidak diperlukan lahan luas, apalagi tambak garam. Tapi masyarakat bisa memanfaatkan teras atau halaman rumah yang langsung disinari matahari,” tutur Dosen Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jatim Caecilia Pujiastuti.
Alat ini merupakan temuan dia bersama tiga rekannya. Yakni Prasetyo Hadi, Yustina Ngatilah, dan Ketut Sumada. Sebuah terobosan baru yang telah melalui berbagai tahap penelitian dan pengembangan. Caecilia mengakui, alat pengubah air laut menjadi garam ini telah menelan biaya hingga Rp 60 juta. Anggaran yang besar ini karena sebelumnya sempat dilakukan pengembangan. Pengembangan berikutnya adalah membuat prototipe yang lebih murah agar lebih banyak masyarakat yang bisa mengaplikasikan teknologi ini.
Menilik perangkat pada alat, Yustina Ngatilah menjelaskan beberapa bagian. Di antaranya ialah tangki reaktor, tangki penampang lanjutan, tangki penampang air laut, pompa, motor dan pengaduk. Cara kerja yang sederhana memungkinkan setiap orang menggunakannya. Mulai dari air laut yang telah ditampung dalam jerigen plastik disalurkan ke tiga tabung reaktor.
Tabung reaktor satu mengubah magnesium dan kalium dalam kandungan air laut menjadi magnesium kalium phosphat. Tabung reaktor dua mengambil unsur Kalsium Sulfat dari air laut, dan reaktor tiga untuk menambahkan Natrium Hidroksida (NaOH) untuk keseimbangan PH.
Setelah melalui tahapan itu, maka keluarlah gel bersih yang selanjutnya harus dijemur dan dianginkan di teras rumah. Selanjutnya jadilah garam yang siap dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan dapur. “Alat ini mahal karena menggunakan pelat stainless anti korosi,” tutur Yustinah.
Dengan metode ini, Yustina memastikan air laut yang diolah mampu menghasilkan 93 persen garam. Ini jauh lebih efisien dibanding air laut yang diolah di tambak dan sebatas menghasilkan 82 persen garam. Di sisi lain kualitas garam removal ini juga jauh lebih baik. “Warnanya lebih putih dan bersih karena tidak ada tanah yang tercampur saat pengolahan. Sebab, pasta garam yang sebelumnya diolah mesin dijemur di tempat bersih,” Yustina meyakinkan.
Ada lagi yang menarik dari alat ini. Karena selain mampu menghasilkan garam, juga dapat membuat pupuk multiutrien yang mengandung kalsium tinggi. Pupuk ini merupakan saringan atau limbah garam buatan. “Di pasaran, harga pupuk multiutrien ini cukup mahal. Jadi membuat garam removal ini sangat menjanjikan secara ekonomis,” pungkas dia. [Adit Hananta Utama]

Tags: