Lebih Kenal Jatim Melalui Jelajah Prasejarah

Peserta Jelajah Prasejarah Jawa Timur yang akan kunjungan lapangan meliputi Museum Trinil di Kabupaten Ngawi, Museum Sangiran di Kabupaten Sragen dan Kubur Kalang di Kabupaten Bojonegoro.

Pemprov, Bhirawa
Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melangsungkan kegiatan Jelajah Prasejarah. Kegiatan bertema “Menelusuri Jejak Peninggalan Sejarah Nenek Moyang” dilaksanakan selama empat hari (20/11-23/11).
Peserta Jelajah Prasejarah Jawa Timur tahun 2017 diikuti 150 orang terdiri dari 43 guru sejarah dan 107 siswa SMA/sederajat baik negeri maupun swasta dari 38 kabupaten kota di Jawa Timur.
Mereka juga melangsungkan kunjungan lapangan meliputi Museum Trinil di Kabupaten Ngawi, Museum Sangiran di Kabupaten Sragen dan Kubur Kalang di Kabupaten Bojonegoro.
Dalam kesempatan ini, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, DR H Jarianto MSi mengharapkan, adanya kegiatan ini maka generasi muda untuk lebih mengenal beragam peninggalan masa prasejarah yang ada di nusantara, terutama di wilayah Jawa Timur. “Sebagai generasi muda harus mampu turut berpartisipasi aktif dalam usaha menjaga dan melindungi benda-benda cagar budaya peninggalan nenek moyang, agar generasi mendatang dapat terus mengetahui dan menikmati,” kata Jarianto.
Dikatakannya, berbagai penelitian mengenai peninggalan dan kehidupan masa prasejarah telah dilakukan jauh sebelum Indonesia merdeka. Para peneliti yang mayoritas berasal dari negeri Belanda dan Jerman meneliti, dan menemukan sejumlah bukti keberadaan manusia purba dan sisa-sisa peninggalannya di sejumlah tempat di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
“Beragam penelitian dan penggalian yang dirintis oleh para ilmuwan asing itu menunjukkan terdapat banyak sekali variasi peninggalan prasejarah yang tersebar berikut misteri kehidupan masa prasejarah,” jelasnya.
Beragam penggalian dan penelitian yang dirintis oleh para ilmuwan asing, dikatakannya, tetap diteruskan para peneliti lokal. Terbukti dari banyaknya temuan setelah masa kemerdekaan, baik berupa fosil maupun peralatan, dari era prasejarah yang perlahan membuka tabir misteri kehidupan dimasa lalu.
“Beragam temuan tersebut menunjukkan bahwa bumi nusantara bukanlah tanah yang kering dari peradaban, akan tetapi daerah yang kaya, yang sejak masa lalu telah dihuni oleh beragam species hewan dan manusia purba dengan bermacam peninggalannya yang memberikan bukti bahwa hasil peradaban nenek moyang bangsa indonesia telah cukup tinggi,” paparnya
Dikatakannya juga, sisa-sisa masa prasejarah itu menjadi bukti beragamnya variasi bentuk kehidupan nusantara dimasa lampau yang masih dapat dinikmati hingga saat ini, baik berupa jejak-jejak sampah dapur, gua-gua bekas tempat tinggal, sisa-sisa kubur kuno, hingga kumpulan fosil yang tersimpan rapi di museum-museum.
Beragam temuan, lanjutnya, seharusnya turut menggugah kesadaran generasi muda, bahwa banyak sekali peninggalan berharga dari masa prasejarah yang dapat dieksplorasi dan dipelajari untuk pembelajaran dimasa depan
“Terlebih berdasarkan fakta dilapangan cukup banyak temuan masa prasejarah yang dihasilkan oleh masyarakat umum, yang kemudian diserahkan kepada pemerintah sebagai bentuk kepedulian terhadap peninggalan nenek moyang, sekaligus menunjukkan tidak adanya batasan untuk turut berpartisipasi dalam usaha penyelamatan cagar budaya,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Cagar Budaya dan Sejarah, Dra Endang Prasanti MM mengatakan, ‘Menelusuri Jejak Peninggalan Sejarah Nenek Moyang’ bermakna membawa kembali ingatan pada masa prasejarah, agar generasi muda dapat memahami proses perubahan lingkungan dan peradaban manusia
“Sehingga kedepan menjadi lebih bijak dalam menyikapi setiap perubahan dan permasalahan yang terjadi,” ujarnya.
Dikatakannya, maksud dan tujuan kegiatan Jelajah Prasejarah tingkat Jawa Timur diantaranya menanamkan kesadaran historis kepada generasi muda agar lebih mencintai dan memahami sejarah bangsanya.
“Selain itu, memberikan metode edutainment dalam pembelajaran sejarah, sehingga pelajaran sejarah menjadi menarik dan dapat meningkatkan daya nalar dan daya kritis siswa terhadap fenomena yang ada di lingkungan sekitar,” katanya.
Adanya jelajah Prasejarah ini, maka peserta akan memperoleh apresiasi sejarah yang lebih intens, karena selain mengetahui juga dapat lebih mengerti dan memahami tentang obyek sejarah yang dipelajarinya.
“Bahkan memberikan pengenalan dan pendalaman materi kepada peserta mengenai kehidupan masa prasejarah, melalui kunjungan peninggalan-peninggalannya serta bagaimana proses perlindungan, pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan untuk perkembangan ilmu pengetahuan,” katanya. [rac]

Tags: