(Lebih) Meramahi Bumi

Budaya daerah sejak lama mengenal “sedekah bumi” hampir di setiap perkampungan. Lazim digelar tasyakuran (bersyukur dengan melimpahnya panen hasil bumi). Serta melibatkan seluruh masyarakat memperbaiki lingkungan. Tak jarang diikuti pergelaran seni budaya, dipusatkan dekat pohon terbesar. Namun sejak tahun 2000, seluruh dunia juga menggelar “sedekah bumi.” Hari bumi internasional (selalu) bertema merawat bumi dan menanam pohon.
“Setiap jiwa menanam pohon.” Begitu bunyi jargon yang banyak dipajang di kota-kota metropolitan dunia. Sudah banyak daerah (pemerintah propinsi serta Pemkab dan Pemkot) membuat program penanaman sejuta pohon. Ada pula yang mewajibkan, sebagai pengurusan akte kelahiran diwajibkan menanam (membeli) pohon. Itu telah membuktikan bahwa bangsa Indonesia sangat peduli lingkungan (walau terdapat tragedi pembakaran hutan secara masif).
Meteorolog se-dunia, meng-kategorikan perubahan cuaca saat ini sebagai darurat iklim. Bumi makin panas. Kenaikannya tiga kali lipat selama 20 tahun. Penyebab kenaikan suhu dipastikan dari efek “rumah kaca.” Yakni dari emisi gas buang jutaan kendaraan bermotor, dan jutaan pabrik. Pemanasan global juga dihembuskan dari aktifitas rumah tangga serta perkantoran (penggunaan lampu dan alat elektronika lainnya). Suhu bumi naik 1,14 derajat celcius.
Substansi perubahan iklim, adalah dampaknya pada bumi (dan atmosfir) terhadap penghuninya. Tetapi ironis, negara-negara maju yang paling banyak mengeluarkan gas emisi, tidak mampu mencegah pemanasan global. Dua puluh  negara maju, menjadi penyumbang terbesar emisi gas buang. Terutama negara-negara di kawasan utara khatulistiwa.
Indonesia telah memberi banyak karbon kepada dunia, berupa hutan taman nasional. Yang terbaru, Taman Nasional Alas Purwo, dikukuhkan menjadi cagar biosfer dunia. Tahun lalu, kongres “International Coordinating Council ” (ICC) Program MAB (Man and The Biosphere) menetapkan sebagai Cagar Biosfer Blambangan, bersama hutan tetangganya. Yakni, Taman Nasional Meru Betiri dan Taman Nasional Baluran.
Cagar Biosfer Blambangan, meliputi kawasan seluas 679 ribu hektar. Itu meliputi perbatasan kabupaten Banyuwangi dengan tiga kabupaten lain (Jember, Situbondo, dan Bondowoso). UNESCO (United Nations Educational Scientific And Cultural Organization) sekaligus meminta Alas Purwo, sebagai laboratorium eko-sistem. Yakni aksi jaminan kelangsungan hidup fauna dengan dukungan flora yang memadai.
Sebagai gantinya, negara-negara maju akan memberikan konsesi pendanaan. Lingkungan hidup (udara) yang bersih, tidak gratis. Berdasar komitmen (protokol) Kyoto dan Konvensi Iklim di Bali, negara maju berkewajiban membayar suplai zat karbon. Sedangkan negara berkembang yang masih memiliki hutan cukup memadai, berhak menerima anggaran untuk pemeliharaan lingkungan. Indonesia dengan iklim hujan tropis, memiliki potensi sangat besar mensuplai zat karbon berbayar.
Kelestarian biosfer, menjadi tanggungjawab UNESCO (melalui berbagai program aksi). Kawasan biosfer merupakan “paru-paru” dunia, yang menyediakan 40% zat karbon. Selebihnya, zat karbon dihasilkan oleh hutan lindung, hutan rakyat, hutan kota, dan berbagai pohon yang ditanam. Termasuk jenis rerumputan. Di Indonesia masih terdapat 50 hutan taman nasional, menjadi pen-suplai oksigen.
Bahkan lingkungan hidup yang bersih, bukan sekadar propaganda oleh LSM, melainkan amanat konstitusi. UUD pasal 28H ayat (1), hasil amandemen kedua, telah dibuat jauh sebelum Protokol Kyoto. Namun pada kawasan lain di Indonesia juga banyak kehilangan hutan. Aksi pembakaran hutan tahun 2015 (di Sumatera dan Kalimantan saja), telah menyebabkan musnahnya 2,6 juta hektar. Di Jawa, penggundulan hutan telah menyebabkan banjir dan longsor.
Kerugian tak ter-perikan mencapai lebih dari Rp 200 triliun.  Pembakaran lahan, mestilah dipahami sebagai korupsi dengan modus pencurian disertai pemberatan (curat). Berlapis-lapis ancaman hukumannya. Diperlukan keberanian pemerintah melawan sindikat internasional kartel minyak sawit.

                                                                                                             ———   000   ———

Rate this article!
(Lebih) Meramahi Bumi,5 / 5 ( 1votes )
Tags: